I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan. intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan. intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.

Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV terdapat salah satu tujuan negara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu menjadi tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Bank Dunia (World Bank) mencatat, jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 49,5% jika diukur dari pendapatan perkapita US $ 2 per hari. Sementara pemerintah Indonesia yang merujuk pada data BPS, menyebutkan, jumlah orang miskin tahun 1998 adalah 79,8 juta jiwa, yang secara bertahap sempat menurun pada tahun 2003-2005. Ketika harga BBM naik 100% pada 1 Oktober 2005 kembali menaikkan jumlah orang miskin sebesar 39,30 juta jiwa (17,75%) pada Maret 2006, padahal Februari 2005 hanya 35,1 jiwa. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan ke angka 37,17 juta jiwa. Menurut Bank Dunia, tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Terutama di negara-negara yang paling miskin, kualitas hidup yang lebih baik memang mengisyaratkan adanya pendapatan yang lebih tinggi. Namun, yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Hal tersebut merupakan masalah yang cukup besar bagi Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dan merupakan salah satu dari tujuan pembangunan. Adapun tiga tujuan pembangunan menurut Michael P. Todaro (1984:208) yaitu :

1. Untuk meningkatkan tersedianya dan memperluas penyebaran barang kebutuhan pokok seperti makanan, tempat bernaung, kesehatan dan perlindungan bagi semua anggota masyarakat. 2. Untuk meningkatkan taraf hidup, meliputi disamping pendapatan yang lebih tinggi, tersedianya lebih banyak pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai budaya dan nilai manusiawi. Semua ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan materi belaka namun juga untuk menciptakan martabat bangsa yang bersangkutan. 3. Memperluas ragam pilihan ekonomi dan sosial bagi pribadi maupun bangsa dengan memerdekakan mereka dari perbudakan dan ketergantungan, tidak saja dalam hubungannya dengan orang dan bangsa dari Negara lain, namun juga dari kebodohan manusia. Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu perubahan dan pertumbuhan. Secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dengan berencana merubah keadaan menjadi lebih baik. Salah satu tujuan daripada pembangunan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional adalah untuk berusaha memperkecil jurang pemisah antara Negara-negara yang kaya dan Negara-negara yang miskin; dus, antara warga Negara di Negara-negara kaya tersebut dengan warga Negara di Negara-negara yang miskin. Atau, apabila jurang tersebut tidak dapat diperkecil, paling sedikit diusahakan agar supaya jurang tersebut tidak semakin melebar (Siagian 1933:55). Untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi diperlukan campur tangan pemerintah untuk membantu penduduk miskin keluar dari bawah garis kemiskinan. Tanpa bantuan peemrintah

maka penduduk miskin akan semakin tidak mampu merebut bagian yang lebih layak dari pendapatan nasional dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Menurut Mangkoesoebroto (1994:3) dalam setiap perekonomian, baik pada sistem kapitalisme maupun sosialisme, pemerintah selalu memainkan peran yang sangat penting. Konseptor kapitalisme murni Adam Smith (1776) berteori, bahwa pada dasarnya sebuah Negara mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut: 1. Memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan. 2. Menyelenggarakan peradilan. 3. Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta, misalnya prasarana jalan, bendungan. Dalam era perekonomian modern, tak ada satu pun Negara kapitalis yang mampu menjalankan sistem kapitalisme secara murni. Menurut Dumairy (Emidayenti 2009:3), dalam perekonomian modern, peran pemerintah dalam perekonomian dapat dibagi menjadi empat macam peran, yaitu 1. Peran alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efesiensi produksi. 2. Peran distribusi, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar. 3. Peran stabilisasi, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada pada keadaan disequlibrium. 4. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.

Salah satu peranan pemerintah adalah peran distribusi, yang mana dalam peran ini mengharuskan pemerintah untuk memperhatikan kelompok miskin dengan pemberian subsidi. Subsidi yang diberikan pemerintah (subsidi daerah dan subsidi barang) juga merupakan pengeluaran rutin pemerintah disamping pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, angsuran, dan bunga utang pemerintah serta sejumlah pengeluaran lainnya. Pengeluaran pemerintah dalam bentuk upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan yang di dalamnya termasuk subsidi disebut transfer pemerintah (government transfer payment). Subsidi yang merupakan alat redistribusi pendapatan bagi si penerimanya akan mengalami peningkatan pendapatan riil karena harga jual menjadi rendah. Strategi penanggulangan kemiskinan diarahkan dengan mendasarkan pada dua pendekatan, pertama mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin khususnya yang menyangkut kebutuhan dasar manusia dengan memberikan berbagai subsidi, kedua memperbesar kemampuan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan memperbesar akses berusaha kepada usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Upaya penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk membebaskan dan melindungi masyarakat dari kemiskinan, mencakup tidak saja upaya untuk mengatasi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembangunan. Upaya pemberdayaan masyarakat miskin menjadi penting karena hal ini memposisikan mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai proses pemenuhan kebutuhan dasar dan pemberdayaan tersebut di atas perlu didukung perbaikan

sistem bantuan dan jaminan sosial serta kebijakan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin dan tata kelola pemerintah yang baik. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Berdasarkan UU No.24 Tahun 2000, tentang memerangi kemiskinan dilakukan dengan tiga program, yakni: 1. Pemenuhan secara merata kebutuhan pokok, seperti makanan, kesehatan dasar, pendidikan, perumahan untuk keluarga miskin di desa-desa. 2. Pengembangan suatu kultur kewirausahaan diantara kaum miskin untuk membuat mereka lebih menjadi produktif secara ekonomi dan mandiri. 3. Pengembangan suatu sistem jaminan sosial untuk melindungi anak-anak, orang tua, dan kaum lemah secara fisik yang sangat rentan terhadap dinamika gejolak ekonomi-sosial. Keputusan yang diambil dalam pengeluaran dari APBN untuk pembangunan selalu didonimasi oleh kebijakan-kebijakan untuk memerangi kemiskinan. Program Mandiri yang diluncurkan oleh Presiden RI tanggal 30 April 2007 di Kota Palu- Sulawesi Tengah, sesungguhnya merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui konsolidasi programprogram pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai kementerian/lembaga. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Departemen Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan dengan menggunakan pendekatan kelembagaan. Pendekatan kelembagaan menjadi pilihan karena, efisiensi pembiayaan program dapat mudah dicapai, adanya partisipasi masyarakat untuk menyeimbangkan kebutuhan dengan keterbatasan anggaran dan adanya pemihakan kaum miskin agar mereka terlibat dalam proses kegiatan. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang sekarang dikenal dengan PNPM-MP (Mandiri Perdesaan) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-

daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaan PNPM-Mandiri di lapangan perlu adanya sinergi dari masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) serta kemitraan diantara ketiganya. Untuk itu agar semua pihak terlibat dalam program tersebut maka sosialisasi ke masyarakat luas perlu dilakukan secara intensif. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan suatu usaha pemerintah Indonesia untuk mengurangi kemiskinan masyarakat di pedesaan, dan juga untuk memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin di Indonesia. PPK bertujuan membantu pemerintah daerah dalam menerapkan prinsip demokratisasi dan partisipasif dengan memperkuat kemampuan kecamatan dan desa, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proyek-proyek pembangunan. Perlu diketahui, selain bertujuan memberdayakan masyarakat, program PPK juga sekaligus pemberdayaan aparat (pemerintah lokal). Program PKK ini merupakan bentuk sinergis antara kekuatan yang ada di dalam masyarakat, yakni kekuatan formal berupa birokrasi pemerinta lokal dan kekuatan masyarakat itu sendiri. Kerjasama tersebut tampak dari posisi dan peran aparat pemerintah lokal dalam program PPK, terutama perannya sebagai Pembina dan sebagai pendamping para pelaku sekaligus terlaksananaya proyek tersebut. Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan. Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat

disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Kerja masyarakat dan aparat desa yang ditempuh melalui pemberian modal usaha untuk mengembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif dan membangun saran dan prasarana yang mendukung pembangunan di perdesaan. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan untuk: a. Meningkatnya pertisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel. c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program, dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuia dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka penguatan kelembagaan, maka ada dua unsur pokok yang harus diperhatikan yaitu kegiatan kolektif diantara mereka, dan peraturan yang disepakati. Kegiatan kolektif adalah agregasi kegiatan bersama berkaitan dengan wujud hak untuk memiliki tiap anggota masyarakat, berjalannya keterwakilan sebagai bagian mekanisme pemberian mandat oleh masyarakat dan menjelaskan batas kewenangan untuk mengukur manfaat dan biaya dari setiap pengambilan keputusan oleh masyarakat. Peraturan yang telah disepakati adalah cara masyarakat untuk mampu mengurangi ketidakpastian, menjabarkan usaha keberhasilan, pedoman jalan keluar bagi masalah bersama, serta mengurangi adanya penyimpangan anggota-anggotanya. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat, sebesar Rp1 miliar sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan

dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Berdasarkan Laporan Kepala Koordinasi Keluarga Berencaana Nasional (BKKBN) pusat bahwa jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera di Provinsi Lampung pada tahun 2007 mencapai 48.02% atau 819.894 keluarga yang berada di atas rata-rata nasional hanya 30.55% atau 16,28 juta keluarga dari total keluarga di Indonesia. Hal ini membuktikan Provinsi Lampung sebagai salah satu sasaran program penanggulangan kemiskinan Usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM-MP terdiri dari 5 jenis kegiatan yang meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, kegiatan kesehatan masyarakat, kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP), kegiatan prasarana dan sarana sosial ekonomi, dan peningkatan kapasitas kelompok usaha ekonomi. Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat dalam musyawarah antar desa dengan menetapkan sejumlah kriteria yang meliputi aspek manfaat, keberpihakan kepada RTM, dukungan sumber daya dan upaya pelestarian kegiatan. (Depdagri Dirjen PMD, 2007). Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan PNMP-MP yang bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan RTM. Pada tahun 2009, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung terdiri dari 15 desa, dengan jumlah penduduk 67.435 jiwa, 16.301 KK. Sebanyak 5.141 KK (32 %) dikategorikan keluarga miskin. Mata pencaharian masyarakatnya mayoritas adalah Petani dan Pedagang. Kecamatan ini telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 2007. Memasuki TA 2007 kecamatan ini berpatisipasi dalam PNPM - PPK dengan BLM sebesar Rp 1.25 Milyar (TA 2007)

dan Rp 1.25 Milyar (TA 2008). Diharapkan dengan adanya bantuan tersebut dapat memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga dan mendorong penanggulangan RTM. Berikut adalah perkembangan jumlah kelompok masyarakat yang menggunakan dana SPP di Gadingrejo: Tabel 1. Perkembangan Jumlah Kelompok SPP di Kecamatan Gadingrejo No. Tahun Jumlah Kelompok 1. 2007 15 2. 2008 16 3. 2009 33 Sumber : Laporan UPK Kecamatan Gadingrejo (tahun 2009) Pada tahun 2007 masyarakat yang menggunakan dana bantuan SPP berjumlah 15 kelompok, tahun 2008 16 kelompok dan pada tahun 2009 berjumlah 33 kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa program bantuan ini selalu meningkat setiap tahunnya dan berhasil membantu masyarakat miskin atau yang kekurangan modal untuk usaha mereka. Tabel 2. Laporan Realisasi Penyaluran Dana SPP Tahun 2008-2009 No. Nama Desa Tahun 2008 2009 1 Bulukarto 0 9.500.000 2 Kediri 0 9.500.000 3 Gadingrejo 9.500.000 9.500.000 4 Tambahrejo 19.000.000 28.500.000 5 Mataram 9.500.000 9.500.000 6 Panjerejo 19.000.000 9.500.000 7 Tulung Agung 19.000.000 19.000.000 8 Blitarejo 19.000.000 9.500.000 9 Wates 9.500.000 38.000.000 10 Pare Rejo 9.500.000 9.500.000 11 Tegalsari 0 57.000.000 12 Wonodadi 28.500.000 28.500.000

13 Yogyakarta 9.500.000 38.000.000 14 Wonosari 0 28.500.000 15 Bulurejo 0 9.500.000 Jumlah 152.000.000 313.500.000 Sumber : Laporan UPK Kecamatan Gadingrejo (tahun 2009) Dari data laporan diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2008 jumlah realisasi dana penyaluran SPP berjumlah Rp. 152.000.000, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 313.500.000. salah satu penyebabnya adalah jumlah masyarakat yang menggunakan dana bantuan ini meningkat, karena masyarakat sudah percaya bahwa program bantuan tersebut dapat membantu mereka dalam mengatasi kekurangan modal untuk usaha mereka, dan membantu peran pemerintah juga dalam mengatasi kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan Program PNPM Mandiri Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Gadingrejo? 2. Bagaimanakah praktek implementasi Program PNPM Mandiri dilaksanakan? C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui apakah program tersebut tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah. 2. Mengevaluasi praktek implementasi dana bantuan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Program PNPM di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten agar ke depannya program tersebut jauh lebih baik. D. Kerangka Pemikiran Tujuan utama suatu negara adalah mensejahterakan masyarakat. Hal ini harus didasarkan pada pembangunan yang baik. Perkembangan suatu bangsa akan terlihat dalam usaha pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan yang diharapkan yaitu terciptanya kesejahteraan masyarakat secara merata. Masalah besar yang dimiliki oleh negara-negara berkembang yaitu kemiskinan dan pengangguran sehingga harus dilakukan perubahan dalam hal pembangunan agar terciptanya kesejahteraan masyarakatnya. Maka dari itu pengentasan kemiskinan dan pengangguran merupakan prioritas utama dalam pembangunan nasional dan daerah. Untuk mengentaskan kemiskinan, pemerintah telah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan (PNPM-PKK) di tahun 2007. Program ini bertujuan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan pada masyarakat perdesaan melalui penyediaan modal untuk pengembangan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Simpan Pinjam Perempuan dan pembangunan sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan ekonomi perdesaan.

Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Tujuan program ini lebih ditekankan pada: 1. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama rumah tangga miskin dalam pengambilan keputusan perencana, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan 2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumberdaya lokal 3. Mengembangkan kapasitas pemerintah lokal dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan 4. Menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat 5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir 6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) 7. Mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. Dalam pelaksanaan PNPM-PKK dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Perencanaan Kegiatan Tahap perencanaan kegiatan yang meliputi partisipasi masyarakat, usulan dari masyarakat, dan kesiapan struktur birokrasi pelaksanaan di kecamatan dan desa 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan meliputi partisipasi masyarakat pada kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan partisipasi masyarakat pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana. 3. Tahap Pengendalian Pada tahap pengendalian meliputi bentuk pengawasan, dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan. 4. Tahap Keberlanjutan Kegiatan Tahap keberlanjutan kegiatan meliputi perguliran dana pada kegiatan ekonomi usaha produktif dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Penerapan program PNPM-MPK lebih diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan yang dijalankan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam rangka meningkatkan kualitas peran aktif masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemeliharaan kegiatan yang berkelanjutan. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan terutama pelaksanaan program-program dan proyek-proyek pembangunan. Untuk berhasilnya pelaksanaan program PNPM-MP, maka mekanisme bantuan harus melalui tahapantahapan yang ada. Berhasilnya pelaksanaan program ini terjadi apabila metode pelaksanaan program ini dilakukan secara sistematis. Sebaliknya, bila pelaksanaan program tersebut tidak sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan, maka program ini memerluakn adanya perubahan metode yang lebih baik atau bila perlu dihentikan. Efektivitas pad umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya atau tidak tujuan atau program yang ditentukan.

E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini diuraikan dalam lima bab yang meliputi : I. Pendahuluan meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan II. Tinjauan pustaka, mengenai teori-teori, temuan, bahan penelitian lain yang diperoleh dari pedoman yang dijadikan acuan untuk penelitian III. Metode penelitian meliputi alat analisis dan gambaran umum Kecamatan Gading Rejo Lampung IV. Hasil perhitungan dan pembahasan V. Simpulan dan saran Daftar pustaka