BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

Bab IV Analisa Perancangan

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN BANGUNAN GALERI NASIONAL INDONESIA

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk ekspresi pribadi(

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG TUGAS AKHIR GEDUNG KANTOR LKPP

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB III: DATA DAN ANALISA

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 5 HASIL RANCANGAN

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB 2. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Art Centre Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB II. KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni


BAB III ELABORASI TEMA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanggapan Terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja) Target perancangan yang telah dipelajari dari KAK ini adalah bagaimana desain bangunan pada gedung galeri yang akan dikembangkan menjadi Pusat Pengembangan Kebudayaan Nasional ini dapat menjadi bangunan yang dapat selaras dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan kondisi iklim tropis dan dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Desain harus dapat mengeluarkan ekspresi sesuai perkembangan jaman yang memiliki fungsi dan layanan dalam bidang kebudayaan, khususnya seni rupa bertaraf regional dan internasional. Desain diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan desain yang diinginkan, yaitu: 1. Konsep perencanaan, penempatan lokasi yang strategis yang berada di kawasan Pusat Pemerintahan Ibukota Negara Indonesia ini harus saling memiliki keterhubungan/konektivitas antara tapak dengan titik-titik strategis yaitu perpustakaan Nasional dan Museum Nasional. Desain mempertimbangkan master plan kawasan agar dapat menciptakan keharmonisasian/keselarasan terhadap bangunan eksisting dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi yang sebagaimana diamanatkan dalam UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang cagar budaya Pasal 2 bahwa perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia. 2. Desain ruang luar, pada level lantai dasar bangunan yaitu dengan menempatkan area terbuka sebagai penyambut pengunjung untuk masuk ke tapak GNI serta menyelaraskan dengan kawasan PPKN agar saling terkonektivitas sesuai dengan fungsi yang diperuntukan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 10

3. Desain bangunan pada gedung GNI dibagi menjadi dua galeri. Kedua galeri masing-masing memiliki basement dan bangunan untuk galeri empat lantai. Basement berfungsi sebagai gudang transit, lab. Konservasi dan riset koleksi, serta ruang penyimpanan koleksi karya seni sedangkan bangunan galeri pertamadifungsikan untuk pameran temporer, pameran galeri anak, dan kantor administrasi. Sedangkan bangunan galeri kedua difungsikan untuk pameran temporer, pameran permanen, dan perpustakaan. 4. Desain bangunan pada gedung GNI mempertimbangkan bangunan penunjang galeri seperti area komersil (art shop, toko buku, dan café). 5. Desain bangunan pada mempertimbangkan kesan keterbukaan pada area halaman depan (Jalan Medan Merdeka Timur) dan halaman belakang (Sungai Ciliwung). 6. Arsitektur gedung GNI yang berada di kawasan PPKN, dapat memunculkan rasa nyaman karena lokasi yang strategis, fasilitas yang memadai, dan rasa aman terhadap koleksi barang galeri 7. Desain tata bangunan mempertimbangkan lingkage ke kawasan monas sesuai masterplan Monas sebagai monumental. Dan keterhubungan aksesibilitas dengan transportasi publik seperti kereta api dan bus. 8. Desain pada kawasan PPKN, memperhatikan bahwa sungai sungai ciliwung sebagaai landmark kota Jakarta dan diharapkan menjadi bagian depan (waterfront) kawasan PPKN juga. Setelah sungai dinormalisasi menjadi semakin lebar dan bersih, akan difungsikan sebagai sarana transportasi air. 9. Desain tata ruang dalam, mempertimbangkan aspek iklim tropis. Mengingat bahwa barang-barang seni juga harus memperhatikan environmental control (pengontrolan lingkungan) sehingga dapat meminimalisasikan resiko kerusakan terhadap karya-karya seni yang ada dan meningkatkan kenyamanan pengunjung dan pengguna bangunan. 10. Penyediaan aksesibilitas, bagi para difabel baik di area dalam dan luar bangunan serta lingkungannya. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 11

11. Tafsiran biaya pembangunannya, masih dalam batas yang wajar bagi ukuran bangunan pemerintah. Spesifikasi teknisnya dapat diupayakan menggunakan bahan-bahan material lokal dan mudah didapat. 12. Optimum reliability, dengan memperhatikan detail desain yang tahan lama, praktis dan mudah dalam pemeliharaannya. 13. Mengadopsi prinsip-prinsip dari arsitektur berkelanjutan, antara lain: a. Konsumsi sumber daya alam, termasuk menimalisasikan pemakaian air dan energy serta mempertimbangkan penggunaan sumber energy terbarukan; b. Kenyamanan termal dan visual di dalam bangunan harus terpenuhi sesuai peraturan atau standar nasional yang berlaku; c. Memperhatikan orientasi (hadapan) bangunan, penempatan dinding yang dapat mengurangi radiasi panas berlebih secara proporsional, dan mengoptimalkan pemakaian AC tanpa mengurangi kenyamanan termal yang diisyaratkan; d. Rancangan bangunan tidak meningkatkan konsentrasi CO 2 di dalam bangunan; e. Mengoptimalkan bidang atap dan dinding vertical bangunan untuk mengurangi efek pemanasan kawasan. f. Mempertimbangkan penyediaan jalur pedestrian yang nyaman; 14. Rancangan mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan melalui metode pelaksanaan yang menggunakan energy yang rendah dalam proses konstruksi. 2.2 Studi Pustaka 2.2.1 Galeri Galeri berasal dari bahasa latin, galeria, yang atinya sebuah bangunan yang salah satunya terbuka tanpa pintu. Bisa juga berati sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan suatu karya seni, sebuah area untuk memajang aktivitas publik, area publik, area publik yang kadang digunakan untuk keperluan khusus (Cyril M. Harris, 2006). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 12

Galeri adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, terbuka untuk umum, mengumpulkan, merawat dan memamerkan benda-benda yang bersangkutan, yang bertujuan untuk penelitian, pendidikan dan hiburan (Sumber: Skripsi dan Tugas Akhir, Yohan Adi Nugraha, Universitas Kristen Petra). Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa Galeri merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan benda atau karya seni yang mendapat tempat perhatian umum. Menurut Susilo Tedjo dalam buku pedoman Tata Pameran Galeri (Jakarta:1997), galeri dapat diklasikasikan berdasarkan status masyarakat, jenis koleksi, dan ruang lingkup wilayahnya. Penjelasannya sebagai berikut: A. Klasifikasi Galeri Galeri diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: Jenis Galeri Berdasarkan status masyarakat Berdasarkan jenis koleksinya Menurut Luas Lingkup wilayah Keterangan - Galeri swasta yang diselenggarakan dan dikelola oleh badan swasta dalam bentuk badan hokum - Galeri pemerintah diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. - Galeri umum - Galeri khusus - Galeri pendidikan - Galeri nasional Galeri yang mempunyai ruang lingkup yang lebih besar - Galeri lokal Galeri yang mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit, meliputi kabupaten dan kota. Tabel 2.1Klasifikasi Galeri Sumber: Tiara Ika Widia Primadini, Berdasarkan kalsifikasi tersebut, pengembangan galeri nasional merupakan galeri pemerintah. Dilihat dari koleksinya, galeri ini ditujukan untuk umum karena selain sebagai wadah untuk memamerkan karya-karya seni, galeri ini memiliki beragam fasilitas untuk masyarakat diantaranya dari segi pendidikan, ruang terbuka publik, hiburan kesenian, dsb. Sedangkan jika dilihat dari ruang lingkup wilayahnya, sudah jelas bahwa galeri ini merupakan galeri nasional yang merupakan galeri berskala nasional dan internasional. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 13

B. Klasifikasi jenis pameran Galeri nasional memiliki klasifikasi jenis pameran yang berupa karya seni rupa modern dan kontemporer. Pelaksanaan pameran diantaranya adalah sebagai berikut: Jenis Pameran Keterangan Pameran Tetap Menampilkan sebagian koleksi galeri, karya seniman Indonesia dan mancanegara dengan penataan berdasarkan kurasi tertentu dan bergantian secara periodik Waktu penyelenggraan Pameran Tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun Pameran Temporer Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari. Pameran Keliling Menyajikan karya-karya di dalam galeri maupun luar galeri ke berbagai daerah di Indonesia dan atau di luar negeri Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal berlangsung selama 10 hari. Pameran Khusus Pameran yang penyelenggaraannya sepenuhnya ditanggung oleh galeri. Waktu penyelenggaraan pameran keliling minimal berlangsung selama 10 hari Pameran Tunggal/Pameran Bersama Pameran bersama merupakan karya-kara lebih dari satu seniman. Biaya pameran ditanggung seniman yang bersangkutan Pameran dapat dilangsungkan antara 1 minggu sampai 3 minggu Selama satu tahun pameran yang diiselenggarakan di gedung ini dapat dilaksanakan 15 kali Pameran Kerja Sama Pola pameran ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara galeri dengan pihak lain Biaya penyelenggaraan di tanggung bersama Kerjasama ini dapat dilaksanakan selama 10 kali dalam 1 tahun Pameran dapat dilaksanakan antara 2 minggu sampai 1 bulan Tabel 2.2 Klasifikasi Jenis Pameran Sumber: http/www.galeri-nasional.or.id Jenis pameran yang akan digunakan dalam galeri ini adalah pameran tetap dan pameran temporer. Sesuai dengan term of reference (TOR) galeri nasional, jenis pameran ini diadakan untuk kegiatan menyajikan karya seni rupa untuk dikomunikasikan dan diapresiasikan kepada masyarakat luas. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 14

C. Persyaratan Galery Galeri hendaknya memiliki beberapa persyaratan yang telah dipenuhi: Persyaratan Galery Persyaratan Lokasi Persyaratan Umum (bangunan dikelompokan dan dipisahkan menurut) Bangunan Utama (pameran tetapdan pameran temporer) Keterangan - Lokasi strategis, tidak harus dipusatkan di kota tetapi yang mudah dijangkau untuk umum - Lokasi galeri harus sehat (tidak terletak di daerah industri, banyak polusi udara tidak di daerah yang tanahnya berlumpur,tanah berawa atau tanah berpasir) - Elemen iklim kelembaban lokasi harus terkontrol (50% sampai 60%) - Kondisi tanahnya punya daya dukung yang tinggi dan stabil tidak dekat laut) - Nilai lingkungan yang bersifat sebagai pusat kegiatan masyarakat (community civic center) - Cukup mempunyai ruang terbuka - Fungsi dan aktifitasnya - Keterangannya dan keramaiannya - Keamanan (bangunan harus sanggup menyelamatkan obyek galeri, personil galeri, dan pengunjung galeri) - Pintu masuk utamanya (main entrance) adalah untuk pengunjung galeri, sedangkan - Pintu masuk khusus (service entrance) adalah lalu lintas koleksi bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang pada bangunan khusus - Memuat benda-benda yang akan dipamerkan - Mudah dicapai dari dalam maupun dari luar - Merupakan bangunan penerima yang mempunyai daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung galeri - System keamanan yang baik dari segi kontruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah kerusakan benda-benda koleksi secara alami maupun dari kriminalitas dan pencurian Bangunan Khusus (terdiri - Terletak pada daerah yang tenang dari laboratorium, studi - Memiliki system keamanan yang baik terhadap kerusakan, preparasi, storage, dan studi koleksi) kebakaran, serangga, kriminalitas yang mencakup segi kontruksi dan spesifikasi ruang. Tabel 2.3 Persyaratan Galeri Sumber: Tugas Akhir Jannat Daneswara, Universitas Mercu Buana Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 15

D. Persyaratan Ruang Penyimpanan koleksi seni Adapun kriteria dalam penyimpanan benda-benda karya seni yang ideal dan memenuhi standar internasional museum: Syarat Ruang Penyimpanan Keterangan Suhu, kelembapan dan Standar museum direkomendasikan untuk lingkungan yang aliran udara ideal dalam iklim tropis yang lembab adalah antara 55%-70% kelembapan relative. Persyaratan Cahaya Ketika mempertimbangakan lokasi penyimpanan, pastikan bahwa itu tidak terkena sinar matahari langsung atau sumber cahaya yang kuat. Polusi Polutan udara dalam ruangan dapat dimnimalisasikan dengan memilih bahan-bahan dalam area penyimpanan yang rendah kadar VOC (seperti pilihan cat tembok), serta perabot (misalnya papan kayu lapis tidak bervernis formaldehida) Keamanan Fasilitas penyimpanan Obyek disimpan dalam rak dan lemari. Ditumpuk di rak-rak disesuaikan atau pada daerah yang ditunjuk Untuk menyusun objek dari terbesar ke terkecil, dengan pembatas karton kaku/papan di antara setiap objek Penyimpanan Bahan Kertas silikon dianjurkan untuk membungkus karyaseni yang masih basah atau lengket seperti cat minyak Pemeliharaan Ruang Penyimpanan Perlu memastikan perawatannya area penyimpanan harus secara teratur dibersihkan dan dimonitor untuk memastikan tidak ada hama atau rayap Semua benda terpajang harus hati-hati dibersihkan dengan sikat yang sangat lembut dan di vacum Tabel 2.4. Persyaratan ruang penyimpanan koleksi Sumber: Tugas Akhir Jannat Daneswara, Universitas Mercu Buana Pada pengembangan Galeri nasional ini, yang diperhatikan adalah suhu yang tepat. Karena benda koleksi yang akan dipamerkan sangat rentan terhadap hawa panas dan paparan sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai langsung dapat menyebabkan kerusakan pada warna pada lukisan atau benda seni yang akan dipamerkan. Jelas hal ini akan merubah kualitas dan tampilan benda seni. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 16

2.2.2 Pengertian Seni Rupa Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu: SENI RUPA MURNI SENI RUPA KRIYA SENI RUPA DESAIN Dua kategori terakhir kemudian lebih dikenal dengan sebutan Seni Rupa Terapan. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan ekspresi pribadi. Sementara kriya dan desain, lebih mementingkan fungsi dan kemudahan produksi. Secara umum, terjemahan seni rupa di dalam bahasa Inggris adalah Fine Art. Namun, sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah Fine Art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan seni rupa desain dan seni rupa kriya ke dalam bahasa Visual Arts atau Applied Arts atau dalam bahasa indonesia adalah seni rupa terapan. Klasifikasi Seni Dilihat dari tujuan, nilai dan fungsinya karya seni rupa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Seni Rupa Murni Seni Rupa desain Seni Rupa Kriya Seni lukis Seni grafis Seni patung Seni instalasi Seni pertunjukan Seni keramik Seni film Seni koreografi Seni fotografi Arsitektur Desain grafis Desain komunikasi visual Desain interior Desain busana Desain produk Tabel 2.5 Klasifikasi Seni Kriya tekstil Kriya keramik Kriya rotan Kriya kayu Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 17

Dalam pembahasan tersebut, yang diambil sebagai obyek-obyek yang akan dipamerkan dalam proyek pengembangan Galeri Nasional Indonesia ini adalah seni rupa murni, diantaranya: a. Seni Lukis seni lukis adalah salah satu lingkup seni rupa yang berwujud dua dimensi. Karya seni lukis yang sering ada disebut juga lukisan, umumnya di buat di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, akrilik, atau bahan lainnya. b. Seni Grafis seni grafis adalah cabang seni rupa murni yang berwujud dua dimensi dan dikerjakan melalui teknik cetak. Seni grafis dapat dibuat dengan teknik sablon (cetak saring), cukil kayu (cetakan). Esa (pengasaman pada benda metal), dan lito (pencetakan pada batu lito). Sedangkan tema obyek dan gaya dalam berekspresi umumnya sama dengan karya seni rupa lainnya. c. Seni Pertunjukan karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Sebuah pertunjukan biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. d. Seni Fotografi Seni fotografi adalah perpaduan antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang tidak tercakup dalam teknologi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk memberikan karakter dan keindahan pada hasil visualnya. Seni fotografi bukan sekedar merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 18

2.3 Penyajian Koleksi Gambar 1. Sudut pandangan mata Dalam menyajikan koleksi galeri yang ingin di pamerkan, koleksi harus ditata rapi dan nyaman untuk dilihat. Agar para pengunjung dapat menikmati karya-karya seni yang di tampilkan dan dapat memberikan kesan yang berati dalam pemahaman suatu karya seni. Ada beberapa teknik penyajian koleksi berdasarkan koleksinya, yakni: Pandangan yang nyaman ke arah objek lukisan adalah pandangan di dalam daerah visual 30 ke arah atas, 30 ke arah bawah, 30 ke arah kiri. Hal tersebut dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah dimana mata kita dapat mengenali warna atau membedakan daerah dimana kita dapat mengenali warna. Gambar 2. Jarak pandang mata terhadap lukisan dan sejenisnya Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 19

Pencahayaan yang memberikan kesan ruang dan meningkatkan kualitas karya seni Pencahayaan dalam galeri seni dapat berupa cahaya alami dan buatan (dengan menggunakan spotlight). Gambar 3. Sistem pencahayaan buatan Masyarakat Indonesia mempunyai jarak pandangan yang nyaman dengan ketinggian tertentu untuk menikmati suatu objek yang dilihat, yakni: Tinggi rata-rata Pandangan mata Pria 165 cm 160 cm Wanita 155 cm 150 cm Anak-anak 115 cm 110 cm Tabel 2.6 Tinggi rata-rata manusia Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jarak perletakan lukisan dan jenisnya bergantung pada jarak pandang manusia dengan ketinggian rata-rata tertentu sehingga dapat memberikan kesan nyaman dilihat. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

2.4 Studi Banding 2.4.1 Galeri Salihara Gambar 4. Galeri Salihara Lokasi: Jl. Salihara no. 16 pasar minggu, Jakarta Selatan Arsitek: Adi Purnomo, Marco Kusumawijaya, dan Isandra Matin Ahmad. Berdiri sejak tahun 2008 Terdiri dari tiga unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri salihara, dan ruang perkantoran. Galeri Salihara di bangun pada sebidang tanah seluas 3.060 m 2. Galeri salihara memiliki gedung yang dirancang dengan konstruksi bangunan yang unik, asri, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Yaitu sebagai berikut: Serambi Salihara Toko cindera mata Perpustakaan Kantor Wisma Café Teather terbuka Mushola Lift Area parkir motor Area parkir mobil Toilet Gambar 4. Kantor Salihara Gambar 5. Serambi salihara Gambar 6. Café Gambar 7. Toko Cindera mata Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

kompleks Komunitas Salihara terdiri dari bangunan-bangunan yang mempunyai karakter dan permainan ruang dan juga fasad yang khas. Dinding Galeri Salihara yang berbentuk oval tidak punya ujung tidak punya pangkal. Gambar 8. Denah Lantai 1 dan 2 Galeri Salihara Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

Gambar 9. Potongan Galeri Salihara Gambar 10. Konsep Interior dan Eksterior Galeri Salihara Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

2.4.2 Queensland Gallery of Modern Art Location: Stanley place, south Brisbane, Brisbane, Queensland, Australia Architect: Sidney Architecture firm Architectus Opened on 2 December 2006 Total floor area 25.000 m 2 Type: Art museum Gambar 11. Queensland Gallery of modern art Gedung galeri ini merespon tapak, topografi alam, pola perkotaan, dan sungai. Konsep desain bangunan mempertahankan koneksi pada sungai Brisbane. Bangunan ini terdiri dari dua tingkatan. Tingkat pertama untuk ruang pameran, tingkat kedua untuk bioskop, fasilitas pendidikan, restoran, dan kafe broadwalk. Galeri disusun menjadi fleksibel, ruang adaptif yang dapat mengubah menjadi ruang pameran. Galeri merupakan tempat untuk mengumpulkan, melestarikan, dan memamerkan kesenian yang sekaligus menandai adanya area publik. Gedung galeri ini ditempatkan tegak lurus ke arah sungai Brisbane sehingga benar-benar mengkonfigurasi ulang lingkungan binaan. Hubungan antar gedung galeri dan ruang publik disekitarnya dibangun menyatu namun terdapat bukaan agar tidak terasa seolah mengintimidasi. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24