BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

I. PENDAHULUAN. dipisahkan dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan hidup memiliki

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 04 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR, SUMBER AIR DAN BADAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

TUGAS ARTIKEL KIMIA DAN LINGKUNGAN INDUSTRI YANG BERJUDUL PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT INDUSTRI

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kawasan budidaya dan kawasan non budidaya. Pantai non budidaya dapat

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

Manajemen Limbah Industri. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tidak ada manusia yang tidak bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Segala sesuatu di dunia ini saling erat hubungannya satu dengan yang lainnya. Antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuhan dan antara manusia dengan lingkungan dan semuanya berjalan saling timbal balik di sekelilingnya. Negara berkembang seperti Indonesia melakukan suatu pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kemakmuran rakyat. Perekonomian sangat diperlukan dalam membangun suatu Negara, perekonomian yang baik akan mengundang kemakmuran bagi masayarakatnya. Sehingga pembangunan sektor industri di Indonesia merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan mampu menyediakan kesempatan kerja. Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang dalam proses produksi menggunakan dan mengolah bahan berbahaya dan beracun (B3). Demikian pula, dalam rangka peningkatan produksi pangan, pembangunan sektor pertanian, bahan-bahan kimia yang tergolong B3 digunakan untuk memberantas 1

2 hama penyerang tanaman pangan. Tidak salah lagi bahwa pembangunan sektor industri dan pertanian mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Negara. Akan tetapi disisin lain pemabangunan sektor industri dan pertanian memberikan masalah lingkungan, yaitu pencemaran lingkungan akibat limbah B3. Selain kedua sektor tersebut, sektor kesehatan pada aktivitas rumah sakit, dan banyak sektor-sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran lingkungan akibat limbah B3. Lingkungan adalah suatu hal yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Dimana lingkunganlah tempat manusia melakukan segala aktifitasnya. Dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Perizinan lingkungan adalah sarana yuridis administrasi untuk mencegah dan menanggulangi (mengendalikan) pencemaran lingkungan. Izin pada dasarnya adalah persetujuan dari penguasa yang mempersentasikan kewenangan Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemegang izin dilarang melakukan tindakan menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan sebelum izin dikeluarkan oleh pemerintah. Maka dari itu, perizinan lingkungan digunakan oleh

3 pemerintah sebagi instrument untuk mempengaruhi dalam hubungan antara warga Negara dan penguasa, dengan harapan warga Negara mau dan mampu mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Banyak perusahaan-perusahaan di Kota Medan yang melanggar undangundang tentang lingkungan hidup khususnya tentang limbah B3. Dikutip dari Starberita (www.starberita.com, 09/03/2016,09.00WIB), Salah satunya PT. BEST (Berlian Eka Sakti Tangguh) yang beralamat di daerah Tanjung Mulia,Kecamatan Medan Deli. Perusahaan ini memproduksi minyak goreng yang dimana tidak memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (Ipal) yang dimana bahan bakar yang digunakan oleh perusahaan ini adalah Bahan Bakar dari Batubara langsung membuang limbah B3 itu ke sungai, tanah maupun ke udara sehingga mencemarkan kualitas air, udara dan tanah.limbah hasil pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan masyarakat, tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker. Dan kenyataannya masih banyak lagi perusahaan yang tidak memperhatikan soal limbah yang akan menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta pemerosotan kualitas sumber daya alam bahkan lingkungan yang kita diami. Perusahaan tersebut mengedepankan nilai ekonomi tapi melupakan dampak terhadap lingkungan akibat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh perusahaannya. Banyaknya perusahaan belum mengelola limbah B3 dengan benar dikarenakan sulitnya mereka dalam mengurus

4 izin ke Jakarta. Pengurusan izinnya ini sangat berat, karena untuk mengurus izin administrasi pengelolaan B3 itu mereka harus ke Jakarta Sampai saat ini dari 1600 perusahaan di Sumut baru sekitar puluhan perusahaan yang memiliki pengelolaan B3 yang benar.adapun yang memproduksi limbah B3 di Kota Medan, antara lain rumah sakit, industri (pabrik), bengkel-bengkel, pelabuhan laut, pelabuhan udara dan lain-lain. Sesuai Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pelestarian Lingkungan dan PP 18 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah B3, penghasil limbah diwajibkan mengelola limbahnya sampai ramah lingkungan. Apabila tidak sanggup harus diserahkan ke pihak ketiga, seperti ke anggota APLI misalnya. Di Kota Medan baru ada 7 yang mendapat izin pengelolaan B3. Jika tidak dilakukan maka bisa kena sanksi administrasi, denda dan pidana 5 tahun. Sehingga, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan sebagai instansi pemerintah kota yang berwenang dan bertanggung jawab dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seharusnya melaksanakan tugasnya dalan menangani masalah-masalah lingkungan yang ada di Kota Medan. BLH seharusnya mampu mengawasi kegiatan tersebut agar tidak menimbulkan ganguan dan kerugian bagi masyarakat lainnya. Didalam hal pemberian izin lingkungan BLH seharusnya dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan mengawasi segala kegiatan yang aktivitasnya berdampak terhadap lingkungan. Dengan kata lain, permasalahan lingkungan tidak semakin ringan namun justru akan semakin berat. Pembangunan

5 ekonomi seperti pertumbuhan pemukiman penduduk yang mengalih fungsikan ruang terbuka hijau dan hutan kota memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang ada di suatu daerah menjadi suatu dilema bagi pemerintah daerah. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Upaya BLH Dalam Menanggulangi Masalah Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah B3 Di Kota Medan B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pernyataan latar belakang, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan hidup yang sudah mengalami pencemaran lingkungan akibat limbah 2. Sektor industri menggunakan dan menghasilkan limbah b3 dalam proses produksinya 3. Upaya BLH dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah dan sampah di Kota medan berdasarkan Undang- Undang No.32 Tahun 2009 4. Hambatan-hambatan yang dihadapi BLH dalam menanggulangi pencemaran lingkungan akibat limbah dan sampah di Kota medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009.

6 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatas masalah sehingga penelitian ini jelas dan terarah. Adapun pembatasan masalah tentang hal yang akan diteliti adalah 1. Upaya BLH dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 2. Hambatan-Hambatan dalam penanggulangan masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan beradasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 D. Perumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti dan memberi arah dalam melaksanakan pengumpulan data perlu dibuat suatu rumusan masalah, dan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana upaya BLH dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009? 2. Apa saja hambatan-hambatan dalam penanggulangan masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009?

7 E. Tujuan Penelitian Dalam menetapkan suatu tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian harus mempunyai tujuan tertentu, dengan berpedoman pada tujuannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan BLH dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di kota Medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi BLH dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 F. Manfaat Penelitian Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik, harus dapat dimanfaatkan. Maka seorang penulis harus memikirkan sejak awal manfaat dari penelitian yang akan dilakukannya. Maka dari itu adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis sendiri adalah dapat menambah wawasan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah dan menambah pengetahuan dibidang hukum tertutama masalah upaya Badan Lingkungan Hidup

8 (BLH) dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 2. Memberikan kontribusi pemikiran dan masukan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) khususnya Kota Medan dalam melaksanakan penanggulangan pada pencemaran lingkungan akibat limbah B3 3. Secara akademik untuk menambah keilmuan peneliti dalam hal pentingnya tentang upaya yang dilakukan oleh badan lingkungan hidup Indonesia dalam masalah pencemaran lingkungan akibat limbah B3 di Kota Medan