ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh Ismi Okta Rusani 040112a021 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015
The Description of Mother s Knowledge about Malnutrition in Under-five Years Children at Leyangan Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency Ismi Okta Rusani 1, Anggun Trisnasari S.SiT, M.KeS 2, Ari Widyaningsih, S.SiT 3 123 Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Menurut data hasil pemantauan status gizi (PSG) balita Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dengan jumlah balita yang ditimbang pada tahun 2013 sejumlah 66.370 anak dengan kasus gizi buruk 629 anak (0,95%). Di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang 3 orang mengatakan bahwa tidak mengetahui faktor dari penyebab terjadinya gizi buruk. Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita gizi buruk. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling didapatkan sejumlah 25 responden. Hasil penelitian dari 25 responden, pengetahuan tentang gizi buruk pada balita dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%), pengetahuan tentang gizi buruk pada balita dalam kategori cukup 5 responden (20,0%), pengetahuan tentang gizi buruk pada balita dalam kategori baik 9 responden (36,0%). Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya Bidan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi untuk balita kepada ibu balita baik pada saat posyandu ataupun pada saat pemeriksaan kesehatan. Kata Kunci : Pengetahuan, Balita Gizi Buruk Daftar Pustaka : 32 daftar pustaka (2003-2012) 1
ABSTRACT According to the results of monitoring the nutritional status (PSG) semarang toddler health districts with the number of infants who weighed in 2013 some 66 370 children with severe malnutrition 629 children (0.95%). The village leyangan eastern districts of semarang ungaran subdistrict 3 people say that not knowing the factors of the causes of malnutrition. Malnutrition is a condition in which a person is declared a lack of nutrients. This study aims to find the description of the mother's level of knowledge about malnutrition in under-five years children at Leyangan village, East Ungaran Sub-district, Semarang regency. This was a descriptive study with cross sectional approach. The samples in this study were the mothers who have malnourished children. The data sampling used total sampling technique and obtained 25 respondents. The results of this study indicate that the knowledge about malnutrition in the under-five years children among the respondents is in the category of poor as many as 11 respondents (44.0%), the knowledge about malnutrition in the under-five years children in the category of sufficient as many as 5 respondents (20.0%), the knowledge about malnutrition in the under-five years children in the category of good as many as 9 respondents (36.0%). It is expected that health professionals, especially midwives to provide health education about nutrition for infants to the mothers either during the Posyandu Program or in visits of health examination. Keywords: knowledge, malnourished children Bibliographies: 32 (2003-2012) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruhi kualitas kehidupan kelak (prasetyawati, 2012). Menurut data hasil pemantauan status gizi (PSG) balita dengan jumlah balita yang ditimbang pada tahun 2011 terdapat 67.074 anak dan kasus gizi buruk 678 anak (1.011%). Tahun 2012 balita yang ditimbang sejumlah 66.827 anak terdapat kasus gizi buruk sebanyak 566 anak (0,85%). Dan pada tahun 2013 jumlah balita ditimbang sebanyak 66.370 anak dengan kasus gizi buruk 629 anak (0,95%). Kasus gizi buruk yang paling tinggi pertama kali pada tahun 2013 terdapat di Puskesmas Leyangan 64 anak (2,65%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang) Klasifikasi keadaan Gizi Buruk yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat badan menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan anak merupakan indicator yang baik bagi penentuan status gizinya khususnya untuk anak yang berumur dibawah 5 tahun(ellya, 2010). Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi sangat penting sekali. Hal ini disebabkan untuk mencapai generasi mendatang yang lebih baik. Peran ibu dalam merawat bayi dan anak menjadi 2
faktor penentu. Ada orang tua yang sudah tahu akan gizi sehat, tetapi tidak peduli. Ada juga yang belum tahu tetapi tidak mencari tahu. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita sangat berpengaruh terhadap status gizi balita. Dampak dari gizi buruk pada balita menyebabkan perkembangan anak menurun, anak menjadi apatis, gangguan bicara, penurunan skor intellegence quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif, dan gangguan rasa percaya diri (Proverawati, 2009). Berdasarkan data puskesmas Leyangan pada periode Agustus 2014 April 2015. Puskesmas Leyangan membawahi 5 Desa. Jumlah balita yang ditimbang 2.546 anak dengan kasus gizi buruk pada balita usia 1-5 tahun 72 anak (3%). Desa paling tertinggi kasus gizi buruk pada Balita umur 1-5 tahun adalah di Desa Leyangan. Didapatkan jumlah Balita yang ditimbang 608 anak dengan kasus gizi buruk 25 anak (4%) (Puskesmas Leyangan). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Leyangan pada bulan April, hasil wawancara dari 4 ibu yang mempunyai balita gizi buruk. 1 orang ibu mengatakan anaknya terjadi gizi buruk dikarenakan sakit yang sudah menjalani pengobatan selama 4 bulan. Dan 3 orang ibu mengatakan bahwa tidak mengetahui faktor dari penyebab terjadinya gizi buruk seperti kekurangan asupan gizi, penyakit yang mengakibatkan infeksi, pengolahan makanan yang salah. Berdasarkan data dan latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang faktor penyebab gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang b. Mengetahui gambaran pegetahuan ibu tentang tanda dan gejala gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu Balita Memberikan masukan kepada seluruh masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita agar lebih mengerti dan memperhatikan kecukupan gizi balita agar selalu dalam kondisi status gizi baik dan terjaga kesehatannya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadikan bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya dan selain itu juga dapat sebagai bahan bacaan di perpustakaan. 3. Bagi Puskesmas Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas tentang gizi buruk pada balita 3
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan program gizi di wilayah Puskesmas. BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dilakukan di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada 1-4 Juni 2015. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita gizi buruk sejumlah 25 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diambil dari pengetahuan ibu yang mempunyai balita gizi buruk dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yaitu dari jumlah ibu yang mempunyai balita gizi buruk yang didapat dari Puskesmas Leyangan. Alat pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuen. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu yang Memiliki Balita dengan Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Umur Frekuensi Persentase < 20 Tahun 20-35 Tahun > 35 Tahun 1 21 3 4,0 84,0 12,0 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 25 responden ibu yang memiliki balita dengan gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 21 orang (84,0%). 2. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Balita dengan Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Pendidikan Frekuensi Persentase SMP SMA Perguruan Tinggi 14 8 3 56,0 32,0 12,0 Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 25 responden ibu yang memiliki balita dengan gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 14 orang (56,0%). 3. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Balita dengan Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Pekerjaan IRT PNS Karyawan/Pabrik Frekuensi Persentase 9 36,0 1 4,0 15 60,0 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 25 responden ibu yang memiliki balita dengan gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar merupakan ibu bekerja sebagai karyawan swasta/pabrik, yaitu sejumlah 15 orang (60,0%). 4
B. Analisis Univariat 1. Pengetahuan Ibu tentang Faktor Penyebab Gizi Buruk Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Faktor Penyebab Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Gizi Buruk Kurang Cukup Baik Frekuensi Persentase 14 8 3 56,0 32,0 12,0 Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang faktor penyebab gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 14 orang (56,0%). 2. Pengetahuan Ibu tentang Tanda dan Gejala Gizi Buruk Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Tanda dan Gejala Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan tentang Tanda Gejala Gizi Buruk Kurang Cukup Baik Frekuensi Persentase 11 4 10 44,0 16,0 40,0 Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 11 orang (44,0%). 3. Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Gizi Buruk Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan tentang Pencegahan Gizi Buruk Kurang Cukup Baik Frekuensi Persentase 11 9 5 44,0 36,0 20,0 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 11 orang (44,0%). 4. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Buruk Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2015 5
Pengetahuan tentang Gizi Buruk Kurang Cukup Baik Frekuensi Persentase 11 5 9 44,0 20,0 36,0 Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang gizi buruk di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 11 orang (44,0%). PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada tanggal 1-4 juli 2015 yang dikaitkan dengan karakteristik responden, kondisi lingkungan di tempat penelitian dan teori-teori yang terkait. A. Penegetahuan ibu tentang Gizi Buruk pada Balita Pada hasil penelitian sebagian besar menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan dalam kategori kurang tentang Gizi Buruk pada Balita sebanyak 11 responden (44,0%). Responden yang pengetahuannya kurang sebagian berpendidikan SMP yaitu sejumlah 10 responden (90,9%). Dengan pendidikan SMP maka seseorang akan mempunyai pengetahuan yang rendah. Hal ini didukung oleh Mubarok (2007), menyatakan bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru di perkenalkan. Menurut saat melaksanakan penelitian responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang gizi buruk pada balita dikarenakan kurangnya informasi yang disampaikan oleh Bidan. Setiap kegiatan Posyandu hanya dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, tidak pernah diberikan penyuluhan tentang Gizi. Hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa informasi yang diperoleh dari sumber-sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka akan cenderung pengetahuan yang baik. Responden dalam pengetahuan baik juga karena umur. Dengan rincian responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian adalah umur 20-35 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut cara berfikirnya lebih matang atau dewasa pada usia diatas 35 tahun dan pada usia dibawah 20 tahun masih terlalu muda. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2004), semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. B. Pengetahuan tentang faktor penyabab gizi buruk pada balita. Hasil penelitian sebagian responden memiliki pengetahuan tentang gizi buruk pada balita dalam kategori kurang sejumlah 14 responden (56,0%). Hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner tentang faktor penyebab gizi buruk pada balita no 10 yaitu perilaku ibu dalam pengolahan makanan masih mengikuti budaya sejumlah 12 6
responden (85,7%) tidak mengetahui hal ini. Seperti cara memasak sayuran terlalu matang sehingga vitamin dalam sayurannya sudah hilang. Hal ini di dukung oleh teori Nency (2005), yang mengatakan asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan yang bergizi seimbang, dan pola makanan yang salah. Responden yang memiliki pengetahuan tentang faktor penyebab gizi buruk pada balita dalam kategori baik sejumlah 3 responden (12,0%). Hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner tentang faktor prnyebab gizi buruk pada balita no 8 yaitu infeksi pada balita dapat menyebabkan tidak terserapnya zat-zat makanan secara sempurna sejumlah 3 responden (100%) sudah mengetahui. Karena balita yang terjadi sakit sangat lama kemudian terjadi infeksi susah untuk terjadi pertumbuhan dan penyerapan makanan. Hal ini didukung oleh Marmi (2012), hal ini desebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zatzat makanan secara baik. Menurut Nency (2005), kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. C. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala gizi buruk pada balita. Hasil penelitian sebagian responden memiliki pengetahuan tentang tanda dan gejala gizi buruk dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%). Hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner tentang tanda dan gejala gizi buruk pada balita no 17 yaitu balita yang kulitnya kering dan bersisik sejumlah 8 responden (72,7%) yang tidak mengetahui, karena kulit yang kering dan bersisik dikiranya sesuatu hal yang biasa dan tidak termasuk dari tanda dan gejala gizi buruk. Hal ini di dukung oleh teori Hasdianah (2014), yang menyatakan gejala umum dari gizi buruk kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan tubuh yang rendah yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi dan bersisik. Responden yang memiliki pengetahuan tanda dan gejala gizi buruk pada balita dalam kategori baik sejumlah 10 responden (40,0%). Hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner tentang tanda dan gejala gizi buruk pada balita no 15 yaitu pertumbuhan yang merupakan salah satu dari tanda dan gejala gizi buruk sejumlah 10 responden (100%) yang sudah mengetahui, karena setiap melakukan penimbangan pada waktu posyandu jika berat badan dan perkembangan balitanya menurun ibu langsung memeriksakan balitanya ke dokter. Hal ini sesuai dengan teori Alamsyah (2013), yang menyatakan bahwa tanda gejala gizi buruk sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat, berat badan kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan pada otot, perut kembung, tulang yang mudah patah dan terdapat masalah pada fungsi organ tubuh. D. Pengetahuan responden tentang pencegahan gizi buruk pada balita. Hasil penelitian sebagian responden memiliki pengetahuan pencegahan gizi buruk pada balita dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%). Hal ini dapat dilihat dari 7
pengisian kuesioner tentang pencegahan gizi buruk pada balita no 23 yaitu memberikan makanan yang bervariasi pada anak salah satu cara pencegahan gizi buruk sejumlah 9 responden (81,8%) yang tidak mengetahui, karena memberikan makanan tidak bervariasi tidak akan terjadi gizi buruk. Hal ini didukung oleh teori Marmi (2012), yang mengatakan bahwa memberikan makanan pada anak yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral. Perbandingan komposisinya sementara protein minimal 12% dan sisanya karbohidrat. Responden yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan gizi buruk pada balita dalam kategori baik sejumlah 5 responden (20,0%). Hal ini bisa dilihat dari pengisian kuesioner tentang pencegahan gizi buruk pada balita no 20 yaitu memantau pertumbuhan anak dengan menimbangkan berat badan setiap bulan sejumlah 5 responden (100%) sudah mengetahui karena ibu dalam setiap satu bulan sekali ketika jadwal posyandu selalu datang mengikuti posyandu untuk menimbangkan berat badan balitanya. Hal ini di dukung oleh teori Marmi (2012), rajin menabung dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati pertumbuhan anak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh dinas kesehatan. BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tentang gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita pada tanggal 1-4 Juli 2005 maka peneliti mengabil kesimpulan : 1. Karakteristik pendidikan responden di Desa Leyangan Kecamatan Ungarang Timur Kabupaten Semarang sebagian adalah berpendidikan SMP sejumlah 14 responden (56,0%). 2. Karakteristik pekerjaan responden di Desa Leyangan Kecamatan Ungarang Timur Kabupaten Semarang sebagian adalah pekerjaan karyawan/buruh pabrik sejumlah 15 responden (60,0%). 3. Karakteristik umur responden di Desa Leyangan Kecamatan Ungarang Timur Kabupaten Semarang sebagian adalah umur 20-35 tahun sejumlah 21 responden (84,0%). 4. Pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%). 5. Pengetahuan ibu tentang penyebab gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian dalam kategori kurang sejumlah 14 responden (56,0%). 6. Pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%). 7. Pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian dalam kategori kurang sejumlah 11 responden (44,0%). B. SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya Bidan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi 8
kepada seluruh ibu yang memiliki balita agar mencegah terjadinya gizi buruk dan dapat mengobati balita gizi buruk supaya menjadi baik pada saat posyandu ataupun pada saat pemeriksaan kesehatan. 2. Bagi Responden Diharapkan responden meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi tentang gizi pada balita pada saat posyandu atau memalui media masa, sehingga ibu balita dapat memberikan makanan yang bergizi pada balitanya agar dapat mencegah dan mengatasi gizi buruk. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebaiknya, untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti tentang motivasi bidan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan gizi buruk. Supaya bidan selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi ketika diadakan kegiatan posyandu. Arni. (2012). Akses Pekerjaan Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Yogyakarta: Nuha Medika. Bobak. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG. Hasdianah. (2004). Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Human. (2004). Pengertian Pekerjaan Menurut Para Ahli. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, Elisabeth. (2004). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Nency. (2005). Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah. (2013). Pemberdayaan Gizi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika. Alimul, Hidayat. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakart: Health Books. Almatsier. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedika Pustaka.. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedika Pustaka. Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 9