HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB III METODE PENELITIAN. Liyodu, Desa Batuloreng. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

II. METODE PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

Penelitian ini bersifat komparatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (indepe

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN PUSKESMAS GUGUK PANJANG OLEH MASYARAKAT DI KELURAHAN BUKIK CANGANG KR BUKITINGGI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Klinik Herbal Insani Depok. Bulan Maret Di atas tanah seluas 280 m 2 dengan luas bangunan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA OLEH ORANG TUA UNTUK KESEHATAN ANAK DI DUWET NGAWEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

DAMPAK IKLAN OBAT TERHADAP PERILAKU KONSUMSI OBAT JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) Lingga Ikaditya 1) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya lingga.ikaditya@gmail.com Abstrak Swamedikasi dengan menggunakan obat sintetik dapat menyebabkan kesalahan penggunaan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan tentang obat. Penggunaan tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan salah satu cara alternatif swamedikasi karena efek samping yang relatif lebih minimal. Tanaman obat tradisional digunakan lebih banyak oleh dewasa tua yang pada umumnya dengan tingkat pendidikan rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara karakteristik umur dan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang TOGA. Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Desain penelitian deskriptif analitik dengan variabel dependen adalah tingkat pengetahuan sedangkan variabel independen adalah karakteristik umur dan tingkat pendiidikan. Analisis data menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan responden terhadap TOGA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kategori umur < 35 tahun sebesar 26,7% dan 35 tahun sebesar 73,3%. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir SD sampai SMP sebanyak 76,6%, SMA sebanyak 16,7% dan 6,7% akademi. Sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 76,7%, tingkat pengetahuan kategori cukup sebanyak 13,3% dan tingkat pengetahuan kategori sangat baik sebanyak 10%. Hasil analisis data (Chi Square Test) menunjukkan nilai probabilitas umur dan tingkat pendidikan lebih besar dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa karakteristik umur dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang TOGA. Kata Kunci : Tingkat Pendidikan dan umur, Pengetahuan, Tanaman Obat Keluarga (TOGA) PENDAHULUAN Pengobatan sendiri atau swamedikasi (self medication) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum mereka memutuskan untuk mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan. Data Susenas Badan Pusat Statistik tahun 2009 menunjukkan bahwa lebih dari 66 % masyarakat melakukan pengobatan sendiri (BPS, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa 35,2 % masyarakat Indonesia menyimpan obat di rumah tangga, baik diperoleh dari resep dokter maupun dibeli sendiri secara bebas, di antaranya sebesar 27,8 % adalah antibiotik (Kemenkes RI, 2013). Menurut hasil penelitian Supardi dan Notosiswoyo (2005) menyatakakan bahwa sebagian masyarakat tidak setuju dengan penggunaan obat dalam pengobatan sendiri karena kemungkinan timbul efek samping dan lebih menggunakan obat tradisional. Swamedikasi dengan menggunakan obat sintetik dapat menyebabkan permasalahan kesehatan akibat kesalahan penggunaan, tidak tercapainya efek pengobatan, timbulnya efek samping yang tidak diinginkan, penyebab timbulnya penyakit baru, kelebihan pemakaian obat (overdosis) karena penggunaan obat yang 171

mengandung zat aktif yang sama secara bersamaan. Permasalahan kesehatan yang baru dapat saja timbul menyebabkan penyakit yang jauh lebih berat. Hal ini dapat disebabkan karena terbatasnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan, maupun kurangnya kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencari informasi melalui sumber informasi yang tersedia. Penggunaan tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan salah satu cara untuk melakukan swamedikasi. Penggunaan obat herbal relatif lebih aman dibandingkan obat sintetik dilihat dari segi efek samping yang dihasilkan relatif minimal. Manfaat yang didapat dari tanaman obat antara lain pencegahan penyakit jika digunakan secara dini dan kontinyu, pengobatan pertama pada kecelakaan (P3K), pengobatan pada penyakit luar dan dalam, untuk mempercantik diri (kosmetik), Bernilai estetika bagi keluarga dan lingkungan (mengurangi stres), sumber ekonomi keluarga, murah dan lebih mudah didapat, serta efek samping yang ditimbulkan relatif kecil (tergantung pada pemakaian dosis, pembuatan higienis dan penyimpanan baik serta pemakaian sesuai dengan takaran). Indonesia memiliki banyak Tanaman tradisional yang berkhasiat sebagai obat yang belum secara optimal dimanfaatkan. Tanaman obat tradisional masih dimanfaatkan oleh sebagian orang yang pada umumnya adalah oleh orang tua dengan tingkat pendidikan rendah. Obat tradisional yang sering disebut dengan jamu umumnya khasiat manfaatnya berdasarkan terapi empiris yang merupakan warisan nenek moyang. Berdasarkan Riskesdas (2010) bahwa tingkat konsumsi jamu paling besar adalah usia lebih dari 35 tahun dan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin menurun tingkat konsumsi jamu (Kemenkes RI, 2010). Maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara karakteristik umur dan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang Tanaman Obat Keluarga dalam upaya Self Medication. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan variabel dependen berupa tingkat pengetahuan sedangkan variabel independen adalah karakteristik dilihat dari umur dan tingkat pendidikan. Penelitian ini dilakukan di desa Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya pada bulan Oktober 2014 yang merupakan desa binaan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya dengan Populasi ibu-ibu kelurahan Sukahurip. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan kreiteria ibu-ibu dengan pekerjaan ibu rumah tangga karena diharapkan memiliki waktu luang dalam penanaman tanaman khususnya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan alat ukur pertanyaan yang 172

diajukan kepada responden untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan tentang TOGA. Hasil pengukuran dihitung dengan rumus : P = F/N x 100% Keterangan: P = Nilai yang didapat F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal Hasilnya kemudian diinterpretasikan pada kriteria Sangat baik: Bila skor yang diperoleh 76-100%; Baik: Bila skor yang diperoleh 51-75%; Cukup baik: Bila skor yang diperoleh 26-50%; dan Tidak baik: Bila skor yang diperoleh 0-25% (Notoatmojo, 2007). Analisis data secara univariate dan bivariate. Analisi univariat berupa karakteristik (umur dan tingkat pendidikan) dan pengetahuan responden dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Sedangkan analisis bivariate menggunakan Chi Square Test untuk melihat hubungan karakteristik responden (variabel bebas) dengan pengetahuan (variabel terikat). Uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan karakteristik, dan pengetahuan responden terhadap tanaman obat keluarga dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), bila p < 0,05 maka variabel diatas dinyatakan berhubungan secara signifikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Karakteristik responden dilakukan pada 30 responden dilihat pada tabel.1 Tabel 1. Karakteristik Responden KARAKTERISTIK RESPONDEN JUMLAH (N) PERSENTASE (%) Umur < 35 tahun 35 tahun Tingkat Pendidikan Dasar (SD-SMP) Menengah Tinggi 8 22 23 5 2 26,7 73,3 76,6 16,7 6,7 Karakteristik umur dan tingkat pendidikan terakhir menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 1, mayoritas responden pada kategori umur lebih dari 35 tahun yaitu sebesar 73,3% dan sisanya umur dibawah 35 tahun yaitu sebesar 26,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya kader aktif desa khususnya Kelurahan Sukahurip mayoritas usia diatas 35 tahun yang merupakan usia produktif yang dapat berkontribusi dalam peran aktif di masyarakat khususnya sebagai penggerak masyarakat dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rochmawati (2010) bahwa dalam penelitian didapatkan hasil bahwa mayoritas kader berusia di atas 35 173

tahun sebesar 57,9% dan kader dengan usia dibawah 35 tahun sebesar 42,1%. Hal ini berkaitan dengan peran serta kader, semakin tua seseorang maka diharapkan produktivitas dan peran serta kader akan cenderung meningkat. Tingkat kedewasaan teknis dan psikologis seseorang dapat dilihat dengan semakin tua umur seseorang maka akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan (Effendy, 2000). Sejalan dengan Riskesdas (2010) bahwa usia diatas 35 tahun mempunyai kebiasaan dalam konsumsi jamu sebagai tanaman obat tradisional sehingga umur diatas 35 tahun ini terbiasa memanfaatkan tanaman obat sebagai usaha self medication (Kemenkes RI, 2010). Kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan pengembangan program desa siaga (Syafrudin, Hamidah, 2009). Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 1. bahwa mayoritas tingkat pendidikan terakhir adalah tingkat dasar yaitu mencakup SD sampai SMP yaitu sebesar 76,6%, sedangkan untuk tingkat pendidikan menengah yaitu SMA sebanyak 16,7% dan hanya 6,7% dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu akademi. Hal tersebut menunjukkan pada umumnya kader Kelurahan Sukahurip mayoritas adalah dengan tingkat pendidikan dasar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rochmawati (2010) tentang karakteristik pendidikan kader yaitu mayoritas adalah tingkat pendidikan dasar sebesar 47,4% diikuti oleh kader dengan tingkat pendidikan menengah sebesar 43,1 dan kader dengan pendidikan tinggi sebesar 9,5%. Hasil Riset dari Riskesdas (2010) menunjukkan presentase orang dalam konsumsi jamu sebagai tanaman berkhasiat obat menurun sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan (Kemenkes RI, 2010). Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden TINGKAT PENGETAHUAN JUMLAH (n) PERSENTASE (%) Sangat baik (76-100%) 3 10 Baik (51-75%) 23 76,7 Cukup baik (26-50%) 4 13,3 Tidak Baik (0-25%) - - Responden memiliki pengetahuan baik pengetahuan cukup sebesar 13,3% dan yaitu sebesar 76,7% diikuti oleh tingkat tingkat pengetahuan sangat baik sebesar 174

10%. Hal ini dapat dihubungkan dengan teori yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh individu merupakan salah satu faktor yang akan mendukung kemampuannya untuk menerima informasi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin luas pula cara pandang dan cara pikirnya dalam menghadapi suatu keadaanyang terjadi disekitarnya (Nursalam, 2003). Sehingga tingkat pengetahuan ini dapat dihubungkan dengan tingkat pendidikan responden. Hal tersebut tidak sejalan dengan Riskesdas (2010) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin kurang merasakan manfaat penggunaan jamu/tanaman obat (Kemenkes RI, 2010). Analisis Bivariat Hasil analisis data (Chi Square Test) menunjukkan nilai probabilitas umur dan tingkat pendidikan lebih besar dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa karakteristik umur dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang dapat dilihat dari tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat pengetahuan Variabel X 2 hitung X 2 tabel P Umur 1,690 5,991 0,43 Tingkat Pendidikan 2,129 7,779 0,712 KESIMPULAN Tingkat Pengetahuan responden mayoritas memiliki pengetahuan baik tentang TOGA. Namun Tingkat Pengetahuan tersebut tidak berhubungan dengan umur dan tingkat pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Effendy N., 2000. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoatmojo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, 2001.Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto. Jakarta. Kemenkes RI, 2010, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2010, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Rochmawati, 2010, Hubungan Antara Keaktifan Kader Kesehatan Dengan Pengembangan Program Desa Siaga di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen, Karya Tulis Ilmiah, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Supardi, S., dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk, dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, 175

Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, Volume 2 No 3, Agustus, 134-144. Syafrudin dan Hamidah, 2009.Kebidanan Komunitas.Jakarta: EGC. BPS, 2009, Survei Sosial Ekonomi tahun 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta. 176