BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang memerlukan perhatian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam mendukung secara

BAB I PENDAHULUAN A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 23-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK. Pada kenyataannya dunia pendidikan di Indonesia masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pelaksana pendidikan untuk

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN. R. Nety Rustikayanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

... BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar pada umumnya memerlukan model pembelajaran

I. PENDAHULUAN. pembelajaran fisika yang kurang menarik dan dianggap monoton. (kompasiana.com). Pembelajaran yang kurang menarik dan monoton dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Pada

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan global terutama dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem evaluasi, pengadaan buku dana alat-alat pelajaran, perbaikan sarana. belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

I. PENDAHULUAN. Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu

TUGAS AKHIR APLIKASI PETA PARIWISATA DAN BUDAYA PROVINSI INDONESIA UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SLTP N 04 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2014 IMPLEMENTASI MEDIA PERANGKAT LUNAK PATH PLANNING TOOL

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan fakta-fakta dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan, dalam praktiknya

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendidik peserta didiknya untuk meyakini, memahami dan. mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai keragaman dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya yang menjadikan siswa menuju keadaaan yang lebih baik. Proses pendidikan tidak hanya sebagai proses pembekalan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa, tetapi juga harus didukung dengan hasil belajar siswa dalam memahami berbagai pengetahuan yang telah diajarkan di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme guru sangatlah dibutuhkan untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Kualitas guru ditinjau dari dua sisi, yaitu segi proses dan hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku peserta didik ke arah penguasaan kompetensi yang lebih baik (Mulyasa, 2005). Metode pembelajaran yang dipakai oleh seorang guru, juga merupakan aspek penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan memberikan kontribusi yang penting bagi keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran dan pendidikan (Baharuddin dan Wahyuni, E. N., 2010). Berbagai macam pendekatan, model, dan metode mengajar dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan yang terdapat di dalam kurikulum.

2 Melihat kondisi permasalahan yang ada pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung, peneliti melakukan wawancara pada salah satu guru bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) bahwa di sekolah tersebut proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih bersifat teacher centre, dimana guru hanya menyampaikan sains dan teknologi sebagai produk, dan siswa menghafal informasi faktual (Suyatno, 2009). Hal ini dapat terlihat pada mata pelajaran Pemograman Web, mata pelajaran ini tidak dapat disampaikan hanya dengan teori saja dan sedikit praktek. Melainkan harus diperbanyak pengaplikasiannya, jadi siswa harus diperbanyak praktek agar materi yang disampaikan guru menjadi lebih paham. Menurut Arikunto (2009:295), terdapat istilah kedudukan siswa dalam kelompok, yang dimaksud dengan kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seseorang siswa di dalam urutan tingkatannya. Dengan kata lain, didalam suatu kelas terdapat 3 kemampuan yang dimiliki oleh siswa yaitu siswa dengan kemampuan tinggi, siswa dengan kemampuan sedang dan siswa dengan kemampuan rendah. Tiap kemampuan memiliki perbedaan dalam proses penyerapan materi yang diberikan oleh guru. Kesulitan dan kelemahan belajar siswa memahami suatu materi pembelajaran yang dialami siswa tidak semata-mata karena lemahnya proses berfikir siswa akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan kesulitan dan kelemahan tersebut yaitu mulai dari guru, media yang digunakan sampai variansi model pembelajaran yang diterapkan kepada siswa. Perlu diingat bahwa tingkat kemampuan penyerapan siswa terhadap informasi yang diberikan oleh guru itu berbeda-beda, baik oleh siswa yang terdapat pada kelompok atas, tengah dan bawah. Penerapan pembelajaran di ruang kelas merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan dunia global di masa depan. Guru bertugas untuk memudahkan pembelajaran sesuai dengan keadaan diri masing-masing

3 siswa. Di sini, ditekankan bahwa dalam pemilihan kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan harus ditunjukan untuk dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran di kelas, guru harus memberikan ruang bagi murid untuk berkreatifitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat student center, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih berkreasi dalam membentuk pengetahuan dan pemahaman apa yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian siswa mampu menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam berbagai kondisi, sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa pun dapat berkembang maksimal secara bersamaan (Baharuddin dan Wahyuni, E. N., 2010). Untuk menggerakan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan ajar yang akan dipelajari (Deporter, 2000). Dengan kata lain, untuk menumbuhkan minat pembelajar kita harus mendatangkan pengalaman umum yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya adalah dengan menggunakan model pembelajaran aktif yaitu model pembelajaran experiential Kolb. Experiential Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman (experience). Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasikan pengalaman (Kolb, 1984). Baharuddin dan Wahyuni, E. N. (2010) menyatakan Experiential Kolb dapat didefinisikan sebagai tindakan

4 untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman secara terus-menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Model pembelajaran ini menyajikan empat tahap yaitu tahap pengalaman konkrit (concrete experience), tahap kedua yaitu pengamatan reflektif (reflective observation), tahap ketiga yaitu konsepsi abstrak (abstract experimentation), kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation) (Kolb, 1984). Dengan melihat pernyataan diatas, model pembelajaran experiential Kolb dapat memberikan solusi agar proses belajar mengajar lebih efektif dan konkrit. Dengan demikian para siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, misalnya cara mengaplikasian kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Menurut Sudjana (1989:22) pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan pemahaman dari siswa dan mampu mengaplikasikan materi yang diajarkannya. Kemampuan aplikasi siswa yaitu kemampuan siswa menerapkan materi pelajaran pada kehidupannya atau mempraktekannya sendiri. Untuk itu selayaknya seorang guru dalam proses belajar mengajar selalu mempertimbangkan metode mengajar yang mampu meningkatkan kemampuan aplikasi siswa sehingga siswa berperan aktif di kelasnya untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran experiential Kolb berbantu multimedia interaktif sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan multimedia interaktif siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga dapat mempraktekan langsung (belajar mandiri), sehingga peserta didik tidak mengalami kebosanan dan tingkat monotisme yang cukup tinggi, yang menyebabkan

5 siswa mengalami penurunan motivasi belajar. Berpijak kepada konsep Magnesen(1993), bahwa pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audiovisual atau multimedia interaktif akan meningkatkan kemampuan belajar menjadi sebesar 50% dari pada dengan tanpa mempergunakan media. Oleh karena itu, media mempunyai kemampuan atau potensi yang sangat baik untuk kita manfaatkan. Manfaat yang paling penting adalah media dapat mengatasi kekurangan-kekurangan guru dalam menyampaikan pelajaran. Media didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar itu terjadi (Sardiman, 2002:6). Pemilihan media yang tepat, yaitu sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pembelajaran (Sunyoto, 2006). Berdasarkan paparan masalah tersebut, maka penulis terinspirasi untuk melakukan kegiatan penelitian berkenaan dengan Implementasi Model Pembelajaran Experiential Kolb Berbantu Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Siswa SMK pada Bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengembangan multimedia interaktif untuk alat bantu dalam implementasi model pembelajaran Experiential Kolb pada siswa SMK bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif?

6 3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif? 4. Bagaimana respon siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif? C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMK Puragabaya Bandung. 2. Materi yang diujicobakan yaitu Pemograman HTML Dasar. 3. Pembuatan Multimedia yang dipakai menggunakan Adobe Flash CS3. Dimana media tersebut hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk meneliti implementasi model pembelajaran Experiential Kolb bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan, pada materi ajar pemograman html dasar berbantu multimedia interaktif. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengembangkan multimedia interaktif untuk alat bantu dalam implementasi model pembelajaran Experiential Kolb pada siswa SMK bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). 2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi siswa antara kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. 3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.

7 4. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui manfaat multimedia yang dikembangkan sebagai alat bantu pada penerapan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif pada siswa SMK bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar. 2. Mengetahui nilai hasil peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. 3. Mengetahui respon siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah : Implemetasi Model Pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan aplikasi siswa SMK pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah pada bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) G. Definisi Operasional

8 1. Model pembelajaran Experiential Kolb adalah model pembelajaran yang menyajikan situasi pembelajaran dalam bentuk suatu siklus dengan mengadakan pengalaman konkrit (concrete experience) bagi siswa sebagai awal pembelajaran dteruskan dengan pengamatan reflektif (reflective observation) dan masuk pada tahap konsepsi abstrak (abstract experimentation) kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation) dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan eksperimen (Kolb, 1984). 2. Multimedia Interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Sigit dkk, 2008 : 13). Multimedia ini diharapkan membantu dalam proses penyampaian materi ajar pemograman html dasar. Multimedia interaktif pada penelitian ini merupakan perangkat lunak komputer yang berisi slide materi dengan bentuk dan desain. 3. Kemampuan aplikasi, aplikasi adalah kemampuan seseorang menggunakan apa yang telah diperolehnya dalam situasi khusus yang baru, dan kongkrit. (Ruseffendi, 1991: 222).