PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BAB I PENDAHULUAN. Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lingkungan merupakan tempat tinggal bagi semua mahluk hidup di bumi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

MENGENAL KARST. Oleh : Heri Susanto Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Kendeng Utara terbentang mulai dari Kabupaten Kudus, sampai dengan Kabupaten Tuban, termasuk di

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN KAWASAN LINDUNG DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KARAKTERISTIK WILAYAH

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

Transkripsi:

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses geologi ini, terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa mulai dari pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks. Salah satu kawasan kawasan Karst yang terdapat di Jawa Barat adalah kawasan Karst Citatah-Rajamandala yang membentang dari Rajamandala (perbatasan Kab. Bandung Barat-Cianjur) sampai Padalarang dengan panjang kurang lebih 27 Km. Secara Administratif kawasan karst Citatah termasuk kedalam Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha dan tanah darat 8.526 ha. Berdasarkan cacatan Badan Pengelolaah Lingkungan Hidup (BPLHD) Jawa Barat, Kawasan Karst Citatah merupakan kawasan dengan laju kerusakan signifikan. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya luasan areal penambangan batu kapur. Penambangan yang tidak terkendali ini sangat mengancam nilai strategis kawasan karst di daerah Citatah. Kata Kunci: Pengelolaan Karst A. PENDAHULUAN I ndonesia merupakan negara yang memiliki bentang alam yang beragam. Salah satu bentang alam (landscape) yang memiliki potensi dan nilai strategis adalah kawasan Karst. Dalam laporan tim peneliti IPB (2010) Indonesia diperkirakan memiliki kurang lebih 15,4 juta hektar kawasan Karst atau 20 persen dari total luas wilayah Indonesia. Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses geologi ini, terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa mulai dari pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks (BPLHD Jawa Barat, 2009). Milanovic (dalam Deny Juanda, 2006) mengemukakan bahwa topografi Karst adalah bentuk bentang alam tiga dimensional yang terbentuk akibat proses pelarutan lapisan batuan dasar, khususnya batuan karbonat seperti batugamping kalsit *) Yoga Candra Maulana, S.Pd Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma Bekasi. REGION Volume III. No. 2 September 2011 1

atau dolomit. Bentang alam ini memperlihatkan bentuk permukaan yang khusus dan drainase bawah. Salah satu kawasan kawasan Karst yang terdapat di Jawa Barat adalah kawasan Karst Citatah-Rajamandala yang membentang dari Rajamandala (perbatasan Kab. Bandung Barat-Cianjur) sampai Padalarang dengan panjang kurang lebih 27 Km. Secara Administratif kawasan karst Citatah termasuk kedalam Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha dan tanah darat 8.526 ha. Berdasarkan cacatan Badan Pengelolaah Lingkungan Hidup (BPLHD) Jawa Barat, Kawasan Karst Citatah merupakan kawasan dengan laju kerusakan signifikan. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya luasan areal penambangan batu kapur. Penambangan yang tidak terkendali ini sangat mengancam nilai strategis kawasan karst di daerah Citatah. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Gamping dan Kawasan Karst bahwa: Darsoprajitno (2007) menjelaskan Batugamping yaitu batuan endapan yang terbentuk di dasar lautan dan disusun oleh berbagai cangkang binatang laut dalam kurun waktu jutaan tahun. Melalui proses geologi, akhimya endapan batugamping tersebut terangkat ke permukaan laut dan membentuk dataran atau pegunungan batugamping. Selanjutnya oleh kegiatan air yang umumnya air hujan yang mengandung senyawa COz, terjadilah proses kimiawi hingga membentuk rongga berbagai bentuk dan ukuran dalam kurun waktu ribuan tahun atau lebih. Endapan batugamping yang telah mengalami proses semacam ini disebut batugamping/karst. Menurut Eko Haryono (2009) Karst berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan Karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. dicirikan oleh: Karst menurut Eko Haryono (2009) 1. terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, 2. langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai permukaan, dan 3. terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah. Istilah Karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. REGION Volume III. No. 2 September 2011 2

Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses geologi ini, terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa mulai dari pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks. Secara sempit, kawasan Karst dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan atau proses karsifikasi. "Dalam konteks yang luas, kawasan Karst merupakan perpaduan antara unsur-unsur morfologi, kehidupan, energi, air, gas, tanah, dan batuan, yang membentuk satu kesatuan yang utuh". Samoedra (2001). 2. Karstifikasi Karstifikasi atau proses permbentukan bentuk-lahan karst didominasi oleh proses pelarutan. Proses pelaturan batugamping diawali oleh larutnya CO2 di dalam air membentuk H2CO3. Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H - dan HCO 2-3 Ion H - inilah yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO3 (Gambar1). Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut. CaCO3 + H2O + CO2 Ca 2+ 2- + 2 HCO 3 1. Faktor Karstifikasi Menurut Eko Haryono (2009) Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor pendorong. Faktor pengontrol menentukan dapat tidaknya proses karstifikasi berlangsung, sendangkan faktor pendorong menentukan kecepatan dan kesempurnaan proses karstifikasi. Gambar 1. Skema proses pelarutan batugamping (Trudgil, 1985) a. Faktor Pengontrol 1) Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan 2) Curah hujan yang cukup (>250 mm/tahun) 3) Batuan terekspos di ketinggian yang perkembangan memungkinkan air/drainase secara vertikal. b. Faktor pendorong 1) Temperatur 2) Penutupan hutan sirkulasi REGION Volume III. No. 2 September 2011 3

Gambar 2. Ilustrasi Irisan kawasan Karst. Batuan yang mengandung CaCO 3 tinggi akan mudah larut. Semakin tinggi kandungan CaCO 3, semakin berkembang bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan kestabilan morfologi karst setelah mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak, maka setiap kenampakan karst yang terbentuk seperti karen dan bukit akan cepat hilang karena proses pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan gerak masa batuan, sehingga kenampakan karst tidak dapat berkembang baik. Ketebalan menentukan terbentuknya sikulasi air secara vertikal lebih. Tanpa adanya lapisan yang tebal, sirkulasi air secara vertikal yang merupakan syarat karstifikasi dapat berlangsung. Tanpa adanya sirkulasi vertikal, proses yang terjadi adalah aliran lateral seperti pada sungaisungai permukaan dan cekungan-cekungan tertutup tidak dapat terbentuk. Rekahan batuan merupakan jalan masuknya air membentuk drainase vertikal dan berkembangnya sungai bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi. 2. Bentukan Khas Dengan adanya proses pelarutan oleh air yang berlangsung terus-menerus pada suatu daerah Karst, akan menghasilkan beraneka ragam bentukan baru daerah tersebut yang akan menunjukan termasuk ke dalam tingkatan mana siklus Karst yang sedang REGION Volume III. No. 2 September 2011 4

terjadi. Bentukan-bentukan khas yang dapat terjadi di daerah Karst menurut Tisnasomantri (1998) diantaranya alah sebagai berikut: a. Terra Rosa, yaitu tanah liat berwarna merah yang terdapat di permukaan. Tanah ini adalah sisa pelarutan yang tidak diangkut ke dalam celah-celah batuan. Pada lereng yang curam, terra rosa tidak akan ditemukan karena habis terhanyutkan, sedangkan untuk di daerah yang landai term rosa akan banyak ditemukan. b. Lapies (bahasa Perancis) atau karren, client (bahasa Inggris), yaitu bentukan permukaan dengan relief yang jelas, berlembah dan berbukit kecil-kecil, runcing-runcing dan terjal. Bentukan semacam ini terdapat di daerah kapur yang tidak tertutup oleh term rosa. c. Sinkholes dan bentukan-bentukan lainnya yang sejenis. Sinkholes adalah depresi di daerah karst yang dalamnya berkisar antara 1-30 meter. Luasnya mulai dari yang hanya beberapa meter persegi sampai pada yang lebih dari setengah hektar. Bentukan yang paling lazim adalah seperti corong terbuka ke arah atas, walaupun ada pula beberapa bentuk lainnya. Berdasarkan cara pembentukannya, sinkholes dapat dibagi atas 2 macam, yaitu: 1) Sinkholes yang terjadi langsung oleh pelarutan tanpa disertai oleh gangguan lain terhadap batuan. Bentukan ini disebut decline atau solution sink. 2) Sinkholes yang terjadi oleh adanya runtuhan. Bentukan ini pun dimulai dengan proses pelarutan yang menghasilkan rongga di bawah tanah, kemudian disusul dengan runtuhnya bagian atap rongga tersebut, sehingga menghasilkan bentuk cekung di permukaan. Lerengnya terdiri dari batuan yang keras dan menurun. Bentukan ini disebut juga doline, doline yang dangkal tetapi luas biasa disebut solution pan. d. Swallow holes, merupakan lubanglubang yang cukup jelas, yang terdapat pada dasar sinkholes tempat air yang mengalir ke dalam sinkholes meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, e. Danau Karst dapat terjadi di tempat tersebut, jika lubang-lubang tempat meresapnya air itu tersumbat oleh tanah liat sehingga menyebab air tergenang di dalam sinkholes. Kalau genangan air itu dangkal, biasanya penduduk petani setempat banyak menanam padi di dalamnya. f. Sin king creeks, merupakan sungaisungai yang menghilang ke bawah tanah, yang seluruh airnya mula-mula mengalir di atas permukaan, kemudian menghilang ke dalam lubang-lubang atau retakan-retakan. g. Sink, merupakan tempat menghilangnya air ke dalam tanah, di suatu tempat sink dapat tampak dengan jelas, akan tetapi tidak demikian halnya di tempat yang lain. Hal ini disebabkan karena air meresap secara berangsur-angsur. 3. Potensi Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 1456.K/20/MM/2000, kepentingan kegiatan sektor pembangunan terhadap kondisi fisik kawasan karst sehingga dapat memberikan arahan terhadap pengelolaan kawasan karst. Kawasan lindung kawasan karst dari aspek geologinya dapat dikelompokkan menjadi: REGION Volume III. No. 2 September 2011 5

1. Kawasan Karst Kelas I Kawasan Karst Kelas I adalah kawasan yang memiliki salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut : a. Berfungsi sebagai penyimpan air tanah secara tetap (permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi hidrologi. b. Mempunyai gua-gua dan sungai bawah tanah aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan. c. Gua-guanya mempunyai speolotem aktif dan atau peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya d. Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial, ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Kawasan Perlindungan Setempat a. Sempadan Gua merupakan bentukan karst yang harus dilindungi. Bentuk perlindungan setempat gua ini adalah tidak boleh ada kegiatan bangunan disekitar sempadan, merusak hiasan dalam gua (stalagtit, stalagmit, flowstone dan lain-lain), mencemari sungai bawah tanah. b. Sempadan Mataair keberadaan mataair yang dapat dilestarikan dan tidak terganggu, sehingga tidak akan mempengaruhi potensinya. penurunan Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya perlindungan terhadap kawasan Karst, antara lain dikemukakan Samodra dalam bukunya (2001) menyebutkan bahwa kawasan Kars memiliki beberapa nilai yaitu: a. Nilai Ilmiah Kawasan Karst 1) Aspek Geologi 2) Aspek hidrologi 3) Aspek paleontology dan peleontropologi 4) Aspek speleologi 5) Aspek biologi 6) Aspek arkeologi 7) Aspek ekosistem 8) Aspek kerekayasaan b. Nilai Ekonomi Kawasan Karst 1) Aspek pertambangan 2) Aspek pariwisata 3) Aspek pengelolaan air 4) Aspek pertanian 5) Aspek peternakan 6) Aspek kehutanan 7) Aspek perikanan 8) Aspek bioekonomi c. Nilai Kemanusiaan Kawasan Karst 1) Aspek estetika 2) Aspek kependudukan 3) Aspek social, ekonomi, dan budaya 4) Aspek kepercayaan, agama dan spiritual 5) Aspek pendidikan REGION Volume III. No. 2 September 2011 6

6) Aspek rekreasi, dan olehraga 7) Aspek kesehatan 8) Aspek pertahanan C. PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Karst Rajamandala Menurut van Bemmelen dalam Rahardjo (2008) Perbukitan Karst Rajamandala terletak di Jawa Barat, merupakan batas barat dari Cekungan Bandung. Perbukitan gamping ini berperan dalam sejarah pengeringan danau Bandung dimana sungai Citarum berhasil mengeringkan danau Bandung setelah membobol sebagian dari Perbukitan Rajamandala yaitu di Sang Hyang Tikoro. Kawasan Karst Citatah- Rajamandala merupakan salah satu kawasan karst yang terdapat di wilayah Jawa Barat. Secara Administratif kawasan karst Citatah termasuk kedalam Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha dan tanah darat 8.526 ha. Kawasan Karst Citatah- Rajamandala merupakan perbukitan kapur berketinggian antara 700-900 m di atas permukaan laut. Batas kawasan Karst Citatah diantaranya sebagai berikut: a. timur-timur laut di Tagogapu, b. utara Padalarang, c. barat-barat daya di daerah Saguling, d. selatan Rajamandala. REGION Volume III. No. 2 September 2011 7

Gambar 3. Peta Sebaran Kawasan Karst di wilayah Jawa Barat Gambar 4. Bentang lahan Kawasan Karst Citatah-Rajamandala, Padalarang REGION Volume III. No. 2 September 2011 8

Perbukitan kapur Citatah-Rajamandala merupakan perbukitan lipatan dari batuan marine Tersier terdiri dari batulempung Formasi Batuasih, batugamping Formasi Rajamandala, batupasir-batulempung Formasi Citarum, dan breksi Formasi Saguling. Di daerah Tagogapu-Citatah-Saguling, morfologi yang menonjol adalah perbukitan Karst yang terjadi pada batugamping Formasi Rajamandala. 2. Potensi Kawasan Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Jawa Barat dapat di simpulkan bahwa kawasan Karst Citatah-Rajamandala memeiliki nilai strategis yang penting. Nilai strategis kawasan Karst Citatah diantaranya: a. Kawasan karst Citatah termasuk kawasan Karst tertua di Pulau Jawa. Terbentang sepanjang enam kilometer dari Tagog Apu hingga selatan Rajamandala, jajaran gunung batu ini terbentuk pada zaman Miosen, 20-30 juta tahun silam (KRCB, 2006). Kawasan Karst Citatah ini meliputi: Goa Pawon, Pasir Pawon, Pasir Masigit, Pasir bancana, Karangpanganten, Gunung Manik, Pasir Pabeasan dan Gunung Hawu. Kondisi perbukitan ini sedang berada dalam ancaman kehancuran karena adanya penambangan batu gamping. Yang kini masih utuh adalah Pasir Pawon dan Pasir Pabeasan, yang digunakan sebagai tempat latihan panjat tebing 125. Sedangkan Gunung Manik merupakan tempat latihan Koppasus. b. Adanya temuan situs purbakala berupa alat-alat batu, gerabah, bongkah andesit sebagai alat tumbuk dan tulang-tulang binatang (gigi, kuku, rahang) di lingkungan Gua Pawon merupakan temuan arkeologi spektakular di Jawa Barat. Benda temuannya sangat berlimpah (serpihan dan peralatan batu jenis jaspis merah, jaspis hijau, kalsedon tembus pandang dan gelas gunung) yang menunjukkan betapa intensifnya Gua Pawon dipakai manusia prasejarah sebagai hunian (KRCB,2006). c. Nilai ilmiah berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berhubungan dengan geologi, hidrologi, biologi, ekologi, arkeologi, kehutanan, dan sosio budaya. REGION Volume III. No. 2 September 2011 9

d. Nilai ekonomi berhubungan dengan keberadaannya sebagai sumber daya alam hayati dan nirhayati, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Penambangan batu gamping, fosfat guano, pengelolaan air, kehutanan, pertanian, perikanan, pariwisata dan bioekonomi (walet), semuanya memberi nilai ekonomi yang tidak sedikit. e. Nilai kemanusiaan, yang berhubungan dengan tatanan sosio budaya masyarakat setempat yang khas. Tercakup di dalamnya a.l kependudukan, pendidikan, estetika, adat istiadat, agama, kepercayaan, spiritual, dan pertahanan. f. Kawasan Karst mempunyai fungsi sebagai: 1) Habitat aneka spesies flora dan fauna yang mungkin memiliki nilai endemi tinggi sehingga memperkaya khasanah keanekaragaman hayati; 2) Warisan keanekaragaman bumi terhadap anak cucu generasi mendatang, dimana kawasan karst terbukti memiliki bangun bentang alam yang khas, unik dan langka; 3) Lingkungan biotik dan abiotik kawasan karst merupakan situs penting bagi pengembangan pengetahuan, baik yang berbasis pada ilmu kebumian (geologi, geomorfologi, paleontologi), ekologi, biologi, kehutanan, pertanian, peternakan, maupun sosial dan budaya; 4) Di salah satu segmen kawasan karst (Gua Pawon) terbukti memiliki situs arkeologi dan paleontologi yang berkaitan dengan budaya, keberadaan dan perkembangan manusia prasejarah. 3. Tata Kelola Tata kelola Kawasan Karst Citatah-Rajamandala telah diatur perundangan dan peraturan pemerintah baik pusat maupun peraturan pemerintah daerah tentang pengelolaan dan perlindungan kawasan Karst dan kawasan lindung lainnya. Peraturan dan perundangan yang mengatur tata kelola kawasan Karst Citatah diantaranya : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana tata ruang Wilayah Nasional Pasal 53. 1) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (5) huruf a terdiri atas: REGION Volume III. No. 2 September 2011 10

a) kawasan keunikan batuan dan fosil; b) kawasan keunikan bentang alam; dan c) kawasan keunikan proses geologi. b. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, minimal terdapat 3 hal yang menetapkan kawasan karst Citatah-Rajamandala tersebut harus dilindungi dan dikelola karena ditetapkan sebagai kawasan lindung. 1) Pasal 55 perda tersebut disebutkan, bahwa kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 10, huruf b. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung, tersebar di kabupaten/kota, dan huruf (c). Kawasan resapan air, tersebar di kabupaten/kota 2) Pasal 56 disebutkan bahwa, kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 sampai dengan Pasal 20, huruf (c). Kawasan sekitar waduk dan situ, (untuk nomor 2) Situ, tersebar di kabupaten/kota, dan huruf d. Kawasan sekitar mata air, tersebar di kabupaten/kota. 3) Pasal 62 disebutkan bahwa, kawasan konservasi geologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sampai dengan Pasal 44, huruf (a). Kawasan cagar alam geologi, yaitu nomor (1) Cagar Alam Geologi Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung, dan huruf (b) Kawasan karst, (yaitu nomor 1) Citatah-Tagog Apu, terletak di Kabupaten Bandung. Berdasarkan uraian tentang peraturan diatas jelas bahwa kawasan Karst Citatah-Rajamandala merupakan kawasan lindung. Untuk itu seluruh pengelolaan kawasan Karst Citatah- Rajamandala harus mengacu kepada peraturan tersebut. 4. Masalah Kawasan Karst Citatah- Rajamandala tidak lepas dari permasalahan lingkungan. Masalah ini terutama diakibatkan oleh tidak terkendalinya kegiatan penambangan batu gamping. Menurut data BPLHD Jabar (2009) terdapat Pertambangan bahan galian Golongan C yang memiliki izin REGION Volume III. No. 2 September 2011 11

berjumlah 11 IUP yang dikeluarkan oleh Bupati Bandung dan Izin yang diterbitkan oleh Camat: 5 izin, 1000 m2 per izin. Namun diluar areal pertmabanagan yang memiliki izin sekarang semakin banyaknya pertambangan yang dilakukan perorangan. Aktivitas penambangan dikhawatirkan makin mendekat dan akan merambah ke Pasir Pawon yang akan mengancam situs purbakala dan nilainilai strategis lainnya yang terdapat di Gua Pawon. Lihat photo. Warna putih adalah kawasan yang telah dibuka menjadi kegiatan penambangan. Gambar 5. Sebaran areal pertambangan batu gamping di kawasan Karst Citatah-Rajamandala REGION Volume III. No. 2 September 2011 12

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Karst Citatah-Rakamandala memiliki nilai Ilmiah, Ekonomi, dan kemanusiaan. a. Nilai ilmiah sebagai tempat atau laboratorium alam berupa berbagai disiplin ilmu seperti Geologi, Geografi, Peleoantropologi, Biospeleologi dan lain sebagainya. b. Nilai ekonomi diantaran sebagai sumber bahan tambang batu gamping yang dapat dikelola oleh rakyat dan pemerintah. c. Nilai humanis diantaranya estetika, pengembangan keolahragaan seperti olahraga panjat tebing. 2. Usaha penambangan gamping rakyat (galian C) yang tidak terkendali mengakibatkan kerusakan kawasan, seperti kawasan cagar budaya Goa Pawon, Goa Bancana dan Gunung Masigit. Kerusakan dan polusi diantaranya; a. Kerusakan bentukan Eksokarst yang khas seperti tower gamping di sekitar karang panganten-gunung masigit. b. Kerusakan bentukan Endokarst seperti di Goa Bancana di sekitar pasir bancana dan Goa pawon di sekitar Pasir Pawon. c. Polusi udara dari hasil pembakaran dan residu penambangan. B. Rekomendasi Dalam pengelolaannya, Kawasan Karst sebagai wilayah yang memiliki nilai strategis dan kerawanan yang cukup tinggi perlu diperhatian sebagai berikut: 1. Penegakan aturan yang sudah ada berupa peraturan pemerintah baik pusat maupaun daerah oleh instansi terkait. 2. Dalam prinsip pengelolaan berkelanjutan harus adanya zonasi dalam eksploitasi kawasan. Zonifikasi meliputi: a. Zona penambangan, sekitar gunung masigit b. Zona konservasi, sekitar kawasan Goa Bancana, Goa Pawon, dan Goa vertikal Gunung Hawu. c. Zona wisata/rekreasi, sekitar kawasan tebing Pabeasan (125). REGION Volume III. No. 2 September 2011 13

3. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan sumberdaya manusia penduduk yang menetap dikawasan Karst Citatah-Rajamandala dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan yang baik, dan menggeser tata mata pencaharian penduduk yang terkonsentrasi di sektor penambangan menjadi sektor jasa yang lebih ramah lingkungan. Peningkatan sumberdaya manusia diantaranya: a. Pelatihan pengelolaan khas lingkungan Karst. b. Pemberian insentif khusus bagi penduduk Karst Citatah-Rajamandala di lembaga sekolah formal. c. Pelatihan Non forlam kewirausahaan pengolahan hasil tanaman khas daerah Citatah-Rajamandala. 4. Perbaikan Infrastruktur. Perbaikan infrastruktur mendorong berkembangnya sektor jasa berupa kunjungan wisata baik wisata ilmiah maupun rekreasi keluarga, dan olah raga luar ruang (outdoor sport). E. DAFTAR PUSTAKA BPLHD JABAR. (2009). Penyelamatan Kawasan Karst Citatah. [online]. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-konservasi/subid-konservasidan-pemulihan/141-penyelamatan-kawasan-karst-citatah?showall=1. Haryono, Eko. (2009). Geomorfologi Dan Hidrologi Karst. Yogyakarta; Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Juanda, Deny Puradimaja (2006). Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi REGION Volume III. No. 2 September 2011 14