1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

I. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen penting dalam mencapai kinerja. Robbins (2007) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi pada akhir-akhir ini demikian. pesatnya sehingga sering disebut sebagai abad informasi.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD adalah salah satu kewajiban utama dari pemerintah.

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai tujuannya yaitu sebagai pengelola sistem yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Isu sentral yang sering dijadikan kajian berkaitan dengan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA BANJARMASIN ============================================================== PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Konsepsi Review Permen 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tamb

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat sentral dalam

I. PENDAHULUAN. manusia yang ada di dalamnya. Apabila sumberdaya manusia tersebut diperhatikan

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA DEPOK

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN PERIZINAN BANGUNAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (public service. Perbaikan atau reformasi di bidang kepegawaian

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 47

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berpedoman pada peraturan pemerintah (PP). Kecamatan dipimpin oleh. Camat juga bertugas melaksanakan tugas umum pemerintahan.

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

BAB I PENDAHULUAN. kemampuanya menegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 42 TAHUN 2016 TENTANG

REVISI RENCANA STRATEGIS

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Muhammad Ichwan, FE UI, 2009

I. PENDAHULUAN. untuk otonomi daerah dan desentralisasi yang luas mendapat angin segar.

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB II GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. tidak semua orang siap menghadapi masa tuanya. Terdapat banyak faktor yang

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 80 TAHUN 2016

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju, masalah sumber daya manusia (SDM) menjadi perhatian bagi organisasi agar dapat bertahan. SDM merupakan aset terpenting bagi organisasi karena berperan sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional. SDM juga merupakan unsur investasi yang efektif, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik akan berpengaruh pada imbalan jangka panjang ke dalam organisasi dalam bentuk kinerja semakin baik. Organisasi dituntut untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan SDM yang berkualitas. Kualitas SDM ditentukan oleh sejauh mana pengelolaan di bidang ini mampu menunjang dan memuaskan keinginan organisasi. Manajemen SDM menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008) adalah serangkaian kegiatan pengelolaan SDM yang memusatkan kepada praktek dan kebijakan, serta fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja organisasi berhubungan dengan kinerja pegawai mengenai kualitas dan kreativitas pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan agar tujuan organisasi tercapai. Sumber daya yang dimiliki oleh organisasi seperti modal dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang optimum apabila tidak didukung oleh SDM yang mempunyai kinerja optimum. Menurut Lubis (2008) organisasi yang berhasil dan maju karena kinerja pegawainya baik, kinerja dalam suatu organisasi berdasarkan dari sistem formal dan terstruktur yang dibuat oleh masing-masing organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja yang diperoleh pegawai disuatu organisasi dengan cara melakukan penilaian kinerja. Tujuan dari penilaian kinerja pegawai yaitu organisasi dapat mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan oleh pegawai sesuai atau tidak dengan tujuan organisasi. Kinerja juga ada untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien agar menghasilkan kualitas yang tinggi. Kinerja mengikut sertakan pendayagunaan secara terpadu SDM, ketrampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi dan sumber lain. Upaya peningkatan kualitas SDM agar menghasilkan kinerja yang baik dapat dilakukan dengan cara pemberian motivasi dan pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Wibowo (2005), Mangkuprawira dan Hubeis (2007), Tjahjono dan Gunarsih (2008), Robbins (2009), serta Mangkunegara (2009) yaitu kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh faktor seperti kemampuan (didapatkan dari pelatihan) dan motivasi. Kinerja pegawai perlu didukung oleh kualitas SDM yang memadai. Kualitas tersebut dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang baik. Brown dalam Sutiyono (2010) menyatakan pelatihan merupakan salah satu

2 kegiatan pokok dalam pengembangan SDM. Kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah, serta perkembangan ilmu dan teknologi, menyebabkan organisasi atau lembaga harus selalu menyesuaikan diri, maka SDM yang ada dalam organisasi harus selalu ditingkatkan kemampuannya, sebagian besar kegiatan pengembangan SDM dilakukan melalui program pelatihan. Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan tambahan bekal keterampilan serta pengetahuan pegawai untuk bekerja agar lebih profesional, dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan lebih efektif dan efisien. Tujuan dari pelatihan juga sebagai upaya untuk pengembangan SDM. Menurut Hardjana (2001) pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka. Pelatihan yang dibuat oleh organisasi seharusnya dilakukan secara sistematis dengan metode yang tepat serta dijalankan secara sungguh-sungguh dan teratur. Pegawai yang telah mendapatkan kompetensi yang sesuai tanpa ada kemauan, dorongan yang menimbulkan semangat kerja tidak dapat meningkatkan kinerja. Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu dan dapat ditempatkan sebagai bagian basic atau dasar dari kegiatan manajemen. Seorang pegawai harus memiliki keinginan, kegairahan dan dorongan untuk berprestasi tinggi sehingga termotivasi dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi dapat merangsang pegawai untuk lebih giat dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Kota Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia, pusat kegiatan perekonomian dan pemerintahan. Jakarta melakukan banyak pembangunan sehingga kota ini menjadi maju dan menarik perhatian masyarakat sebagai tempat usaha, kerja, maupun tempat tinggal (Bappeda DKI 2013). Menurut UU No. 28 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perizinan Bangunan, sebelum mendirikan bangunan masyarakat terlebih dahulu membuat izin mendirikan bangunan. Izin tersebut lebih dikenal dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Terdapat beberapa izin terkait dengan bangunan, yaitu (1) IMB yang merupakan izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, atau mengurangi bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku. (2) Izin Penggunaan Bangunan (IPB), yaitu izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum setelah bangunan selesai dilaksanakan sesuai IMB dan telah memenuhi persyaratan fungsi perlengkapan bangunan. (3) Izin Kelaikan menggunakan Bangunan (KMB) adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum setelah habis masa berlaku IPB (yaitu 5 tahun untuk bangunan non rumah tinggal dan 10 tahun untuk bangunan rumah tinggal) dan telah dilakukan pengkajian bangunan oleh konsultan pengkaji bangunan serta dinilai memenuhi persyaratan kelaikan untuk berfungsinya bangunan. IPB dan KMB saat ini telah digantikan dengan Sertifikat Layak Fungsi (SLF). Sertifikat Layak Fungsi (SLF) adalah sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah terhadap bangunan gedung yang telah

3 dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan berdasar hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan. IMB dikeluarkan oleh pemerintah daerah Jakarta melalui Dinas Perizinan Bangunan. Berita di media online menyebutkan terdapat beberapa bangunan di Jakarta yang tidak memiliki izin bangunan dan dibongkar. Hal ini menjadi pertanyaan bagaimana kinerja dari pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta. Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta berada dalam satu kawasan dengan Kantor Walikota yang ada di setiap wilayah Jakarta seperti barat, timur, utara, selatan dan pusat. Tujuan dari organisasi ini adalah sebagai organisasi Pemerintah yang memberikan pelayanan dalam penertiban perizinan dan kelaikan bangunan. Penjajakan dilakukan untuk mengetahui kondisi motivasi, pelatihan, dan kinerja pegawai pada Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta. Hasil yang diperoleh rekapitulasi penilaian kinerja pertahun dari 2011 sampai dengan 2013 tidak mengalami peningkatan. Nilai kinerja pegawai di tiga wilayah seperti Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara berkisar antara 97 dan 98 persen. Penilaian kinerja yang baik ini bertolak belakang dengan nilai penyelesaian Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB) yang tidak terselesaikan mengalami peningkatan setiap tahun hampir sebesar 1 persen. Kinerja pemerintah provinsi DKI Jakarta yang belum baik dalam pelayanan publik dapat juga dilihat berdasarkan data lembaga pengawas pelayanan publik yang lebih dikenal dengan Ombudsman Republik Indonesia yang menilai sepanjang tahun 2013 belum ada kemajuan. Catatan akhir tahun Ombudsman (2013) menyimpulkan bahwa kesadaran pemerintah dalam mengembangkan pelayanan publik masih rendah, terdapat tiga pemerintah daerah menempati laporan pengaduan masyarakat terbanyak, salah satunya adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hampir mencapai 400 laporan. Jumlah pelaporan ketidakpuasan mengenai pelayanan publik ini naik dari tahun sebelumnya yang jumlahnya 370 laporan. Terdapat indikasi penurunan motivasi pada pegawai, yaitu kesediaan pegawai untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan semangat bila ada imbalan yang diberikan. Oleh karena itu, masih diperlukan pengawasan yang baik dan tinggi dari atasan kepada pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan. Program pelatihan yang disediakan oleh Dinas Pusat secara umum terdiri dari: pelatihan pelayanan prima, autocad, retribusi, pelatihan leadership, konseptor, manajemen proyek dan bendaharawan. Data mengenai pelatihan ada pada lampiran 1, menunjukkan bahwa terdapat sejumlah pegawai yang belum pernah mengikuti pelatihan dasar dalam melakukan pelayanan publik. Penentuan pelaksanaan pelatihan pada Suku Dinas Perizinan Bangunan Jakarta belum melalui tahapan seperti: pra pelatihan (analisis kebutuhan pelatihan), pelaksanaan pelatihan dan pasca pelatihan. Berdasarkan uraian diatas variabel-variabel seperti kinerja, motivasi dan pelatihan masih menarik untuk diteliti karena kinerja sampai saat ini

4 merupakan hal yang penting untuk diketahui suatu organisasi baik itu di pemerintahan atau swasta. Penilaian kinerja bermanfaat bagi Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta agar dapat mengetahui segala kegiatan yang dilakukan oleh pegawai sesuai atau tidak dengan tujuan dari organisasi. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak masalah yang menjadi tantangan dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Peran sebagai unsur dari aparatur negara mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Tugas yang dihadapi oleh PNS lebih berat dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, karena semakin kritisnya masyarakat terutama terhadap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, apalagi Jakarta dengan Jokowi dan Ahok sebagai pemimpin barunya memiliki visi untuk merubah Jakarta menjadi Jakata baru. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keragaan motivasi, pelatihan dan kinerja dari pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta? 2. Bagaimana kesenjangan kinerja yang diharapkan dengan persepsi pegawai? 3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta? 4. Apakah terdapat pengaruh antara motivasi, pelatihan terhadap kinerja pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan guna mencapai berbagai tujuan berikut: 1. Menganalisis keragaan motivasi, pelatihan dan kinerja dari pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta. 2. Menganalisis kesenjangan kinerja yang diharapkan dengan persepsi pegawai. 3. Menganalisis hubungan antara motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta. 4. Menganalisis pengaruh antara motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta.

5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana pelatihan yang tepat dan dilakukan oleh organisasi serta untuk mengetahui motivasi kerja pegawai agar dapat meningkatkan kinerja. 2. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu di bidang manajemen sumber daya manusia terkait dengan motivasi, pelatihan dan kinerja. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisa pengaruh motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai. Pengujian akan dilakukan pada pegawai Suku Dinas Perizinan Bangunan DKI Jakarta yang terdapat pada wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Kinerja penting untuk diketahui agar pencapaian tujuan organisasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik dalam bidang administrasi mengenai perizinan, kelaikan dan pemanfaatan bangunan tercapai. 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kinerja Pegawai negeri sipil (PNS) menurut Undang-undang No.5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan pasal 1 ayat 15 Undang-undang No. 5 Tahun 2014, PNS terdiri dari pusat dan daerah. Pengukuran kinerja bagi PNS penting untuk dilakukan agar pegawai selalu memberikan kinerja yang terbaik dengan mengacu tugas pokok dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai 2008). Menurut Hariandja (2009) kinerja

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB