PROFIL AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA. Watemin Pujiati Utami

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

KAUSALITAS PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TESIS

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

AGRITECH : Vol. XVIII No. 1 Juni 2016: ISSN :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

UPAYA ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DI DESA KLAPAGADING KECAMATAN WANGON ABSTRAK

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subsistem yang saling mempengaruhi, mulai dari subsistem hulu, a. Industri pengolahan hasil pertanian;

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. pasar bagi sektor industri. Industrialisasi pertanian juga dikenal dengan nama

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia (Sujianto dalam Arifini dan Mustika, 2013 : 294-

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

ABSTRACT. Keywords: coconut sugar, added value, work productivity, SWOT, QSPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN GULA KELAPA DI DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. gula kelapa dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KEMISKINAN DI KAWASAN PINGGIRAN HUTAN : Studi Kasus di Kawasan Pinggiran Hutan Pakuncen Banyumas ABSTRAK

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

POTENSI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GULA SEMUT DI KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI GULA KELAPA DI DESA LANGKAP KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS RENTABILITAS DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Jurnal S. Pertanian 1 (10) : (2017) ISSN :

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

Transkripsi:

PROFIL AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA Watemin Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182 e-mail: watemyn@yahoo.com Abstract This research aim to know the profile of coconut sugar agroindustry in Mandiraja Subdistrict of Banjarnegara Regency. Research conducted by survey method with the responder intake by simple random sampling. Data collected by interview, hereinafter analysed by interctive model of analysis. Result of the research show of coconut sugar agroindustry in Mandiraja Subdistrict of Banjarnegara Regency still represent of home industry where labour used is family labour with production of coconut sugar 4.25 kg/day. There are 3 kinds system of effort coconut sugar agroindustry in Mandiraja Subdistrict, done by himself, shared holder, and rented. While marketing system a lot of them used by debt system. Keywords : agroindustry, home industry, debt system Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil usaha agroindustri gula kelapa yang ada di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan pengambilan responden secara simple random sampling. Data penelitian yang diambil melalui wawancara selanjutnya dianalisis dengan menggunakan interactive model of analysis. Hasil penelitian menunjukkan usaha agroindustri gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara masih merupakan usaha home industry dimana tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga dengan rata-rata produksi gula kelapa yang dihasilkan sebanyak 4,25 kg/hari. Sistem usaha yang dijalankan oleh para pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja ada 3 macam usaha yaitu dikerjakan sendiri oleh pengrajin, digaduhkan, serta disewakan. Sedangkan sistem pemasaran banyak yang melakukan sistem utangan. Kata Kunci : agroindustri, industri rumah tangga, sistem utangan Profil Agroindustri Gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Watemin dan Puji Utami 115

Pendahuluan Agroindustri gula kelapa adalah salah satu usaha dalam agribisnis. Usaha tersebut umumnya diusahakan dalam skala rumah tangga. Para pengrajin gula kelapa yang umumnya petani banyak dijumpai di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara dan umumnya sudah menekuni usahanya untuk beberapa waktu yang lama. Walau sudah menekuni usaha agroindustri gula kelapa untuk jangka waktu yang lama akan tetapi kondisi perekonomian rumah tangga para pengrajin gula kelapa tersebut umumnya pas-pasan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mental para pengrajin gula kelapa dalam berwirausaha di bidang agroindustri cukup kuat untuk bertahan. Agroindustri gula kelapa yang banyak dijumpai di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara tersebut didukung oleh potensi yang ada yaitu luas areal pertanaman kelapa deres seluas 347,3 hektar dengan produksi rata-rata sebesar 11.103 kilogram/hektar/tahun. Jumlah pengrajin gula kelapa yang ada sebanyak 1.606 kepala keluarga (Anonim, 2004). Usaha agroindustri gula kelapa dalam skala rumah tangga biasanya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Usaha ini lebih banyak dilakukan sebagai usaha untuk menambah pendapatan rumah tangga petani, walaupun sesungguhnya usaha ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sehingga dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan utama bagi rumah tangga petani. Hal ini dapat dipahami karena gula kelapa pada saat sekarang banyak digunakan dalam berbagai keperluan rumah tangga, antara lain sebagai bumbu masak, pemanis, dan sebagai aroma palma. Gerakan untuk kembali ke produk-produk yang alami juga sangat menguntungkan bagi usaha agroindustri gula kelapa karena produk gula kelapa merupakan produk yang bebas dari bahan-bahan kimia. Nira kelapa yang digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat gula kelapa yang ada di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara selain dideres (disadap) dari pohon kelapa milik sendiri, ada juga yang diambil dari pohon kelapa milik orang lain dengan sistem bagi hasil, atau ada yang menggunakan sistem sewa. Agroindustri gula kelapa adalah salah satu sub kegiatan dalam subsistem agribisnis. Menurut Martodireso dan Suryanto (2002) menyatakan agribisnis merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling mempengaruhi, mulai dari subsistem hulu, subsistem usaha tani, subsistem hilir, dan juga termasuk di dalamnya adalah subsistem penunjang. Secara luas agroindustri itu sendiri mencakup beberapa kegiatan antara lain (1) industri pengolahan hasil pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk akhir; (2) industri penanganan hasil pertanian segar; (3) industri pengadaan sarana produksi pertanian; dan (4) industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri, (Saragih, 1998). Melihat pengertian agroindustri tersebut maka pada dasarnya agroindustri adalah perpaduan antara dua hal, yaitu pertanian dan industri. Dengan demikian maka agroindustri adalah suatu industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian (Soekartawi, 2000). Berkaitan dengan 116 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007

tahapan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara, maka agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Oleh karena itu agroindustri mempunyai potensi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembangunan perekonomian nasional, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta mempercepat pembangunan daerah, (Saragih, 2001). Mengingat peranan agroindustri yang sangat potensial tersebut maka pemerintah perlu segera memberi dan penegasan bagi pembangunan agroindustri sebagai a leading sector dalam perekonomian nasional dan dalam upaya percepatan pembangunan daerah. Dengan demikian maka penumbuhan agroindustri di pedesaan perlu direkayasa dengan prinsip (1) memacu keunggulan kompetitif produk/komoditi serta komparatif wilayah menjadi brigade penumbuhan agroindustri; (2) memacu peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan; (3) memperluas wilayah sentrasentra agribisnis komoditas unggulan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan; (4) menghadirkan berbagai sarana pendukung berkembangnya industri pedesaan (Baharsjah, 1997). Berangkat dari kenyataan tersebut di atas maka usaha pembuatan gula kelapa yang termasuk ke dalam kegiatan agroindustri perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Hal ini mengingat agroindustri gula kelapa merupakan suatu usaha yang bersifat spesifik lokal. Bersifat lokal karena hanya daerah-daerah tertentu saja yang membuat usaha gula kelapa. Berdasar uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil usaha agroindustri gula kelapa yang ada di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Dengan diketahuinya profil usaha agroindustri gula kelapa tersebut maka diharapkan hasil dari penelitian ini dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan usaha agroindustri gula kelapa di Kecamatan Mandiraja. Metode penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif yang pelaksanaannya menggunakan metode survey. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja yaitu Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara dengan pertimbangan bahwa di kecamatan ini banyak terdapat para pengrajin gula kelapa. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka responden penelitian diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Responden diambil dari desa terpilih di Kecamatan Mandiraja, yaitu Desa Jalatunda dengan pertimbangan desa ini memiliki jumlah pengrajin gula kelapa paling banyak, yaitu 365 pengrajin. Responden penelitian diambil sebanyak 10 persen dari populasi yang ada di Desa Jalatunda. Untuk memperoleh gambaran mengenai profil usaha agroindustri gula kelapa di Profil Agroindustri Gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Watemin dan Puji Utami 117

Kecamatan Mandiraja maka data diambil melalui wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan model interactive model of analysis, sesuai yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1991). Analisis ini memunculkan empat kumparan sumbu yang saling terkait selama kegiatan penelitian diadakan. Keempat sumbu kumparan tersebut adalah pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan bersama dilangsungkannya kegiatan pengumpulan data sebagai suatu siklus yang saling menyambung. Oleh karena itu, dengan menggunakan model ini peneliti hanya bergerak diantara keempat sumbu kumparan tersebut di atas. Setelah pengumpulan data, peneliti akan bergerak pada tiga sumbu kumparan lain untuk reduksi, sajian, dan menarik kesimpulan atas hasil kajian penelitian. Sebelum masuk ke tahap sajian data, semua data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan terlebih dahulu melalui proses pengolahan, penafsiran/interpretasi dan telaah materi. Meskipun disadari penelitian ini memakai pendekatan kualitatif, namun dimungkinkan adanya uraian yang berbentuk narasi angka bersifat kuantitatif sebagai informasi pelengkap data kualitatif. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum mengenai usaha agroindustri gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat dari hasil wawancara dengan responden yang diambil sebanyak 36 orang responden. Usaha agroindustri gula kelapa di kecamatan ini umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga (home industry) dengan tenaga kerja dari dalam keluarga sendiri. Usaha ini umumnya dilakukan sudah lama secara turun temurun. Oleh karena itu rata-rata umur para pengrajin sudah tidak muda lagi. Secara rinci profil para pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja sudah merupakan petani yang cukup umur, yaitu 46 tahun. Kondisi umur ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dalam usaha agroindustri gula kelapa. Umur pengrajin sangat berpengaruh terutama pada kegiatan pengambilan nira kelapa. Pengambilan nira kelapa dilakukan dengan memanjat pohon kelapa yang tingginya berkisar antara 6-10 meter. Kegiatan ini tentunya memerlukan tenaga yang masih kuat, lebih-lebih pada saat musim penghujan kondisi pohon menjadi licin sehingga memanjat pohon mengandung risiko yang sangat tinggi bagi pengrajin yang sudah berumur tua. 118 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007

Tabel 1 Profil Responden Pengrajin Gula Kelapa di Kecamatan Mandiraja No. Keterangan Jumlah 1. Umur (tahun) - Termuda 27 - Tertua 58 - Rata-rata 46 2. Pendidikan (%) - Tidak tamat SD 39 - Tamat SD 47 - Tamat SLTP 14 3. Jumlah anggota keluarga (orang) - Minimal 2 - Maksimal 8 - Rata-rata 5 4. Jumlah pohon dideres (batang) - Minimal 12 - Maksimal 40 - Rata-rata 23 5. Produksi gula kelapa (kilogram/pohon) - Minimal 3,21 - Maksimal 7,71 - Rata-rata 5,73 Sumber : Analisis Data Primer, 2007. Pendidikan sangat penting peranannya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soekartawi dan Sumarto (1994) menyimpulkan bahwa meningkatnya kualitas sumber daya manusia pada sektor pertanian akan meningkatkan pula pendapatan di sektor pertanian. Oleh karena peran pendidikan pada sektor pertanian sangat penting. Bahkan di sebagian negara-negara sedang berkembang penyelenggaraan pendidikan merupakan industri dan sekaligus menjadi komponen tersebesar dalam penggunaan dana pemerintah. Beberapa hal yang mendasari hal tersebut adalah (1) dengan sumber daya manusia yang berkualitas (ahli, terampil, kreatif, dan motivasi tinggi) maka momentum pembangunan yang telah diraih dengan susah payah tetap dapat dipertahankan dan ditingkatkan; (2) dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dapat membantu mengatasi kelangkaan dana yang umumnya menjadi kendala pembangunan di negara-negara sedang berkembang; (3) petani yang tidak buta huruf atau sekurang-kurangnya berpendidikan dasar dianggap lebih produktif dan lebih tanggap dalam menerima teknologi pertanian baru dibanding petani-petani yang buta huruf (Soekartawi dan Sumarto, 1994). Profil Agroindustri Gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Watemin dan Puji Utami 119

Berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh pengrajin gula kelapa, sebagian besar (47 persen) hanya tamat sekolah dasar, dan masih banyak (39 persen) yang tidak tamat sekolah dasar, bahkan yang tamat sekolah lanjutan pertama hanya sedikit (14 persen). Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata pendidikan para pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan para pengrajin gula kelapa akan berdampak terhadap pengelolaan usaha agroindustri gula kelapa yang tekuni. Dampak yang terlihat adalah usaha yang dilakukan umumnya hanya berdasarkan kebiasaan yang sudah mereke tekuni, bukan untuk memenuhi selera pasar yang umumnya selalu berkembang. Jumlah anggota keluarga bagi rumah tangga pengrajin merupakan sumber tenaga kerja yang dapat digunakan sebagai modal bagi usahanya. Penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga dalam usaha pembuatan gula kelapa tidak dibayar sehingga jumlah biaya produksi yang harus dikeluarkan pengrajin menjadi berkurang. Jumlah anggota keluarga para pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja berkisar antara 2-8 orang dengan rata-rata 5 orang/keluarga pengrajin. Jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang/keluarga merupakan jumlah yang banyak sehingga hampir semua usaha pembuatan gula kelapa di Kecamatan Mandiraja tidak ada yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, sehingga biaya tenaga kerja untuk pembuatan gula kelapa tidak dikeluarkan oleh para pengrajin. Keuntungan lain dengan jumlah anggota keluarga yang banyak adalah hampir semua pekerjaan usahatani dapat dikerjakan dengan menggunakan tenaga kerja dari dalam saja. Selain itu jumlah tenaga kerja yang banyak juga dapat membantu mencari tambahan pendapatan apabila tenaga kerja keluarga bekerja sebagai buruh di luar usaha tani milik sendiri. Akan tetapi di sisi lain jumlah anggota keluarga yang banyak juga akan mengakibatkan besarnya kebutuhan keluarga yang harus ditanggung oleh rumah tangga pengrajin. Beban tersebut akan terasa lebih berat dirasakan oleh para pengrajin manakala anggota keluarga banyak yang menganggur. Melihat rata-rata penguasaan pohon kelapa yang dideres sebanyak 23 pohon/pengrajin dengan rata-rata produksi gula kelapa sebanyak 4,25 kg/hari maka sesungguhnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan cukup hanya 2 orang saja. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa usaha pembuatan gula kelapa di Kecamatan Mandiraja umumnya hanya dikerjakan oleh suami beserta istrinya saja. Melihat kondisi tersebut di atas, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja yang ada di Kecamatan Mandiraja. Lapangan pekerjaan yang diciptakan tentu harus sejalan dengan usaha agroindustri gula kelapa, yaitu bagaimana gula kelapa dapat dijadikan sebagai bahan baku bagi agroindustri lanjutan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa rata-rata penguasaan pohon kelapa yang dideres ada sebanyak 23 pohon/pengrajin dengan umur pohon kelapa berkisar antara 10-35 tahun. Umur pohon kelapa yang dideres akan berpengaruh terhadap produksi nira yang dihasilkan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap gula kelapa yang 120 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007

diproduksi. Dengan penguasaan pohon kelapa sebanyak 23 pohon maka produksi gula kelapa yang dihasilkan rata-rata sebanyak 127,53 kg/bulan atau rata-rata sebanyak 4,25 kg/hari. Dengan demikian produksi gula kelapa yang dihasilkan rata-rata sebanyak 5,73 kg/pohon/bulan. Sistem penguasaan pohon kelapa yang dideres oleh para pengrajin gula kelapa di Kecamatan Mandiraja ada 3 macam, yaitu : 1. Pemilik pohon menderes pohon kelapanya sendiri. Pada sistem ini pemilik pohon melakukan proses kegiatan pembuatan gula kelapa sendiri, seperti pengambilan nira sampai pemasakan serta pemasarannya, 2. Pemilik pohon menggaduhkan pohon kelapanya kepada petani penderes. Pada sistem ini proses kegiatan pembuatan gula kelapa tidak sepenuhnya dilakukan oleh petani pemilik maupun petani penggaduh tetapi kegiatan pembuatan gula kelapa dilakukan bergantian selama satu pasar (lima hari sekali) yaitu 5 hari pertama pemasakan nira dilakukan oleh petani penggaduh kemudian 5 hari berikutnya oleh petani pemilik, dan seterusnya dilakukan secara bergantian. Akan tetapi pada sistem ini proses pengambilan nira dilakukan sepenuhnya oleh petani penggaduh. 3. Pemilik pohon menyewakan pohon kelapanya kepada petani penderes. Pada sistem ini semua proses kegiatan pembuatan gula kelapa dilakukan oleh petani penyewa karena petani pemilik telah menerima uang sewa pohon yang besarnya bervariasi antara Rp.12.500/pohon/tahun sampai dengan Rp.15.000/pohon/tahun. Akan tetapi semua kegiatan pertanian di bawah pohon kelapa tetap dilakukan oleh pemilik pohon. Gula kelapa yang dihasilkan oleh para pengrajin di Kecamatan Mandiraja umumnya dijual kepada para pedagang pengepul yang ada di desanya atau dijual ke pasar. Pedagang pengepul di tingkat desa maupun di pasar umumnya sudah menjadi langganan bagi para pengrajin. Bahkan tidak jarang para pedagang tersebut meminjami pengrajin uang untuk kebutuhan sehari-hari. Para pedagang dalam memberi pinjaman uang kepada pengrajin tanpa bunga, akan tetapi sebagai imbalannya mereka harus menjual gula kelapa yang dihasilkan kepada pedagang tersebut. Kondisi ini berlangsung secara terus menerus sehingga harga gula kelapa umumnya ditentukan oleh para pedagang. Harga gula kelapa yang diterima oleh pengrajin berkisar antara Rp.3.000/kg sampai dengan Rp.3.500/kg. Penutup Kesimpulan Berdasar kajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Usaha agroindustri gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara merupakan usaha home industry. 2. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha agroindustri gula kelapa adalah tenaga kerja keluarga dengan rata-rata produksi gula kelapa yang dihasilkan sebanyak 4,25 kg/hari. Profil Agroindustri Gula kelapa di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Watemin dan Puji Utami 121

3. Terdapat 3 macam usaha pembuatan gula kelapa di Kecamatan Mandiraja, yaitu dikerjakan sendiri oleh pengrajin, digaduhkan, serta disewakan. 4. Terdapat sistem utangan dalam pemasaran gula kelapa yang umumnya merugikan para pengrajin. Saran Berdasar uraian mengenai profil usaha agroindustri gula kelapa di Kecamatan Mandiraja tersebut maka perlu adanya kelembagaan yang dibentuk oleh para pengrajin dalam hal pemasaran gula kelapa sehingga sistem pemasaran gula kelapa yang selama ini kurang menguntungkan para pengrajin dapat dikurangi. Ucapan Terima Kasih Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada DP2M Ditjen Dikti yang telah mendanai penelitian ini. Daftar Pustaka Anonim, 2004, Statistik Perkebunan Kabupaten Banjarnegara, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. Baharsjah, S, 1997, Industrialisasi Pertanian dalam Sistem Agribisnis, Paper Makalah Seminar (tidak diterbitkan). Martodireso, S. dan W.A. Suryanto, 2002, Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama, Kanisius, Yogyakarta. Miles, M.B. dan A., M. Huberman, 1991, Analisis Data Kualitatif, UI-Press, Jakarta. Saragih, B, 1998, Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, CV. Nasional, Jakarta., 2001, Suara dari Bogor : Membangun Sistem Agribisnis, Yayasan USESE dan SUCOFINDO, Jakarta. Soekartawi dan Sumarto, 1994, Peran Pendidikan dalam Peningkatan Pendapatan Sektor Pertanian di Indonesia, Agro Ekonomika, No.1 Th. XXIV. Yayasan Agro Ekonomika, Yogyakarta., 2000, Pengantar Agroindustri, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 122 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007