Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

dokumen-dokumen yang mirip
Efektifitas Penerapan Pidana Bersyarat Dalam Mewujudkan Tujuan Pemidanaan

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana (Studi di Kota Pematangsiantar)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB III PIDANA BERSYARAT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PERBUATAN PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA 1 Oleh: Magelhaen Madile 2

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

EKSISTENSI KEBERADAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA. Oleh: Laras Astuti

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Undang-undang Dasar

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

Kapita Selekta Ilmu Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

Penegakan Hukum atas Pelanggaran Terhadap Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

Transkripsi:

1 Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk FH USI Di satu sisi masih banyak anggapan bahwa penjatuhan pidana perampasan kemerdekaan adalah suatu cara yang sangat efektif untuk menanggulangi tindak pidana dan membuat jera pelaku tindak pidana. Akan tetapi di sisi lain ternyata pidana perampasan kemerdekaan sangat berdampak negatif baik yang bersifat individual maupun sosial yang ditimbulkan oleh tindak pidana. Sehubungan dengan hal itu, perlu diupayakan untuk mencari alternatif pidana perampasan kemerdekaan dan salah satu cara untuk itu adalah menerapkan pidana bersyarat bagi pelaku tindak pidana. Dengan penerapan pidana bersyarat bagi pelaku tindak pidana, maka beberapa manfaat positif dari penerapan pidana bersyarat ini baik bagi individu pelaku tindak pidana maupun masyarakat secara umum akan mendukung upaya mencegah/menanggulangi tindak pidana. Kata kunci : pidana bersyarat, pidana perampasan kemerdekaan -------------------------------------------------------------------------- Pendahuluan Hukum memegang peranan penting dalam mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta membawa konsekwensi bagi pelanggar hukum untuk dijatuhi hukuman, dengan tujuan supaya tercipta kerukunan dan kedamaian dalam menjalin kehidupan, sebagaimana dikatakan Soedjono Dirdjosisworo tujuan hukum yang sebenar-benarnya adalah menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat (Soedjono Dirjosisworo, 1994:17). Pelanggaran terhadap hukum pidana disebut dengan tindak pidana. Dalam kenyataannya bahwa setiap tindak pidana dapat mengakibatkan kerugian-kerugian, baik yang bersifat individual maupun yang bersifat sosial. Oleh sebab itu hukum pidana mengancamkan hukuman/sanksi bagi pelaku tindak pidana. Hukum pidana yang terdiri dari beberapa aspek yaitu: aspek sifat melawan hukum, kesalahan dan pidana, selalu menarik perhatian, terkait dengan sifat dan fungsinya yang istimewa. Hukum pidana mempunyai fungsi ganda yakni yang primer sebagai sarana penanggulangan kejahatan yang rasional (sebagai bagian politik kriminal) dan yang sekunder sebagai sarana pengaturan tentang kontrol sosial sebagaimana dilaksanakan secara spontan atau secara dibuat oleh negara dengan alat perlengkapannya. Dalam fungsi yang kedua ini tugas hukum pidana adalah policing the police, yakni melindungi warga masyarakat dari campur tangan penguasa yang mungkin menggunakan pidana sebagai sarana tidak benar (Muladi, 2008:16) Kesadaran untuk menjalankan kedua fungsi tersebut di atas secara hati-hati akan semakin menjadi besar bilamana seseorang

2 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@201 mendalami lebih lanjut masalah-masalah utama yang terdapat di dalam hukum pidana yaitu perbuatan yang dilarang dan orang melakukan perbuatan yang dilarang dan dipidana. Selama ini telah tertanam anggapan bahwa suatu cara yang tepat untuk mencegah orang melakukan perbuatan yang melanggar hukum pidana adalah dengan menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan. Berdasarkan hukum positif Indonesia pada saat ini, maka pidana perampasan kemerdekaan yang paling utama adalah pidana penjara baik yang diterapkan seumur hidup atau untuk sementara. Ternyata hasil dari penjatuhan pidana perampasan kemerdekaan ini tidak selalu berdampak positif tetapi justru menimbulkan dampak yang negatif yang merugikan pelaku tindak pidana dengan berbagai kerugian yang dialami pelaku tindak pidana selama menjalani pidana demikian juga bagi masyarakat yang akan menanggung akibat kemungkinan timbulnya penjahat-penjahat yang lebih berat. Terkait dengan masalah ini perlu dicari dan diterapkan alternatif-alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan, antara lain berupa peningkatan pemidanaan yang bersifat non institusional dalam bentuk pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling). Rumusan Masalah 1. Apa saja hal yang harus dipertimbangkan hakim untuk menjatuhkan pidana bersyarat terhadap pelaku tindak pidana? 2. Bagaimana peran pidana bersyarat sebagai alternatif pidana perampasan kemerdekaan? 3. Bagaimana penerapan pidana bersyarat dalam praktek penegakan hukum? Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dipertimbangkan hakim untuk menjatuhkan pidana bersyarat bagi pelaku tindak pidana. 2. Untuk mengetahui peran pidana bersyarat dalam menanggulangi tindak pidana. 3. Untuk mengetahui penerapan pidana bersyarat dalam praktek penegakan hukum. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum empiris. Dengan kedua metode ini, data diperoleh melalui buku-buku kepustakaan maupun perundang-undangan yang ada relevansinya dengan judul yang dipilih dan masalah yang dirumuskan. Selanjutnya dilakukan pula penelitian di Pengadilan Negeri Kota Pematangsiantar dengan cara observasi dan studi dokumen untuk mengetahui penerapan pidana bersyarat bagi pelaku tindak pidana. Pembahasan 1. Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan Hakim untuk Menjatuhkan Pidana Bersyarat Bagi Pelaku Tindak Pidana Pidana dengan bersyarat, dalam praktek hukum sering juga disebut dengan pidana percobaan, adalah suatu sistem/model penjatuhan pidana oleh hakim yang pelaksanaannya digantungkan pada syarat-syarat

3 Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan - Novelina MS Hutapea tertentu. Artinya, pidana yang dijatuhkan oleh hakim itu ditetapkan tidak perlu dijalankan pada terpidana selama syarat-syarat yang ditentukan tidak dilanggarnya, dan pidana dapat dijalankan apabila syarat-syarat ditetapkan itu tidak ditaatinya atau dilanggarnya. Dalam pasal 14a KUHP ditentukan bahwa hakim hanya dapat menetapkan pidana dengan bersyarat dalam putusan pemidanaan bilamana memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Dalam putusan yang menjatuhkan pidana penjara asalkan lamanya tidak lebih dari satu tahun. Jadi dalam hal ini pidana bersyarat dapat dijatuhkan dalam hubungan dengan pidana penjara, dengan syarat hakim tidak ingin menjatuhkan pidana penjara lebih dari satu tahun. b. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana kurungan, dengan ketentuan tidak termasuk kurungan pengganti denda. Mengenai pidana kurungan ini tidak diadakan pembatasan sebab maksimum dari pidana kurungan adalah satu tahun. c. Dalam hal menyangkut pidana denda, maka pidana bersyarat dapat dijatuhkan, dengan batasan bahwa hakim harus yakin bahwa pembayaran denda betul-betul akan dirasakan berat oleh si terdakwa. Tentang latar belakang ketentuan mengenai batas paling lama satu tahun bagi penjatuhan pidana yang dapat ditetapkan dengan bersyarat adalah bahwa untuk perkaraperkara yang lebih berat yang utnuk penyelesaiannya dengan pertimbangan hakim harus menjatuhkan pidana yang lebih berat dari satu tahun, dilihat dari sudut penjatuhan pidana sebagai pembalasan, tidak ada tempat bagi pidana bersyarat. Artinya pidana bersyarat itu hanya ditetapkan untuk pemidanaan bagi perkara-perkara yang lebih ringan, yang dipertimbangkan oleh hakim sebagai sudah cukup adil (dari sudut pembalasan) jika dijatuhi pidana yang lebih ringan dengan pidana penjara paling tinggi satu tahun. Dengan begitu tampaknya, rasio ketentuan batas maksimum satu tahun ini berlatar belakang bahwa dalam pidana bersyarat sudah tidak terdapat lagi rasa pembalasan, tetapi lebih menonjolkan maksud perbaikan. Rasa pembalasan itu perlu ada pada tindak pidana yang lebih berat yang dipandang adil dengan menjatuhkan pidana penjara diatas satu tahun. Sementara itu, ketentuan yang melarang menjatuhkan pidana dengan bersyarat atas pidana kurungan pengganti (denda atau perampasan barang), karena pidana kurungan pengganti bukan jenis pidana yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, penetapan bersyarat itu hanya dapat dikenakan terhadap pidana pokoknya (primer), dan tidak terhadap pidana penggantinya (subsider). Pengadilan harus mempertimbangkan hakekat dan keadaan-keadaan yang menyertai suatu kejahatan, riwayat dan perilaku pelaku tindak pidana dan lembaga-lembaga serta sumber-sumber yang ada di dalam masyarakat. Pidana bersyarat harus mendapatkan prioritas utama di dalam penjatuhan pidana, kecuali pengadilan berpendapat bahwa perampasan kemerdekaan memang diperlukan untuk

4 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@201 melindungi masyarakat terhadap tindak pidana lebih lanjut yang mungkin dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Berdasarkan hal itu pelaku tindak pidana membutuhkan pembinaan di lembaga pemasyarakatan untuk memperbaiki diri. Penerapan pidana bersyarat juga tidak boleh mengurangi kesan masyarakat terhadap beratnya tindak pidana tertentu. Selain dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka faktor lain yang harus diperhatikan dalam penjatuhan pidana bersyarat adalah terkait dengan masalah/keadaan: a. Terdakwa baru merupakan pelaku pemula dari suatu tindak pidana yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum. b. Terdakwa masih berusia muda terlebih jika masih dalam status menjalani studi atau bahkan sudah sangat tua. c. Terjadinya tindak pidana itu karena kelalaian dan tidak menimbulkan kerugian yang terlalu besar. d. Tindak pidana terjadi karena peranan korban sendiri. e. Terdapat alasan-alasan yang cukup kuat yang cenderung untuk dapat dijadikan dasar memaafkan perbuatannya. f. Terdakwa dan korban telah melakukan perdamaian ataupun telah membayar ganti rugi kepada si korban atas kerugiankerugian atau penderitaan-penderitaan akibat perbuatannya. g. Tindak pidana tersebut merupakan akibat dari keadaan-keadaan yang tidak mungkin terulang lagi. h. Hakim dapat meyakini bahwa kepribadian dan perilaku terdakwa tidak akan melakukan tindak pidana yang lain dan masih dapat dilakukan pembinaan di luar lembaga. i. Pidana perampasan kemerdekaan akan menimbulkan penderitaan yang besar baik bagi terdakwa maupun terhadap keluarganya. j. Tindak pidana terjadi di lingkungan keluarga terdakwa sendiri. Guna mendapatkan data tentang hal-hal tersebut di atas, pengadilan harus dibantu secara sungguh-sungguh oleh suatu lembaga yang bertugas untuk membuat laporan pemeriksaan pribadi seorang pelaku tindak pidana di dalam setiap kasus. Fungsi utama dari laporan tersebut adalah untuk membantu pengadilan di dalam memutuskan perkara secara tepat dan di samping itu dapat dimanfaatkan pula dalam segala tahapantahapan program perbaikan pelaku tindak pidana. Laporan pemeriksaan pribadi ini harus disusun dalam bentuk yang fleksibel dalam kaitannya dengan intensitas pemeriksaan. Dalam kasus yang menyangkut tindak pidana ringan, keterangan-keterangan yang dihasilkan melalui pemeriksaan yang singkat tidak hanya akan cukup memadai untuk suatu pengaturan yang baik, tetapi juga akan bermanfaat untuk meningkatkan informasi yang sangat dibutuhkan pengadilan untuk memutus perkara secara tepat. Sebaliknya di dalam kasus-kasus yang menyangkut tindak pidana berat, sangat diperlukan laporan pemeriksaan pribadi yang sangat mendalam sebagai hasil pemeriksaan yang sangat intensif. Selanjutnya laporan laporan ini harus mengandung rekomendasi-rekomendasi se-

5 Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan - Novelina MS Hutapea bagai kelengkapan untuk membantu pengadilan di dalam memutus suatu perkara atau untuk kegunaan-kegunaan lain di dalam rangkaian program-program perbaikan pelaku tindak pidana. Selanjutnya perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan laporan ini adalah sifat kerahasiaannya karena laporan ini sangat bersifat pribadi, sehingga sifat penggunaannya harus benar-benar untuk tujuan yang sangat terbatas. Untuk menjaga sifat kerahasiaan data pada laporan pemeriksaan pribadi, maka perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya tentang kapan laporan tersebut harus disiapkan dan kepada siapa saja laporan tersebut dapat diperlihatkan. Dalam hal ini dapat dikemukakan pedoman sebagai berikut: a. Pada prinsipnya laporan ini disiapkan menjelang hakim akan memutuskan pemidanaan terhadap seorang pelaku tindak pidana yang dituduhkan dan dinyatakan salah. b. Pengecualian terhadap prinsip tersebut hanya dapat dilakukan bilamana terdakwa sendiri menghendaki untuk kepentingan pembelaannya. c. Laporan tersebut hanya dapat diberikan kepada: 1). Hakim yang mengadili perkara tersebut. 2). Perseorangan atau badan profesional yang berkepentingan, misalnya dokter jiwa yang diminta untuk memberikan kesaksian sebagai ahli di pengadilan atau lembaga-lembaga yang mungkin akan diikutsertakan di dalam pembinaan terdakwa jika sudah dijatuhi pidana atau tindakan. 3). Hakim-hakim pada pengadilan banding, seandainya perkara tersebut dimintakan banding. 4). Pelaku tindak pidana atau para pengacara yang bertindak mewakili tedakwa dengan janji untuk merahasiakan data yang terdapat di dalam laporan tersebut. Sesuai dengan prinsip fleksibilitas dalam hubungannya dengan latar belakang sosial pelaku tindak pidana yang beraneka ragam, maka lembaga yang berwenang untuk membuat laporan tersebut dapat membuat laporan tersebut dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut: a. Laporan singkat yang dapat digunakan untuk menseleksi pelaku tindak pidana dengan maksud untuk membantu menentukan apakah laporan yang selengkapnya masih diperlukan. b. Laporan lengkap yang memuat hal-hal sebagai berikut: 1). Suatu deskripsi lengkap tentang tindak pidana dan keadaan-keadaan yang menyertainya. 2). Suatu deskripsi yang lengkap tentang catatan kriminil sebelumnya dari pelaku tindak pidana. 3). Suatu deskripsi tentang latar belakang pendidikan pelaku tindak pidana. 4). Suatu deskripsi tentang latar belakang pekerjaan pelaku tindak pidana, termasuk status pekerjaannya pada saat dilakukannya tindak pidana dan kemampuan-kemampuan. 5). Riwayat sosial dari pelaku tindak pidana, termasuk hubungan-hubungan kekeluargaan, status perkawinannya,

6 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@201 kepentingan-kepentingan dan kegiatankegiatannya, riwayat tempat tinggalnya dan keagamaannya. 6). Riwayat kesehatan pelaku tindak pidana dan apabila diperlukan dapat mencakup juga laporan psikologi dan psikiatri pelaku tindak pidana. 7). Informasi-informasi yang menyangkut lingkungan kehidupan dalam mana pelaku tindak pidana akan kembali atau pelaku tindak pidana akan diawasi dalam hal yang bersangkutan dijatuhi pidana bersyarat. 8). Laporan tambahan dari lembagalembaga atau badan-badan sosial di tempat-tempat mana si pelaku tindak pidana pernah terlibat. 9). Informasi-informasi tentang sumbersumber sosial yang dapat membantu pembinaan bagi pelaku tindak pidana, seperti lembaga-lembaga pembinaan, fasilitas-fasilitas tempat tinggal, program rehabilitasi dari bermacammacam lembaga yang diikuti oleh pelaku tindak pidana, program-program khusus yang menyangkut kewajiban terpidana bersyarat dan programprogram lain yang terutama berkaitan dengan keadaan si pelaku tindak pidana. 10). Suatu ringkasan aspek-aspek yang terpenting dari risalah kemasyarakatan, termasuk rekomendasi-rekomendasi khusus yang berkaitan dengan pemidanaan, bilaman pengadilan yang mengadili perkara tersebut telah memintanya. 2. Peran Pidana Bersyarat sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan Di dalam peradilan pidana hendaknya diutamakan kemungkinan penjatuhan pidana bersyarat, kecuali terhadap kejahatan-kejahatan yang sangat berat, yakni kejahatankejahatan kekerasan yang menggunakan senjata sehingga jelas membahayakan korban, kejahatan kesusilaan yang membuat korban sangat menderita, kejahatan terhadap keamanan negara, ekonomi, bandar narkoba atau korupsi. Di satu pihak pidana perampasan kemerdekaan akan tetap ada, dan di lain pihak keburukan-keburukan yang melekat pada pidana perampasan kemerdekaan sulit dihindari, maka sekalipun pidana perampasan kemerdekaan diusahakan untuk tumbuh sebagai sarana reformasi dengan pendekatan manusiawi, namun sifat aslinya sebagai lembaga yang harus melakukan tindakan pengamanan dan pengendalian narapidana tidak dapat ditinggalkan. Hal ini menjadi dasar bagi negaranegara di dunia termasuk Indonesia untuk mencari alternatif pidana perampasan kemerdekaan antara lain berupa peningkatan pemidanaan yang bersifat institusional dalam bentuk pidana bersyarat. Pidana bersyarat sebagai salah satu alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan mempunyai keunggulan-keunggulan tersendiri dibanding pidana perampasan kemerdekaan, karena dalam hal ini pembinaan pelaku tindak pidana dilakukan di dalam masyarakat, sehingga kerugian-kerugian yang mungkin terjadi akibat

7 Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan - Novelina MS Hutapea penerapan pidana perampasan kemerdekaan dapat dihindari. Dengan penerapan pidana bersyarat, maka diberi kesempatan kepada terpidana untuk memperbaiki dirinya di dalam masyarakat dan memungkinkannya untuk melanjutkan aktivitasnya sehari-hari sebagai manusia, sehingga tetap tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat ataupun keluarganya. Selain itu dengan menjalani pidana di luar lembaga dapat dicegah terjadinya cap/label penjahat bagi terpidana akan tetapi para petugas pembina dapat membina dengan menggunakan segala fasilitas yang ada dalam masyarakat untuk mengadakan rehabilitasi terpidana Sebagai alternatif pidana perampasan kemerdekaan, pidana bersyarat akan berperan untuk memperbaiki penjahat terutama bagi penjahat pemula tanpa harus memasukkannya ke dalam penjara, artinya tanpa membuat derita bagi dirinya dan keluarganya, mengingat bahwa sosialisasi dalam penjara terbukti sering membawa pengaruh buruk bagi seorang terpidana, terutama bagi orang-orang yang melakukan tindak pidana karena dorongan faktor tertentu yang ia tidak mempunyai kemampuan untuk menguasai dirinya, dalam arti bukan penjahat yang sesungguhnya. Pidana bersyarat juga akan memberi perlindungan bagi masyarakat, sebab dengan menghindarkan terpidana dari pengaruh buruk pidana pencabutan kemerdekaan, maka masyarakat akan terlindungi dari kemungkinan timbulnya penjahat yang lebih berat yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Selanjutnya dengan memberikan kesempatan bagi terpidana untuk memperbaiki dirinya di masyarakat yang secara fakultatif dapat dibantu oleh lembaga reklasering, hal ini merupakan cermin yang mengutamakan pengakuan, penggunaan, dan pengembangan atas rasa tanggung jawab yang merupakan bagian yang penting dari setiap manusia, termasuk pelaku tindak pidana Dengan penjelasan tersebut berarti pidana bersyarat juga berperan sebagai sarana mencegah/menanggulangi tindak pidana. 3. Penerapan Pidana Bersyarat dalam Praktek Penegakan Hukum Pelaksanaan pidana bersyarat, harus selalu dihubungkan dengan keseluruhan sistem penyelenggaraan hukum pidana dalam arti luas, sebab hampir segala sub sistem di dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana dalam arti luas ini terlibat di dalamnya. Rasa keterlibatan tersebut masih harus ditingkatkan secara sistematis, sebab pelaksanaan pidana bersyarat sampai saat ini belum mencerminkan asas-asas umum yang mendasari pidana bersyarat. Dalam prakteknya berdasarkan penelitian di Pengadilan Negeri Pematangsiantar, jaksa dan hakim tampaknyamasih sangat selektif dan membatasi diri di dalam menuntut atau menjatuhkan sanksi pidana bersyarat walaupun terhadap tindak pidana yang tergolong ringan dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. Hal ini tampak pada masih sedikitnya jenis-jenis tindak pidana yang menjadi dasar bagi hakim untuk menjatuhkan pidana bersyarat dan masih sedikitnya penjatuhan pidana bersyarat dibandingkan dengan penjatuhan pidana perampasan

8 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@201 kemerdekaan, dalam hal mana pidana perampasan kemerdekaan masih banyak dijatuhkan. Melihat kenyataan tersebut, cukup beralasan untuk meningkatkan usaha-usaha guna melembagakan pidana bersyarat ini di dalam masyarakat. Lembaga legislatif baik pusat maupun di daerah diharapkan dapat memikirkan pembiayaan yang cukup memadai. Individu dan organisasi-organisasi sosial di dalam masyarakat serta lembaga-lembaga pemerintah yang ditugasi dalam pelaksanaan pidana bersyarat ini sudah seharusnya mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi kepada masyarakat serta kepada badan legislatif, dalam rangka memperkenalkan dan menggalakkan pentingnya penanganan pelaksanaan pidana bersyarat secara sungguh-sungguh sebab bila dilaksanakan secara efektif pidana bersyarat akan menjadi salah satu cara yang tepat untuk merehabilitasi narapidana dan sekaligus menanggulangi tindak pidana. Penutup Pidana bersyarat perlu dijatuhkan hakim bagi pelaku tindak pidana dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hakekat dan keadaan-keadaan yang menyertai suatu tindak pidana, riwayat dan perilaku pelaku tindak pidana pada setiap kasus. Selanjutnya pidana bersyarat dapat diterapkan bila hakim memutuskan untuk menerapkan pidana perampasan kemerdekaan dalam jangka pendek. Sebagai alternatif pidana perampasan kemerdekaan, pidana bersyarat akan berperan sebagai sarana untuk merehabilitasi terpidana, melindungi masyarakat dan mencegah/ menanggulangi tindak pidana. Dalam praktek penegakan hukum ternyata pidana bersyarat masing jarang diterapkan oleh hakim dan hal ini terbukti dari masih banyaknya penjatuhan pidana perampasan kemerdekaan meskipun untuk tindak pidana yang bukan tergolong tindak pidana berat atau membahayakan dan menimbulkan kerugian yang besar bagi korban atau masyarakat. Daftar Pustaka Dirdjosisworo Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, Grafindo Persada, Jakarta, 1994. Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Lamintang, PAF., Hukum Penintensier Indonesia, Armico, Bandung, 1988. Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 2008. Prakoso Djoko, Hukum Penintensier, Liberty, Yogjakarta, 1988. Priyatno Dwidja, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2006. Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, 2004. KUHP dan Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan KUHP Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara, Asa Mandiri, Jakarta, 2006. Catatan : Tulisan ini telah dipublikasi pada Majalah Ilmiah : Dinamika, Vol. 9 No. 2 Mei- Agustus 2012; ISSN : 1693-1912.