PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL (BSS) Imama Wahidah*, Ipung Yuwono** Universitas Negeri Malang ABSTRAK : This research purposed to describe the steps of learning math by using Think Talk Write (TTW) strategy which can improve students' mathematics learning outcomes in the class VIIC junior high school BSS. This research uses action research approach (PTK). Data of this research were collected through testing and observation activities of teachers and students. The result showed that a class action is the percentage of students who pass the criteria minimum of completness in the first cycle was 69%, whereas 82.8% in the second cycle. The test results are supported by an average score of the observation of student activities are included in good categories with a score of 84.15, in addition to the average score of the observation of teachers' activities included in good categories with a score of 84.75. Kata Kunci : Think Talk Write (TTW) Strategy, Learning outcomes, the set. Pendidikan sangat penting sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan cenderung terbelakang. Dalam artikelnya yang berjudul Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Rendah Unjianto (2012) menyebutkan bahwa : Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay. Memahami rendahnya mutu hasil belajar matematika siswa, kesulitan yang dihadapi siswa dalam bidang matematika disebabkan oleh beberapa faktor. Selain faktor siswa dan fasilitas pembelajaran, guru juga memegang peranan penting dalam usaha pembelajaran siswa. Menurut Trianto (2011:1) faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran dengan suasana kelas cenderung teacher-centered. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VII SMP Brawijaya Smart School (BSS) diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembelajaran masih bersifat teacher-centered. 2. Pada setiap kelas diisi siswa yang heterogen yang terdiri dari 34-36 siswa. 3. Siswa cenderung pasif dan masih enggan untuk bertanya kepada guru.
4. Siswa jarang diminta menjelaskan secara lisan ataupun tertulis dari mana mereka mendapatkan suatu jawaban matematika, sehingga siswa kurang terbiasa menyimpulkan materi yang diperoleh. 5. Ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada materi sebelumnya mencapai 54% Untuk mengatasi permasalahan di atas guru perlu merancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya dan melakukan analisis sehingga diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa di bidang matematika. Sebagai alternatif diterapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Menurut hasil penelitian Dewi (2010) pembelajaran dengan menggunakan strategi ini dapat meningkatkan komunikasi matematika pada kelas VII SMP negeri 1 Talun. Dari penelitian tersebut strategi pembelajaran Think Talk Write di nilai tepat untuk mengatasi masalah karena strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengkomunikasikan pemikirannnya dan menuliskan hasil diskusi. Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang melatih siswa untuk mengungkapkan ide-ide gagasan matematika secara benar dan lancar baik dalam lisan maupun tulisan (Andriani, 2008). Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (dalam Ansari, 2003: 36). Strategi ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan Think Talk Write (TTW) dimulai dengan proses membaca dan membuat catatan kecil, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana pembelajaran seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan jumlah 3-5 orang siswa (Ansari, 2003). METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, atau disingkat PTK. Pada dasarnya, siklus penelitian tindakan kelas sesuai dengan model Kurt Lewin terdiri dari 4 tindakan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflection) (Akbar, 2009). Kehadiran peneliti di lapangan bersifat wajib. Peneliti bertugas sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisa data, penafsir data, pewawancara, dan pelapor hasil penelitian (Moleong, 2000:121). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Brawijaya Smart School (BSS) semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian di laksanakan di SMP Brawijaya Smart School (BSS). Data yang dikumpulkan peneliti adalah data : 1) hasil tes siswa yang diambil di setiap akhir siklus dengan menggunakan soal tertulis, 2) hasil observasi aktivitas guru dan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) berlangsung, 3) hasil wawancara yang dilakukan oleh guru sebelum penelitian untuk meminta data siswa, dan wawancara kepada siswa di akhir penelitian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan pada 3 orang siswa yang berkemampuan tinggi sedang rendah, 4) Catatan lapangan yang diisi oleh guru dan observer untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Tidak lupa pada saat proses pembelajaran
berlangsung peneliti mengambil foto untuk digunakan sebagai dokumentasi yang dapat melengkapi data Tahap awal pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi sebelum penelitian untuk mendapatkan nilai ulangan harian matematika materi sebelumnya kelas VII C tahun pelajaran 2012/2013. Kemudian peneliti menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Think Talk Write beserta instrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah pelaksanaan dan pengumpulan data dengan menggunakan istrumen penelitian, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman meliputi 3 tahap, yaitu : 1) Reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan membuang yang tidak perlu untuk penyederhanaan terhadap data kualitatif yang terkumpul., 2) Penyajian data yang direduksi ke dalam bentuk teks naratif, bagan, hubungan atar kategori, flowchart, dan sejenisnya., 3) Penarikan kesimpulan terhadap hasil penyajian data dan verifikasi yaitu menguji kebenaran, keakuratan dan mencocokkan makna-makna yang muncul di data (Moleong 2002:190). Teknik ini diterapkan untuk menganalisis data hasil catatan lapangan dan hasil wawancara. Kegiatan analisis data kualitatif di atas digunakan untuk melengkapi data kuantitatif. Analisis data kuantitatif ada 3 yakni : 1) Data hasil Observasi aktivitas guru dan siswa yang dianalisis berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Kemudian dikonversi sesuai dengan rumus konversi yaitu Skor Observasi = x 100 (Sumber diadaptasi dari Sudjana, 2005: 133) Setelah itu ditentukan kriteria minimum ketuntasan pada indikator keberhasilan dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa apabila skor pada tabel klasifikasi skor yang dicapai pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa minimal termasuk kategori Baik Tabel klasifikasi skor observasi aktivitas guru dan siswa Skor Observasi Kategori 85 95 Sangat Baik 75 84 Baik 65 74 Cukup 55 64 Kurang (Sumber diadaptasi dari Sudjana, 2005: 118)
2) Data hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan 2 ketuntasan yakni ketuntasan individual dihitung dengan rumus Nilai = x 100% (Sumber diadaptasi dari Arikunto, 2001:236) (jika hasil tes secara individual mencapai skor 75 maka siswa mencapai ketuntasan individual) dan ketuntasan klasikal yang dihitung dengan rumus Nilai = x 100% (Sumber diadaptasi dari Arikunto, 2001 : 208) (jika mencapai minimal 80% maka dikatakan kelas mencapai ketuntasan klasikal). Dengan melalui proses analisis data tersebut keberhasilan penelitian ini ditentukan dengan peningkatan hasil tes siswa yang didukung dengan skor aktivitas guru dan siswa yang termasuk dalam kategori Baik. Berikut ini tabel klasifikasi skor observasi aktivitas guru dan siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pelaksanaan penelitian, peneliti didampingi oleh 1 observer guru mata pelajaran matematika dan 2 observer teman sejawat. Ketiga Observer dalam hal ini mengamati setiap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sebelum pelaksanaan dengan strategi Think Talk Write guru membagi siswa yang berjumlah 36 siswa menjadi 7 kelompok, dengan masingmasing terdiri dari 5 siswa yang berkemampuan tinggi sedang rendah. Namun dalam hal ini akan ada satu kelompok yang terdiri dari 6 orang siswa. Hal ini bertujuan agar memudahkan mengkondisikan siswa pada pertama kalinya. Tetapi ternyata ada satu orang siswa yang tidak masuk karena sakit mulai awal penelitian berlangsung. Sehingga terbentuk 7 kelompok dengan anggota 5 orang setiap kelompok. Menurut Ansari (2003), bahwa suasana pembelajaran seperti ini sangat efektif jika dilekukan dalam kelompok heterogen dengan julah 3-5 orang siswa. Berdasarkan hasil temuan penelitian secara keseluruhan setelah melalui analisis data, baik data siklus I maupun data siklus II akan dipaparkan langkahlangkah pembelajaran strategi Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebagai berikut: Kegiatan awal, Pada kegiatan awal peneliti selalu mengawali dengan pembukaan pada umumnya, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian apersepsi dan motivasi. Dalam kegiatan apersepsi dan motivasi peneliti memanfaatkan adanya fasilitas proyektor yang disediakan oleh sekolah. Pada kegiatan apersepsi dan motivasi peneliti menggunakan contoh-contoh permasalahan sehari-hari yang biasa ditemui siswa dalam kehidupannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa membayangkan permasalahan yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyadi dalam artikelnya yang berjudul Masalah Matematika bahwa Matematika dalam pendidikan biasanya di format dalam bentuk sedemikian sehingga siswa mampu memahami matematika lebih sederhana, dengan cara di berikan beberapa contoh yang objek kajiannya diupayakan ada di dunia real dengan menghadirkan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan tanya jawab peneliti mengkondisikan siswa untuk berkelompok menjadi 7 kelompok dengan masing masing kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Kegiatan Inti, kegiatan inti dibagi menjadi 3 tahap, sesuai dengan tahapan dalam strategi Think Talk Write (TTW) yakni tahap Think, tahap Talk, dan tahap Write. Berikut ini pembahasan masing-masing tahapan TTW. Tahap Think, pada tahap ini siswa diberi instruksi untuk membaca permasalahan-permasalahan yang disediakan peneliti pada LKS. Permasalahan yang disediakan berbentuk permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Ansari (2003), bahwa soal dan permasalahan yang paling cocok digunakan untuk tahap think adalah permasalahan sehari-hari. Setelah melakukan kegiatan membaca didalam hati, peneliti meminta siswa untuk menuliskan kesulitan-kesulitan dan ide-ide yang mungkin untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada LKS yang telah disediakan guru. Pada siklus I dan siklus II hampir semua siswa melaksanakan aktivitas Think dengan baik, mulai dari membaca dalam hati dan kemudian mencoba menuliskan ide-ide dan kesulitan yang dihadapinya ke dalam catatan kecil. Pada siklus I kebanyakan siswa masih mengalami kebingungan tentang apa yang harus dituliskan di dalam catatan kecilnya, ditambah lagi dengan beberapa siswa yang merasa enggan membaca permasalahan, tetapi guru selalu membimbing siswa agar dapat menemukan cara yang mungkin untuk menyelesaikan permasalahan dan mengenali kesulitannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan dan pemberian contoh. Pada siklus ke 2 siswa sudah tidak lagi mendapat kebingungan, bahkan mereka sudah langsung membaca permasalahan dan membuat catatan kecil saat guru masih memberikan penjelasan untuk mengingtkan mengisi catatan kecil. Tahap Talk, pada tahap ini peneliti memberikan kesempatan siswa mendiskusikan rencana-rencana atau langkah-langkah yang mungkin dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Sesuai dengan pendapat Ansari (2003) bahwa pada tahap Talk siswa menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Kerja Siswa). LKS dibagikan pada setiap siswa, hal ini bertujuan agar semua siswa bertanggung jawab mengisi LKS nya masingmasing. Kemudian karena mereka sudah menggali kesulitan masing-masing pada tahap pertama, pada saat diskusi mereka sibuk menanyakan kesulitan-kesulitan mereka pada teman satu kelompok mereka. Dengan begitu mereka dapat mulai menyelesaikan permasalahan, jika ada kesulitan yang tidak terjawab saat mereka berdiskusi barulah mereka meminta bantuan guru. Dalam hal ini peran guru untuk memberikan bantuan sangat dibutuhkan. Guru tidak langsung memberikan jawaban dari permasalahan tetapi membimbing siswa untuk menemukan jawaban dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan dan memberikan arahan
kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa tetap mempunyai kesempatan dalam mengkonstrusksi pengetahuannya sendiri yang sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2010). Dari kegiatan-kegiatan siswa di atas dapat diketahui bahwa diskusi kelompok membuat siswa saling memberikan bantuan secara aktif dengan saling bertukar pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Ansari (2003) bahwa berkomunikasi dalam suatu diskusi kelompok dapat membantu berkolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas. Pada siklus I beberapa siswa merasa tidak nyaman dengan kelompoknya, dan pada siklus II sebagian besar siswa berdiskusi dengan nyaman dengan kelompoknya, meskipun pada kedua siklus tersebut terkadang terlihat ada anggota kelompok yang pasif dan menunggu hasil jawaban kelompoknya. Untuk siklus I siswa masih merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS karena belum terbiasa memecahkan permasalahan dalam kelompok, tetapi semua kelompok menyelesaikan permasalahan tepat pada waktunya. Pada siklus II peneliti mendekati siswa yang masih kurang aktif dalam kelompok dengan memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar mau bertanya dan berdiskusi dengan teman yang lain agar tidak hanya menunggu jawaban akhir tanpa tahu prosesnya. Hal ini ternyata berhasil membuat siswa yang pasif dalam kelompok mencoba berbaur dan menanyakan proses mendapatkan hasil dari jawaban kelompoknya. Pada siklus II pengerjaan LKS lebih cepat dari waktu yang diberikan guru, karena siswa ternyata sudah terbiasa dengan tahapan-tahapan dalam pembelajaran dan sudah terbiasa saling bertukar pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah berdiskusi guru memberi instruksi untuk mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman satu kelas. Awalnya guru meminta siswa menuliskan hasil diskusi di papan tulis untuk memudahkan mereka dalam menjelaskan. Tetapi hal ini membuat siswa enggan menjelaskan karena merasa sudah cukup jelas bagi teman-temannya untuk menjelaskan hasil diskusinya. Selain itu menuliskan hasil diskusi di papan tulis ternyata sedikit menguras waktu. Untuk perbaikan, pada siklus II guru meminta mereka mempresentasikan hasil diskusi dengan berdiri di tempat dan mengeraskan suaranya, serta meminta mereka menuliskan di papan tulis untuk jawaban yang membutuhkan gambar saja. Siswa yang belum terbiasa mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman satu kelasnya terkesan hanya membaca jawabannya, tetapi kemudian guru memberikan pertanyaan pancingan untuk memacing penjelasan siswa tentang asal dan proses mendapatkan hasil diskusinya, sehingga untuk kelompok berikutnya siswa sudah mulai menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Tahap Write, tahap ketiga dalam pembelajaran ini adalah Write. Pada tahap ini peneliti meminta siswa untuk menuliskan kesimpulan yang diperolehnya setelah kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Andriani (2008) bahwa pada tahap Write siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya pada tahap Think dan Talk. Pada kegiatan ini guru harus selalu mengawasi, agar semua siswa melaksanakan Write. Untuk memotivasi siswa guru memberikan penjelasan bahwa tulisan mereka akan dikumpulkan dan dicek guru. Kegiatan akhir, kegiatan akhir diisi dengan memberikan tes di setiap akhir siklus, dan memberikan PR. Kuis yang diberikan hanya terdiri 1 atau 2 soal
dengan alokasi waktu 15-25 menit. Pada siklus I dan siklus II tes diberikan sesuai dengan alokasi yang diberikan oleh guru. Sehingga perencanaan waktu yang diberikan guru dianggap tepat selama proses pembelajaran Dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan memberikan dampak peningkatan hasil tes siswa. Diketahui bahwa pada ulangan harian sebelumnya terdapat 54% siswa tuntas, pada siklus 1 dapat dilihat bahwa siswa kelas VII C sebanyak 69% siswa tuntas, sedangkan pada siklus 2 siswa kelas VII C sebanyak 82,8% siswa tuntas. Selain mengukur peningkatan hasil belajar siswa, peneliti juga memperhatikan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Hal ini berhubungan dengan peranan guru dalam penelitian sebagaimana yang dikemukakan Silver & Smith (Ansari,2003) yang disebutkan dalam bab II. Aktivitas guru dan siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan siswa dan dimulai pada saat penelitian siklus I. Berikut ini rekapitulasi peningkatan aktivitas guru dan siswa selama penelitian berlangsung. Dari rekapitulasi data skor aktivitas guru dan aktivitas siswa, dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan siswa pun mengalami peningkatan. Dengan peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II sebanyak 6,35 dan peningkatan aktivitas siswa sebanyak 4,6. Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas guru termasuk dalam kategori sangat baik, sedangkan rata-rata aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar telah tercapai karena siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara klasikal sudah memenuhi standar kurikulum yakni di atas 80% dan didukung dengan indikator keberhasilan observasi aktivitas guru dan siswa minimal termasuk dalam kategori baik PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, diperoleh peningkatan hasil tes siswa yang ketuntasan klasikalnya lebih dari 80% dan skor aktivitas guru dan aktivitas siswa yang termasuk lebih dari kategori BAIK dengan menerapan pembelajaran strategi Think Talk Write yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Brawijaya Smart School (BSS) pada pokok bahasan himpunan subbab Diagram Venn dan Pemecahan masalah dengan konsep himpunan, meliputi beberapa tahapan yaitu : a. Think, yaitu tahap guru memberikan permasalahan kepada siswa yang ada dalam LKS. Permasalahan pada siklus 1 tentang menggambar diagram venn, sedangkan permasalahan pada siklus 2 tentang pemecahan masalah dengan konsep himpunan. LKS dibagikan untuk masing-masing siswa yang bertujuan agar semua siswa bertanggung jawab mengisi LKS nya masingmasing. Kemudian guru meminta siswa membaca permasalahanpermasalahan tersebut, kemudian menuliskan ide-idenya dan kesulitan yang dihadapinya ke dalam sebuah catatan kecil. Karena permasalahan yang disajikan diusahakan berhubungan dengan cerita dalam kehidupan seharihari, menyebabkan beberapa siswa merasa enggan membaca. Pada saat
seperti guru harus selalu mendampingi dan mendorong siswa untuk membaca dan menuliskan ide serta kesulitannya ke dalam catatan kecil. b. Talk, yaitu tahap guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen, kemudian memberikan kesempatan siswa mendiskusikan caracara untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Pembentukan kelompok secara heterogen perlu disesuaikan dengn situasi dan kondisi. Karena sesuai dengan situasi pada SMP BSS jika siswa tidak nyaman dengan kelompoknya, pada saat diskusi siswa tersebut akan terlihat pasif. Pada saat seperti guru harus segera mendekati siswa yang masih kurang aktif dalam kelompok dengan memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar mau bertanya dan berdiskusi dengan teman yang lain agar tidak hanya menunggu jawaban akhir tanpa tahu prosesnya. Kegiatan setelah diskusi adalah presentasi, pada kegiatan ini guru menunjuk kelompok secara acak untuk mengirimkan perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman satu kelas. Siswa yang belum terbiasa mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman satu kelasnya terkesan hanya membaca jawabannya, tetapi kemudian guru memberikan pertanyaan pancingan untuk memacing penjelasan siswa tentang asal dan proses mendapatkan hasil diskusinya. Guru juga memberikan kesempatan kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya tentang jawaban presentator. Guru juga memberikan kesempatan kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya tentang jawaban presentator. c. Write, yaitu pada tahap ini peneliti meminta siswa untuk menuliskan kesimpulan yang diperolehnya setelah kegiatan pembelajaran. Kesimpulan ini berhubungan dengan yang diperoleh siswa pada kegiatan Think dan Talk. Pada kegiatan ini guru harus selalu mengawasi, agar semua siswa melaksanakan Write. Saran Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu masih diperlukan banyak perbaikan. Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: a. Bagi sekolah, hasil penelitian berikut ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya. b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pilihan guru matematika untuk digunakan dalam pembelajaran matematika selanjutnya, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Andriani, M. 2008. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Melalui Strategi Think-Talk-Write Berbasis Modul,Thesis, (Online),
(http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/strategi-pembelajran-think-talkwrite.html ), diakses tanggal 20 Januari 2013 Ansari.2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think Talk Write,Disertasi,(Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1161) Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ediri Revisi. Jakarta: Bumi Aksara Dewi, Z.I.K.2010.Implementasi Pembelajaran Kooperatif tipe TTW (Think Talk Write)dalam upaya Meningkatkan Kemampuan komunikasi matematika pada siswa kelas VII SMP negeri 1 Talun.Skripsi tidak diterbitkan. Malang.UM Moleong, L.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosadakarya Sudjana, Nana.2005. Penilaian hail proses belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya Trianto.2011. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivis, cetakan kelima, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Unjianto, Bambang. 2012. Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Rendah, (Online), (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/26/110642/mut u-pendidikan-matematika-di-indonesia-rendah ), diakses tanggal 8 Februari 2013