PENANGANAN ANAK AUTISTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

I. FLOOR TIME: Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Cara Membaca Bahasa Tubuh

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

PENDAHULUAN Sebagai manusia pastinya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Proses dan tugas tugas

BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

Rehabilitasi pada perdarahan otak

HAMBATAN PERKEMBANGAN TERHADAP PEMBELAJARAN

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis yang senantiasa mempunyai

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejak masa konsepsi didalam rahim ibu sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Bab 2 Anak-anak yang tidak dapat mendengar dengan baik membutuhkan bantuan dini

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

Ellen Prima, S.Psi., M.A.

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

adapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut:

UKDW BAB Latar Belakang

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

Sensory Integration (SI)

E, 2015 PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

Pengolahan Informasi dan Pengambilan Keputusan. Modul 2 TEORI BELAJAR MOTORIK

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

Penting sekali bagi guru PAUD untuk mengetahui ciri usia anak. Kegunaannya adalah untuk memberikan sukar atau mudahnya dalam proses pembelajaran atau

APHASIA. Klasifikasi Gangguan Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Transkripsi:

PENANGANAN ANAK AUTISTIK Oleh Prof. Dr.Bandi Delphie, M.A, S.E Berdasarkan penelitian genetika, khususnya pada neurologis, yang dilakukan pada dewasa ini terhadap kasus utama autism ternyata bahwa hasilnya menunjukkan bukti bahwa secara signifikan sindrom autism berasal dari luasnya defisit dalam otak yang menjadi sebab ketidakberfungsian sistem syaraf pusat yang ada pada otak. Ketidakberfungsian itu terjadi pada bagian temporal lobe dan cerebellum yang mengecil, khususnya pada daerah yang ada pada medial temporal lobe yang disebut dengan daerah amygdala. Ketidakberfungsian sistem syaraf pusat ini disebut juga dengan istilah lainnya berupa: sensory integration dysfunction, sensory integration disorder, atau sensory integrative dysfunction. Sensory integration dysfunction (SID) merupakan ketidakmampuan untuk melakukan proses informasi yang diterima melalui indera. Hal ini terjadi akibat ketidakberfungsian sistem syaraf pusat yang ada di otak untuk menganalisa, mengatur, dan melakukan hubungan secara terpadu terhadap pesan-pesan yang masuk melalui indera (berupa stimulus atau rangsangan) dan melakukan respon melalui seluruh syaraf tubuh sesuai dengan stimulus yang ada. Akibat adanya SID, seorang anak tidak dapat melakukan respon terhadap informasi yang masuk melalui inderanya dan selanjutnya ia tidak mampu berperilaku secara konsisten dan sesuai dalam kehidupan sehari-harinya. Ketidakmampuan itu terjadi karena ia menghadapi kesulitan untuk dapat merencanakan dan mengatur apa yang ia inginkan. Dengan kata lain, saat terjadi ketidakberfungsian yang bersangkutan sulit memahami dan menangkap informasi yang datang melalui sistem syarafnya. Dengan adanya SID, anak autistik mengalami permasalahan berkaitan dengan: Pemrosesan Sensori dan Perilaku. Sebagai acuan-awal sebelum melakukan layanan-layanan khusus terhadap anak autistik. Perlu diketahui

gejala-gejala secara umum berkaitan dengan ketidakberfungsian pemrosesan sensori-integrasi dan permasalahan perilaku. 1. Sensory Processing Problems atau Masalah yang Berkaitan dengan Proses Pancaindera Sensory integration dysfunction atau ketidakberfungsian pengintegrasian-pancaindera dapat diduga ketika anak memunculkan satu atau lebih dari gejala-gejala umum dengan frekuensi, intensitas, dan durasi tertentu yang ada dalam Tabel 1. Sensory Processing Problems di bawah ini. Tabel 1. Sensory Processing Problems Anak yang terlalu sensitif Memerlukan sedikit stimulasi Anak menghindari sentuhan atau tersentuh benda atau orang. Ia melakukan reaksi dengan lari menghindar dalam upaya agar tidak menjadi kotor, menolak bentuk bau pakaian dan makanan, dan tersentuh oleh orang-orang lain yang tidak ia harapkan Anak menghindari gerak atau secara tiba-tiba bergerak. Menunjukkan rasa gelisah dan ia merasa khawatir ketika melakukan keseimbangan. Yang bersangkutan menghindari untuk berlari, memanjat atau berayun. Ia merasakan pusing kepala saat di mobil atau elevator. Anak menunjukkan sikap kaku, tegang, bersikeras dan tidak dapat bekerja sama. Yang bersangkutan menghindari untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermain yang memerlukan kesadaran-tubuh yang baik. Sensasi terhadap Sentuhan (touch) Gerakan (Movement) Posisi tubuh (body position) Anak yang kurang sensitif Memerlukan banyak stimulasi Anak tidak merasakan adanya rasa sakit, dan keadaan cuaca tertentu. Yang bersangkutan suka menubruk orang, bergelimangan di lumpur, mengais-ngais dengan tongkatnya secara sengaja, mengunyah benda-benda yang tidak dapat dimakan seperti karet, kancing manset baju dan kemudian menggosok-gosokkan ke tembok atau furnitur. Anak suka bergerak secara berputar dan cepat seperti saat berayun-ayun, bergoyanggoyang, berputar-putar, dan bersepeda berkeliling tanpa henti tanpa menjadi pusing. Anak suka bergerak secara terus-menerus tanpa gelisah dan dilakukan secara menyenangkan dalam posisi ke atas dan ke bawah dan dilakukan secara nekat. Anak terlihat lemah dan tak bertenaga. Kegiatann yang dilakukannya terlihat canggung dan tidak seksama. Seringkali ia menabrak benda-benda, mengetuk-ketukkan kaki dan memutar-mutarkan jari-jarinya. Saat terjadi kesulitan terhadap sentuhan, gerakan dan posisi, tubuh dapat memberitahukan adanya gejala-gejala sensory integration dysfunction, dimungkinkan juga anak memunculkan masalah-masalah lain

yang berkaitan dengan problem pancaindera, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Permasalahan Pancaindera yang Menunjukkan adanya SID Anak yang terlalu sensitif Memerlukan sedikit stimulasi Anak menunjukkan sikap terlalu gelisah saat melihat adanya banyak benda atau orang di sekelilingnya yang dapat ia lihat seperti kata - kata, alat mainan atau anak-anak lain. Ia selalu menutup bola matanya, sedikit melakukan kontak mata, merasa tidak sepenuh hati ketika menggambar atau melakukan kegiatan di atas mejanya atau terlalu berlebihan dalam melakukan reaksi terhadap sinar terang. Ia mungkin menjadi terlalu waspada terhadap sinyal. Anak menunjukkan sikap menutup telinganya agar tidak mendengar suara-suara. Yang bersangkutan sering mengeluh terhadap suara-suara ribut, seperti suara dari alat pembersih lantai atau alat blender Anak menunjukkan sikap suka terhadap barang yang berbau busuk seperti pisang yang telah matang yang tidak menarik bagi anakanak lain. Anak terlalu perasa terhadap tekstur dan temperatur pada jenis-jenis makanan tertentu. Ia selalu muntah ketika ia memakan benda tersebut. Sensasi terhadap Penglihatan (sights) Suara-suara (Sounds) Bau (smells) Rasa (Tastes) Anak yang kurang sensitif Memerlukan banyak stimulasi Walau mampu untuk melihat, anak selalu menyentuh apapun saat mempelajari benda itu, karena penglihatannya tidak sepenuhnya terkoordinasi, Yang bersangkutan dimungkinkan salah menafsirkan halhal penting dari daya pandangnya, seperti ekspresi wajah orang lain dan gestur, termasuk ke dalamnya tandatanda penting dan petunjuk tertulis Anak suka mengacuhkan suara dan mendapat kesulitan dalam mengikuti perintah secara verbal. Ia mungkin tidak mendengarkan secara baik dan berbicara dalam suara nyaring. Ia mungkin menginginkan TV dan radio dengan suara keras. Anak tidak perduli terhadap bau-bau yang tidak mengenakan seperti popok yang kotor. Ia suka mencium bau makanan, orang, dan bendabenda. Anak suka menjilati atau merasakan benda-benda yang tidak dapat dimakan, seperti alat mainan, anjing mainan. Ia suka makanan yang sangat pedas dan penuh bumbu. 2. Behavior Problems atau Permasalahan Perilaku Sensory integration dysfunction mempunyai kontribusi terhadap masalah tertentu atau membuat lebih buruk masalah-masalah lain. Beberapa perilaku berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan dengan pengintegrasian pancaindera, atau menjadi penyebab masalah perkembangan lainnya, antara lain : 1. Melakukan suatu kegiatan dalam tingkat yang tinggi. 2. Tingkat kegiatan yang rendah dan tidak umum. 3. Impulsivity (menurutkan kata hati). 4. Suka mengacau atau distractibility.

5. Mempunyai masalah terhadap otot-otot dan koordinasi gerak. 6. Koordinasi antara tangan-mata sangat kurang. 7. Sangat rentan terhadap perubahan situasi. 8. Anak mudah sekali menjadi frustasi. 9. Bermasalah dalam pengaturan diri-sendiri. 10. Bermasalah dalam bidang akademik. 11. Bermasalah dalam bersosialisasi. 12. Mempunyai masalah emosional. Berdasarkan hasil penelitian para ahli terhadap kelainan autistik, diperoleh fakta-fakta sebagai berikut. 1. Etiologi anak autistik disebabkan adanya faktor-faktor biologis (berupa faktor - faktor: lingkungan, genetika, neuropsychological, penemuan neurochemical, penemuan neuroanatomical). dan faktor - faktor intrapersonal (seperti: perkembangan kasih sayang, emosi, perkembangan kognitif, kerja sama atensi dan teori berfikir). 2. Adanya perilaku-perilaku yang menyimpang (seperti perilaku destruktif, impulsif, stereotype dan repetitive) yang disebabkan oleh adanya ketidakberfungsian pengintegrasian kerja sensori dalam otak. 3. Jika anak autistik mendapatkan intervensi secara tepat sejak dini dalam kehidupannya, maka banyak simptom atau gejala-gejala kelainan autism dapat diturunkan. 4. Megavitamin therapy dengan penggunaan dosis tinggi pada vitamin B6 dikombinasikan dengan magnesium dan dymethylglycine (DMG), merupakan treatmen biologis yang memungkinkan dapat menurunkan gejala-gejala autism (seperti: perilaku suka melukai diri-sendiri, jarakatensi yang rendah, mudah marah, sulit berbicara, dan kesehatan diri). Megavitamin therapy berguna untuk: menurunkan perilaku menyakiti diri-sendiri, meningkatkan interes dalam kata-kata, meningkatkan jangka-waktu perhatian,

meningkatkan gairah belajar, menurunkan perasaan cepat-marah, meningkatkan kemampuan berbicara, meningkatkan pola tidur yang baik, meningkatkan kesehatan. 5. Makanan yang membahayakan diri penyandang autism antara lain: susu (termasuk dalam hal ini antara lain: yogurt cheese, cream) dan roti atau makanan yang dibuat dengan bahan terigu atau gandum. 6. Kegiatan-kegiatan bermain (play therapy) dengan permainan sederhana sangat membantu orangtua dan anak untuk berinteraksi secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi, komunikasi, gerak dan kognisi, imajinasi, dan pengembangan proses sensori dan integrasi. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penanganan anak autistik dapat dilakukan melalui: 1. Teknik memodifikasi perilaku atau behavior modification techniques (melalui pengobatan dan program penyembuhan perilaku menyimpang atau medication and behavioral treatment program). Ada dua macam teknik, yaitu: a. Prosedur kontrol-diri atau self-control procedures. b. Melakukan pemberian penguatan terhadap perilaku yang baik ( reinforcement for appropriate behavior) melalui model TEACCH. Salah satu ide penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak autistik adalah menyiapkan lingkungan belajar yang cocok dengan keberadaannya, sehingga ia mempunyai kesempatan berfikir secara lambat dan perlahan-lahan. Dalam teknik memodifikasi perilaku terhadap anak autistik penekanan tertuju pada mata pelajaran khusus melalui teknik-teknik pembelajaran yang sesuai agar anak yang bersangkutan dapat dibantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya. Dengan kata lain, diperlukan metode pembelajaran khusus yang menititikberatkan kepada pengaturan perilaku.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahwa alat-main lebih baik dari pada penguatan dengan makanan yang disukai anak. Semua penguatan diberikan harus dengan sangat hati-hati, dan diberikan secara hemat. Oleh karenanya, anak yang bersangkutan hendaknya selalu dilatih untuk dapat menerima respon secara positif. 2. Pendekatan melalui terapi terhadap sensori-integratif atau sensory integrative therapy approach. Sering terjadi anak dengan sensory integration dysfunction memerlukan bantuan secara penuh. Maka anak yang bersangkutan disarankan untuk dilakukan terapi-sensori oleh ahli terapi okupasi untuk dapat di evaluasi, diberikan treatmen, dan konsultasi. Ahli terapi okupasional umumnya mampu dalam bidang pediatrics atau ilmu tentang kesehatan anak-anak, dan dapat melakukan treatmen terhadap sensoriintegrasi. Selain ahli OT, juga dapat dirujukkan ke ahli terapi fisik atau Physical Therapist yang mampu meningkatkan kemampuan fisik dari setiap individu anak autistik. 3. Melalui pendekatan dengan model perkembangan integratif atau integrative developmental model. Dalam kegiatannya dilakukan intervensi yang difokuskan terhadap: pola yang ditujukan kepada kekurangan kekurangan khusus. intervensi melalui program komprehensif yang tersusun agar dapat meningkatkan tingkat keberfungsian. ACTIVITY SHORT TERM GOAL PROBLEM CAUSE APPROACH AND PRINCIPLE LONG TERM GOAL ACTIVITY SHORT TERM GOAL Model Perencanaan Terapi bagi Anak Autistik