Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Ongole dengan Pemberian Asam Askorbat dan Penyimpanan pada Suhu 5 0 C

dokumen-dokumen yang mirip
THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN

DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan)

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG. Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN NANAS

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRACT. Keywords : thawing, tenderness,water holding capacity,cooking loss

APLIKASI MODEL ARRHENIUS UNTUK PENDUGAAN PENURUNAN MASA SIMPAN DAGING SAPI PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG DAN REFRIGERASI BERDASARKAN NILAI TVB DAN ph

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 1(3):16-20, Desember 2017 e-issn:

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Stimulasi Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda

EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER

Karakteristik mutu daging

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Aspek Mikrobiologi Dendeng Asap Dengan Daging yang Berbeda pada Pengasapan Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

Umur dan Berat Telur Ayam Ras yang Beredar di Kota Bengkulu

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING

Kontrak Pembelajaran

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

Pengaruh penambahan tepung kemangi (Ocimum basilicum) terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging broiler

PENGARUH LAMA PELAYUAN, TEMPERATUR PEMBEKUAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI BEKU

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging Sapi dengan Penyimpanan Suhu Rendah

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

Kualitas Fisik Daging Asap dari Daging yang Berbeda Pada Pengasapan Tradisional The Phisycal Quality of Some Meat traditionally Smoked

Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PAPER BIOKIMIA PANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

ABSTRACT. Keywords: nutmeg leaves, clove leaves, goat, ph, cooking shrinkage, water holding capacity ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Transkripsi:

Sains Peternakan Vol. 8 (1), Maret 2010: 26-31 ISSN 1693-8828 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Ongole dengan Pemberian Asam Askorbat dan Penyimpanan pada Suhu 5 0 C E.P. Samodra dan H. Cahyono Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Mercu Buana, Yogyakarta ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik daging sapi peranakan ongole (PO) yang diawetkan dengan asam askorbat dan disimpan dalam ruangan bersuhu 5 O C. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama asam askorbat ( 0%, 0,5%, 1%) dan faktor kedua lama penyimpanan (0, 5 dan 6 hari). Variabel yang diamati meliputi keempukan, cooking loss, water holding capacity dan ph. Data dianalisis dengan analisis variansi dan perbedaan yang terjadi diuji lanjut berganda. Keempukan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk asam askorbat dengan kisaran 1,60 1,62 kg/cm 2 ; sedangkan lama penyimpanan menunjukkan kenaikan keempukan secara nyata berkisar 1,83-1,38kg/cm 2. cooking loss menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk asam askorbat (43,33 44,89%); sedangkan untuk lama penyimpanan menunjukkan peningkatan yang nyata (40,00 47,00%). Water holding capacity menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk asam askorbat (32,88 33,65%); tetapi lama penyimpanan menunjukkan penurunan yang nyata (34,61-32,32%). ph menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk asam askorbat (5,99 6,16); dan terjadi penurunan secara nyata untuk penyimpanan yang semakin lama (6,43 5,84). Disimpulkan bahwa pemberian asam askorbat sampai 1% tidak mempengaruhi kualitas fisik daging, sedangkan semakin lama penyimpanan menurunkan kualitas daging (p<0,05). Kata kunci : Daging sapi PO, asam askorbat, lama penyimpanan Physical Quality of Beef Cattle as Affected by Ascorbic Acid Addition and Storage Duration at 5 0 C Abstract The research was conducted to investigate the effect of soaking meat of Peranakan Ongole cattle with ascorbic acid and storage duration at 5 0 C on physical quality of meat. The experiment was done in Complete Randomised Design by factorial 3 x 3. First factor was ascorbic acid with 3 levels (0%, 5%, 1%), and second factor is storage duration with 3 levels (0, 5, and 6 days). Variables that were measured: tenderness, cooking loss, water holding capacity and ph. Data were analyzed by variance analysis and the significant result were tested by Duncan s test. Tenderness average for ascorbic acid ranging between 1,60 1,62 kg/cm 2, and for storage duration was increased from 1,83 to 1,38 kg/cm 2. Cooking loss average for ascorbat acid ranged from 43,33 to 44,89%, and for storage duration increased from 40,00 to 47,00%. Water holding capacity average for ascorbic acid ranging between 32,88 33,65%, but for storage duration decreased from 34,61 to 32,32%. The ph average for ascorbic acid ranging from 5,99 to 6,16, and increased for storage duration from 6,43 to 5,84. It can be concluded that physical quality of beef cattle was not affected bay ascorbic acid up to 1%, but was significantly decreased by storage duration (p<0,05). Key words: Pernakan Ongole meat, ascorbat acid, storage time 26 Sains Peternakan Vol.8 (1), Maret 2010

PENDAHULUAN Daging merupakan sumber protein hewani yang sangat sangat dibutuhkan tubuh manusia. Dari berbagai sumber protein hewani, daging sapi merupakan daging yang menduduki peringkat atas daripada daging dari ternak lain, baik dari segi kualitas maupun tingkat kesukaan. Sejalan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang sudah mencapai 220 juta lebih pada awal tahun 2006, kebutuhan daging juga semakin meningkat meskipun konsumsi protein hewani belum memenuhi standart minimal FAO. Konsumsi protein hewani yang berasal dari daging saat ini baru mencapai 4,93 g/kapitsa/hari, sementara anjuran FAO sebesar 5,5 g/kapita/hari (Anonim, 2003). Sebagai bahan sumber protein, daging mengandung kadar air yang tinggi, derajad keasaman yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme (Frazier, 1967; Roman dan Ziegler, 1974), sehingga daging daging sangat mudah rusak (Suparno et al., 1988). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengawetan agar diperoleh daging dengan kualitas tetap terjamin. Pengawetan yang umumnya dilakukan adalah dengan pengontrolan duhu lingkungan, penurunan kadar air daging, dan penggunaan bahan pengawet kimiawi (Lawrei, 1979). Kerusakan daging dimulai dari oksidasilemak dari udara luar. Oksidasi ini menyebabkan bau dan citarasa yang tidak disukai oranga pada waktu dimasak (Ardani dan Djoemantoro, 1979). Salah satu cara untuk mengurangi proses oksidasi lemak daging yaitu dengan pencelupan daging tersebut ke dalam asam askorbat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan fungsi asam askorbat sebagai anti oksidan yang dapat menghambat oksidasi lemak dan mencegah kerusakan protein (Lawrei, 1979) dan sebagai pembentuk rasa dan warna daging, mudah dideteksi, aman, dan mudah didapatkan (Parman dan Salinard, 1967). Di sisi lain, mikroorganisme dan bakteri pembusuk mudah berkembang dalam suhu kamar. Proses transportasi daging dari tempat pemotongan sampai konsumen membutuhkan waktu, bahkan bertambah lama jika memerlukan pengiriman yang jauh dalam jumlah yang banyak. Pertambahan waktu tersebut akan memberikan kesempatan mikroorganisme dan bakteri untuk berkembang biak. Penyimpanan daging dalam suhu yang rendah memungkinkan perkembangan mikroorganisme maupun bakteri dapat diperlambat. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengkajian mengenai kualitas fisik daging sapi yang disimpan pada suhu rendah setelah dicelupkan dalam asam askorbat. Sampai waktu berapa lama daging dapat bertahan kualitasnya. Kualitas fisik tersebut meliputi keempukan (tenderness), susut masak (Cooking Loss), daya ikat air (Water Holding Capacity), dan ph. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh hasil yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam pengelolaan daging. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Peternakan dan Laboratorium Kimia Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta. Digunakan 2,7 kg daging paha dari 3 ekor sapi PO (masing-masing 0,9 kg), asam askorbat, aquadest, dan reagen eber (dietil eter : HCl pekat : alkohol 79% = 1 : 1 : 3). Digunakan alat bantu penelitian: beban, plat kaca, kertas saring, kertas grafik, kertas hisap, phmeter, pisau, timbangan, water bath, termometer, kulkas, mistar, dan tabung reaksi. Penelitian dengan bantuan metode eksperimental dalam Rancangan Acak Lengkap melalui pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama persentase asam askorbat dengan 3 level ( 0%, 0,5%, 1%), dan faktor kedua lama penyimpanan dengan 3 level (0, 5 dan 6 hari). Setiap perlakuan diulang 3 kali. Variabel yang diamati meliputi keempukan, cooking loss, water holding capacity, dan ph. Uji keempukan dan cooking loss dilakukan dengan metode Bouton. Water holding capacity diuji menurut cara Hamm, pengukuran ph menurut cara Bouton (sitasi Suparno, 1992) dan kerusakan daging diukur Kualitas Fisik Daging Sapi...(Samodra dan Cahyono) 27

melalui uji eber. Data dianalisis dengan analisis variansi dan perbedaan yang terjadi diuji lanjut berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keempukan Nilai rerata keempukan daging sapi dengan perlakuan asam askorbat menunjukkan nilai 1,60 1,62kg/cm 2, sedangkan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan penurunan keempukan secara nyata berkisar 1,83-1,38 kg/cm 2 (p<0,05). Nilai keempukan selengkapnya pada Tabel 1. Keempukan daging dipengaruhi faktor antemortem (genetik, umur, jenis kelamin, stress, aktivitas) dan faktor postmortem (pelayuan, pembekuan, metode pengolahan), (Bouton et al., 1975). Asam askorbat bersifat melapisi daging dari pengaruh luar (udara dan air) dan tidak berproses dalam daging. Nilai keempukan semakin menurun sejalan dengan pertambahan lama simpan. Artinya bahwa daging semakin empuk. Hal tersebut diduga bahwa dalam daging terjadi penguraian protein selama penyimpanan, sehingga ikatan kolagen menjadi longgar. Forrest et al., (1976) menyatakan bahwa daging akan mengalami penguraian protein dan pemecahan ikatan kolagen selama penyimpanan. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang sempat mengkontaminasi daging sebelum daging masuk di ruang pendingin. Cooking Loss Nilai rerata cooking loss daging sapi dengan perlakuan asam askorbat menunjukkan nilai 43,33 44,89%; sedangkan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan kenaikan cooking loss secara nyata berkisar 40,00 47,00% (p<0,05). Nilai cooking loss selengkapnya pada Tabel 2. Bouton et al. (1975) menyatakan bahwa nilai susut masak dapat dipengaruhi oleh ph, serabut otot, status kontraksi miofibril, ukuran dan bobot sampel, dan penampang lintang daging. Asam askorbat belum berpengaruh secara nyata terhadap cooking loss daging diduga karena sifatnya sebagai antioksidan tidak dapat mempengaruhi perubahanperubahan kimiawi dan fisis daging. Air yang keluar dari daging tidak dapat dicegah oleh asam askorbat. Tabel 1. nilai keempukan daging sapi PO (kg/cm 2 ). 0 1,88 1,82 1,79 1,83 a 5 1,61 1,62 1,62 1,62 b 6 1,31 1,40 1,40 1,38 c 1,60 1,61 1,62 - Tabel 2. nilai cooking loss daging sapi PO (%). 0 40,00 39,33 40,67 40,00 a 5 46,00 44,00 44,67 44,89 b 6 44,67 46,67 44,00 47,00 c 44,89 43,33 44,00-28 Sains Peternakan Vol.8 (1), Maret 2010

Pengeluaran air selama penyimpanan tidak dapat dicegah, sebaliknya air tidak dapat diserap/masuk kembali. Pertambahan lama simpan akan memperbanyak cairan yang keluar. Hal ini akan mengakibatkan cooking loss daging semakin tinggi. Peningkatan nilai susut masak mengindikasikan penurunan kualitas daging. Menurut Suparno (1994), penyimpanan yang semakin lama menyebabkan peningkatan nilai susut masak, karena cairan yang keluar tidak dapat diserap kembali oleh serabut otot. Bersamaan dengan pengeluaran cairan, maka nutrien dalam daging ikut keluar. Nilai cooking loss yang tinggi menandakan ikatan protein lemah, sehingga kemampuan mengikat cairan daging lemah (Hamm, 1964; Bouton et al., 1975). Water Holding Capacity Nilai rerata water holding capacity dengan perlakuan asam askorbat menunjukkan nilai 32,88 33,65%; sedangkan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan penurunan water holding capacity secara nyata berkisar 34,61 32,32 % (p<0,05). Nilai water holding capacity selengkapnya pada tabel 3. Daya ikat air daging dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, penyimpanan, umur ternak, lemak intramuskuler (Hamm, 1964). Perendaman daging dalam asam askorbat selama 3 menit diduga belum menyebabkan penetrasi dalam daging secara penuh. Disisi lain diduga bahwa dengan pertambahan waktu simpan akan terjadi peningkatan degradasi protein dan kolagen yang menyusun ikatan silang antar serat daging. Hal ini menyebabkan penurunan fungsi protein dalam mempertahankan air daging. Bucle (1985) menyatakan bahwa daya ikat air daging cenderung menurun karena protein sarkoplasma otot sangat mudah rusak dalam suasanya asam. Hamm (1964) mengungkapkan bahwa penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan daya ikat air dan mengakibatkan perubahan struktur protein daging. Nilai ph Nilai rerata ph daging (Tabel 4) dengan perlakuan asam askorbat menunjukkan nilai 5,99 6,16; sedangkan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan penurunan ph secara nyata berkisar 6,43 5,84 (p<0,05). Tabel 3. nilai water holding capacity daging sapi PO (%). 0 34,76 34,36 34,70 34,61 a 5 33,71 32,60 32,11 32,81 b 6 32,48 32,64 32,17 32,32 c 33,65 33,20 32,88 - Tabel 4. nilai ph daging sapi PO. 0 6,50 6,30 6,23 6,43 a 5 6,17 5,93 5,90 6,00 b 6 5,83 5,87 5,83 5,84 c 6,16 6,03 5,99 Kualitas Fisik Daging Sapi...(Samodra dan Cahyono) 29

Tabel 5. Hasil uji Eber 6 r b b 7 - b b 8 - r r Keterangan: r = rusak b = baik - = tidak diuji Bouton et al. (1975) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ph adalah stres ternak sebelum dipotong, pemberian injeksi hormaon, species, macam otot, dan aktivitas enzim yang mempengaruhi glikolisis. Perbedaan persentase asam askorbat tidak mempengaruhi nilai ph karena faktor-faktor intrinsik postmortem tidak dapat dipengaruhi oleh asam askorbat tersebut. Pertambahan lama waktu simpan menyebabkan perubahan-perubahan fisis dan kimiawi daging, kesempatan tumbuh mikroorganisme dan jamur bertambah. Bersamaan dengan peristiwa tersebut menyebabkan perubahan nilai ph secara nyata. Weiser et al. (1971) menyatakan bahwa perubahan asam bermula dari jamur dalam daging yang memecah protein menjadi asam amino sehingga kadar asam daging semakin tinggi atau nilai ph menurun. Uji Eber Kerusakan daging mulai terjadi pada hari ke 6 penyimpanan untuk 0% asam askorbat. Untuk persentase 0,5 dan 1% terjadi pembusukan pada hari ke 8. Pemberian asam askorbat dapat sedikit mempertahankan kondisi daging. Lawrie (1979) mengungkapkan bahwa asam askorbat berfungsi sebagai antioksidan, yakni menghambat oksidasi lemak dan menghambat kerusakan protein. Hasil uji eber tertera pada tabel 5. Pada kondisi suhu penyimpanan 5 OC memungkinkan mikroorganisme pembusuk masih dapat tumbuh. Karena pertumbuhan bakteria, protein terdegradasi dan menimbulkan gas amonia (NH3) dan kerusakan daging. KESIMPULAN Pemberian asam askorbat sampai 1% tidak mempengaruhi kualitas fisik daging, sedangkan semakin lama penyimpanan akan terjadi penurunan kualitas daging secara nyata (p<0,05). Penyimpanan daging tidak terlalu lama (< 5 hari) atau pada suhu simpan dibawah temperatur hidup mikroorganisme. DAFTAR PUSTAKA Adnan, A.S., 1977. Tinjauan Umum Tentang Daging dan Masalahnya. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor. Ardani, A. dan Djoemantoro, 1979. Penentuan Bilangan Atsiri Untuk Menguji Adanya Kerusakan Bahan Makanan Hewan Karena Proses Oksidasi Lemak. Buletin Biokimia. Bogor. No. 9. Buckle, K.A. Edwards, G.H. Fleet and Nwooton, 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Bouton, P.E., P.V. Harris and W.R. Shorthose, 1975. Changes in Shear Parameter of Meat Assosiated With Structural Changes Produced By Aging Cooking and Myofibrilar Contraction. J. Food Sci. 40:1107. Bouton, P.E. 1976. Factors Influencing Cooking Losses From Meat. J. Food Sci. 40:1092. Forest, I.C., I.D. Aberle, H.B. Hendrick, M.D. Judge and R.A. Merleel, 1975. Principles of Meat Science. W.H. Freman and Co. San Fransisco. Frazier, W.C., 1967. Food Microbiology. 2 nd ed. Mc. Grow Hill Book. Co. New York. Hamm, R., 1964. The Water Holding Capacity of Meat pada Techniques for Measuring Some 30 Sains Peternakan Vol.8 (1), Maret 2010

Quality Characteristic of Meat. D.E. Tribe ed Crico, Melbourne. Jay, J.M. and L.A Shelef, 1978. Microbia Modification in raw and Processed Meat and Poultry at Low Temperatures. Food Technol. 37:186 187. Lawrie, R.A. 1979. Meat Science. 3 rd ed. Pergamon Press. Oxford. Miller, A.R., 1963. Meat Hygine. 2 nd ed. Lea and Febiger. Philadelpia. Palupi, W.D.E., 1986. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. LIPI. Jakarta. Priyanto, G., 1988. Tehnik Pengawetan Pangan. Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi, UGM. Yogyakarta. Romans, J.R. and Ziegler, 1974. The Meat We Eat. 10 th ed. The Interstete Printers and Publ. Denville, Illionis. Sachkeim, G.I. and D.D. Lehman, 1981. Chemistry for The Health. Science. 4 th ed. Macmillan Publ. Co., New York. Suparno, 1988. Komposisi Karkas dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sosroamidjojo, 1984. Ternak Potong dan Kerja untuk Sapi Potong. CV. Yasa Guna. Jakarta. Weiser, H.H., G.J. Mountrey and W.A. Gould, 1971. Practicial Food Nicrobiology and Technology. 2 nd ed. The Avi Publ, Co. West Port. Connecticut. Winarno, F.G. dan B.S.L. Jenie, 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Ghalia Indonesia kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan, IPB. Bogor. Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Kualitas Fisik Daging Sapi...(Samodra dan Cahyono) 31