BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PEMBENTUK SEL DARAH MERAH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN GOWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi dari salah

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU

Transkripsi:

39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman Nomor 151, Sukoharjo. SMK Negeri 1 Sukoharjo memiliki empat jurusan yaitu teknik komputer dan jaringan, administrasi perkantoran akutansi serta pemasaran. Luas bangunan SMK Negeri 1 Sukoharjo secara keseluruhan yaitu 8.519 m². Adapun batas wilayah Kecamatan Bendosari adalah sebagai berikut : Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Kecamatan Polokarto : Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar : Kecamatan Nguter : Kecamatan Sukoharjo 2. Kegiatan Kesehatan Jenis kegiatan kesehatan di SMK Negeri 1 Sukoharjo antara lain ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR). Kegiatan dalam ektrakulikuler ini antara lain mempelajari PPPK, pertolongan pertama pada kecelakaan, PHBS, dan lain-lain. SMK Negeri 1 Sukoharjo menyediakan UKS sebagai sarana penunjang kesehatan bagi siswa dan siswinya. 39

40 3. Jumlah Siswa Jumlah siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo yaitu tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 1071 siswa, yang terdiri dari tiga tingkatan kelas yaitu kelas X, XI dan XII, masing-masing terdiri dari 10 kelas. Distribusi menurut kelas, jurusan dan jenis kelamin, tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun 2014/2015 Jurusan Teknik Komputer dan jaringan Kelas X Kelas XI Kelas XII Total Total L P L P L P L P 24 48 24 47 0 72 48 167 215 Akuntansi 3 105 2 105 3 104 8 314 322 Administrasi 0 108 0 72 0 72 0 252 252 Perkantoran Pemasaran 0 73 1 106 0 102 1 281 282 Total 27 334 27 330 3 350 57 1014 1071 Siswa di SMK N 1 Sukoharjo sebagian besar perempuan, hal ini dikarenakan jurusan yang tersedia di SMK Negeri 1 Sukoharjo memang sebagian besar diminati oleh perempuan. B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Subjek berdasarkan Variabel Penelitian Hasil distribusi subjek menurut variabel penelitian ditampilkan pada tabel berikut :

41 Tabel 8 Distribusi Subjek berdasarkan Variabel Penelitian Variabel N Minimal Maksimal Rata-rata Std.Deviasi Asupan protein 69 19.60 120.30 61.89 21.54 Asupan vit. C 69 16.20 329.50 100.18 74.07 Asupan As. Folat 69 3.30 773.50 183.36 130.23 Hemoglobin 69 8.0 15.6 12.13 1.46 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar asupan protein dan vitamin C subjek sudah memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu untuk protein 59 g/hari dan untuk vitamin C 79 mg/hari, hal ini dilihat dari rata-rata asupan protein subjek 61,89±21,54 gr/hari dan rata-rata asupan vitamin C 100,18±74,07. Rata-rata asupan asam folat yaitu 183,36±130,23 mcg/hari, hal ini menunjukkan sebagian besar asupan asam folat subjek sebagian besar masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu 400 mcg/hari. Nilai rata-rata kadar hemoglobin yaitu 12,13±1,46 g/dl sehingga sebagian besar kadar hemoglobin subjek diatas nilai normal yaitu 12 g/dl. b. Kadar Hemoglobin Hasil distribusi subjek menurut kadar hemoglobin ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 9 Distribusi Subjek berdasarkan Kadar Hemoglobin Kadar Hemoglobin Frekuensi (n) Persentase (%) Anemia 28 40.6 Tidak Anemia 41 59.4 Total 69 100.0

42 Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar subyek masuk dalam kategori tidak anemia yaitu sebanyak 41 subyek (59,4%). Prevalensi anemia di SMK N 1 Sukoharjo mengalami peningkatan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Sukoharjo pada tahun 2014 prevalensi anemia sebanyak 39% siswi sedangkan pada penelitian ini sebanyak 40,6% siswi. Nilai batas ambang berdasarkan ketetapan WHO untuk anemia remaja wanita adalah 12 g/dl (Andriyani, 2014). c. Asupan Protein Hasil distribusi subjek menurut asupan protein adalah sebagai berikut: Tabel 10 Distribusi Subjek berdasarkan Asupan Protein Asupan Protein Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah (<AKG) Baik ( AKG) Total 32 46,4 37 53,6 69 100,0 Tabel 10 menunjukkan bahwa lebih banyak subjek dengan asupan protein baik yaitu sebanyak 37 subjek (53,6%). Bahan makanan sumber protein yang sering dikonsumsi subyek adalah sumber protein hewani seperti telur ayam 1-2x perhari, ayam 1-2x perhari, telur puyuh 1-2x perhari, ikan 4-5x perminggu. Mutu protein bergantung pada kandungan asam amino esensialnya, kemampuan penyerapannya serta nilai biologisnya. Sumber protein hewani seperti susu, telur, daging, dan ikan dianggap lebih bermutu daripada protein nabati, contohnya polong-polongan, biji-

43 bijian, dan sayur-sayuran karena protein nabati kurang mengandung asam amino esensial (Manglara, dkk, 2013). d. Asupan Vitamin C Hasil distribusi subjek menurut asupan vitamin C adalah sebagai berikut: Tabel 11 Distribusi Subjek berdasarkan Asupan Vitamin C Asupan Vitamin C Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah (<AKG) Baik ( AKG) Total 34 49,3 35 50,7 69 100,0 Berdasarkan analisis pada 69 subyek dapat diketahui asupan vitamin C pada penelitian ini sebagian besar sudah baik yaitu sebanyak 35 subjek (50,7%). Vitamin C mempunyai banyak fungsi diantaranya sebagai koenzim atau kofaktor, sebagai pembentuk kolagen, absorbsi kalium, mencegah infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung, absorbsi dan metabolisme besi (Almatsier, 2002). e. Asupan Asam Folat Hasil distribusi subjek menurut asupan asam folat adalah sebagai berikut: Tabel 12 Distribusi Subjek berdasarkan Asupan Folat Asupan Asam Folat Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah (<AKG) Baik ( AKG) Total 66 95,7 3 4,3 69 100,0

44 Tabel 12 menunjukkan bahwa untuk asupan asam folat subjek sebagian besar rendah yaitu 66 orang (95,7%). Kekurangan asam folat pada subjek disebabkan karena banyak subyek yang jarang mengkonsumsi makanan yang bersumber asam folat seperti sayuran hijau, hati, daging, serealia, dan bijibijian sehingga tidak cukup untuk memenuhi asupan asam folat yang seharusnya. Kekurangan asam folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi, terganggunya absorbsi, kebutuhan metabolisme yang meningkat (Suyardi, 2009). 2. Normalitas Data Dari hasil analisis dan olah data dengan menggunakan program SPSS yaitu hemoglobin p=0,838, asupan protein p=0,764, asupan vitamin C p=0,098 dan asupan asam folat p=0,099. karena masingmasing variabel nilainya lebih dari 0,05, maka variabel tersebut berdistribusi normal. 3. Analisis Bivariat a. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin Hasil analisis hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini: Tabel 13 Distribusi Silang Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin Asupan Protein Kadar Hemoglobin Total ρ value Anemia % Tidak % Jumlah % Anemia Rendah (< AKG) 17 53,1 15 46,9 32 100 0,018 Baik ( AKG) 11 29,7 26 70,3 37 100

45 Tabel 13 menunjukkan bahwa subyek dengan asupan protein baik lebih banyak pada subjek yang tidak anemia yaitu 70,3%. Uji statistik dengan Pearson Product Moment menujukkan adanya hubungan yang signifikan (ρ<0,05) dan memiliki korelasi yang positif (r : 0,283), hal ini menujukkan bahwa semakin tinggi asupan protein maka semakin rendah terjadinya anemia. Nilai pada tingkat signifikasinya sebesar 0,018. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wijaya (2012) yang menyatakan ada hubungan antara konsumsi protein dengan kejadian anemia. Konsumsi protein yang rendah akan mengakibatkan berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh berkurang yang akan mengakibatkan menurunnya kadar hemoglobin sehingga terjadi anemia gizi besi (Linder, 2006). Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Absorpsi besi yang terjadi di usus halus dibantu oleh alat angkut protein yaitu transferin dan feritin. Transferin mengandung besi berbentuk ferro yang berfungsi mentranspor besi ke sumsum tulang untuk pembentukkan hemoglobin (Almatsier, 2009). Penelitian yang dilakukan di Makasar oleh Syatriani dan Aryani (2010), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bersifat positif antara asupan protein dengan kejadian anemia. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa remaja

46 yang kekurangan protein berisiko 3,48 kali lebih besar untuk mengalami anemia daripada remaja yang asupan proteinnya cukup. b. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin Hasil analisis hubungan asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14 Distribusi Silang Asupan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin Asupan Vitamin C Kadar Hemoglobin Total ρ value Anemia % Tidak % Jumlah % Anemia Rendah (< AKG) 12 35,3 22 64,7 34 100 0,388 Baik ( AKG) 16 45,7 19 54,3 35 100 Tabel 14 menunjukkan bahwa subjek dengan asupan vitamin C baik lebih banyak pada subjek yang tidak anemia yaitu 54,3% begitu juga subjek dengan asupan vitamin C rendah lebih banyak pada subjek tidak anemia 64,7%. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment antara variabel asupan vitamin C dengan kejadian anemia tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan tingkat signifikasinya sebesar 0,388 (p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan Arifin, dkk (2013) yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,669). Besi heme yang diperoleh dari daging lebih baik diserap dari pada besi non-heme yang diperoleh dari tumbuhan dan penyerapan tidak tergantung pada makanan lain. Penyerapan zat besi non-heme dipengaruhi oleh asupan makanan lain seperti vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non heme sebanyak empat kali lipat (Husaini, 1989). Sebagian besar subyek penelitian ini mengkonsumsi makanan sumber zat

47 besi heme yaitu seperti kuning telur ayam 1-2x perhari, ayam 1-2x perhari, kuning telur puyuh 1-2x perhari, ikan 4-5x perminggu, sehingga dalam absorbsi zat besi tidak tergantung pada vitamin C. c. Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin Hasil analisis hubungan asupan asam folat dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini: Tabel 15 Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin Asupan Asam Kadar Hemoglobin Total ρ value Folat Anemia % Tidak % Jumlah % Anemia Rendah (< AKG) 27 40,9 39 59,1 66 100 0,778 Baik ( AKG) 1 33,3 2 66,7 3 100 Tabel 15 menunjukkan bahwa subjek dengan asupan asam folat baik lebih banyak pada subjek yang tidak anemia yaitu 66,7% begitu juga subjek dengan asupan asam folat rendah lebih banyak pada subjek yang tidak anemia yaitu 59,1%. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment antara variabel asupan asam folat dengan kejadian anemia tidak terdapat hubungan yang bermakna. Ini terbukti dengan tingkat signifikasinya sebesar 0,778 (ρ>0,05). Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Wahyuningsih (2008) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan status anemia (p=0,783), tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suyardi (2009) menyatakan ada hubungan bermakna antara anemia dengan asam folat. Hal ini disebabkan karena banyak subjek penelitian masih kurang mengkonsumsi makanan tinggi kandungan asam folat, seperti sayuran hijau, hati, daging, serealia,

48 dan biji-bijian. Defisiensi asam folat menyebabkan defisiensi fungsional asam folat yang akan mengakibatkan penekanan proliferasi sumsum tulang dalam proses pembentukan sel darah merah. Peranan asam folat dalam proses sintesis nukleo protein merupakan kunci pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam susunan tulang. Kerja asam folat tersebut banyak berhubungan dengan kerja dari vitamin B. Asam folat diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh yang melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam amino misalnya konversi homosistein menjadi metionin da serin menjadi glisin atau pada sintesis prekusor DNA purin (Muwakhidah, 2010). C. Keterbatasan Penelitian 1. Tidak ada data tentang pemberian obat cacing dalam mengontrol bahwa subyek penelitian tidak mempunyai penyakit infeksi kecacingan. 2. Tidak membatasi asupan protein dari bahan nabati atau hewani. 3. Tidak menggunakan food model pada saat wawancara asupan makan sehari-hari.