BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Kebijakan Moneter dan Fiskal

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan data sekunder runtut waktu (time series) tahunan dengan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

Perekonomian Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

Permintaan dan Penawaran Uang

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

Inflasi dan Indeks Harga

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga faktor ekonomi makro, yaitu : Yaitu perubahan dalam tingkat umum dari aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

Gambaran Umum: Ekonomi, Uang, dan Bank

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi tidak stabil, cenderung bervariasi dan sulit diperkirakan. Konotasi kuncinya adalah keragaman (variability) dan ketidakpastian (uncertainty). 2.1.1 Volatilitas Inflasi dari Sisi Moneter Inflasi merupakan fenomena yang dialami oleh semua negara. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang secara umum(mankiw, 2000). Menurut kaum monetaris, inflasi dinyatakan sebagai suatu fenomena moneter, artinya tingkat inflasi yang terjadi disebabkan oleh pertumbuhan penawaran uang, sehingga yang terjadi hanyalah perubahan tingkat harga, sedangkan tingkat output konstan (Mishkin, 2000:664). Pertumbuhan jumlah uang beredar yang cepat akan menyebabkan tingkat harga naik secara terus menerus sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi. Sebagian besar pembaca mungkin lebih akrab dengan pandangan moneter. Bank-bank sentral melakukan kebijakan moneter untuk mengendalikan pengeluaran agregat melalui suku bunga nominal. Jika suku bunga nominal rendah, rumah tangga dan perusahaan dapat meminjam lebih murah, sehingga

dapat meningkatkan pengeluaran. Peningkatan pengeluaran harus menghasilkan produksi yang lebih tinggi dengan biaya produksi dan upah yang tinggi pula. Akibatnya, tingkat inflasi meningkat (Sukirno, 2006). Dengan demikian, salah satu peranan penting dari otoritas moneter yakni mengendalikan jumlah uang beredar. Analisis volatilitas inflasi semakin diperlukan dan penting ketika masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi harga yang cenderung tidak stabil dan polanya semakin tidak teratur. Seperti kondisi yang terjadi di pasar barang di mana inflasi dipengaruhi dari sisi permintaan atau yang sering dikenal dengan istilah demand pull inflation (inflasi karena tarikan permintaan). Inflasi yang terjadi karena tarikan permintaan / Demand pull inflation ini menggambarkan bahwa permintaan agregat/aggregat Demand (AD) lebih besar dari penawaran agregat / Aggregat Supply (AS). Salah satu contoh konkretnya adalah menjelang hari raya besar seperti lebaran maupun natal, di mana permintaan agregat (AD) meningkat sementara penawaran agregat (AS) tetap/konstan. Kenaikan jumlah permintaan agregat/ad ini akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga, lalu memicu terjadinya inflasi. Permintaan agregat/aggregat demand (AD)merupakan penjumlahan nilai pasar dari permintaan konsumsi oleh rumah tangga (C), permintaan oleh sektor bisnis akan barang-barang modal (I), permintaan akan barang-barang dan jasa oleh sektor pemerintah (G), dan permintaan oleh sektor luar negeri akan barang ekspor dan impor (X-M). Pengeluaran pemerintah (G) dalam arti riil dapat dipakai

sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Dengan demikian, semakin tinggi permintaan agregat dari pemerintah untuk kebutuhan belanja daerah. Jika permintaan agregat terlalu besar, maka akan mendorong terjadinya inflasi di dalam perekonomian. 2.1.2 Volatilitas Inflasi dari Sisi Fiskal Sejalan dengan perkembangan teori inflasi, ternyata terdapat suatu teori yang menjelaskan bahwa inflasi bukan hanya semata-mata fenomena moneter, melainkan juga merupakan fenomena fiskal. Teori ini dikenal dengan teori fiskal tentang tingkat harga (Fiscal Theory of the Price Level / FTPL), (Hervino, 2009). Fiscal Theory of the Price Level / FTPL menjelaskan efek kekayaan atas utang pemerintah merupakan jalur tambahan dari pengaruh fiskal terhadap tingkat harga (inflasi), atau peningkatan utang pemerintah akan meningkatkan kekayaan rumah tangga konsumen, sehingga ada peningkatan permintaan akan barang dan jasa yang kemudian mendorong inflasi untuk naik. FTPL menjelaskan bahwa tingkat harga selain dipengaruhi oleh utang pemerintah, juga dipengaruhi oleh penerimaan pajak saat ini dan akan datang, serta oleh rencana belanja pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung terhadap kebijakan moneter (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2012).

Menindaklanjuti teori FTPL tersebut, maka dalam penelitian ini penulis akan melihat volatilitas inflasi dari sisi fiskal dengan menggunakan variabel Utang Pemerintah Daerah. Sumber data telah menunjukkan bahwa terdapat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD dari masing-masing Provinsi yang nilainya bisa dikatakan cukup besar. Dengan besaran defisit yang ada, perlu dicermati langkah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dalam menutup besaran defisit tersebut 1. Penulis akan memaparkan hasil korelasi yang menggambarkan keterkaitan antara defisit anggaran dengan utang pemerintah daerah berikut ini: Table 2.1 Korelasi antara Defisit Anggaran dengan Utang Pemerintah Daerahdi Indonesia Tahun 1999-2009 LOG(def) LOG(L) LOG(def) 1.0000 LOG(L) 0.3798 1.0000 Keterangan : ~ Jumlah observasi (N) = 275. ~ Sumber : data diolah penulis, 2013. Hasil korelasi data panel di atas menunjukkan bahwa defisit anggaran (LOG(Def)) memiliki hubungandengan Utang Pemerintah Daerah (LOG(L)) sebesar 0.3798. Walaupun nilai korelasi dari kedua variabel tersebut tidak terlalu besar, namun ini menunjukkan bahwa adapun kebijakan dalam sumber pembiayaan! " #"

demi menutup defisit tersebut adalah pembiayaan melalui utang. Artinya, adanya defisit anggaran menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan untuk berutang. Namun, pemerintah sangat berhati-hati dalam memberikan kebebasan kepada Daerah untuk melakukan utang guna meningkatkan kemampuan pembelanjaan daerah, terutama untuk utang yang berasal dari luar negeri. Sebab, penggunaan utang daerah untuk membiayai kegiatan pembangunan yang bersifat regional tersebut berpotensi menciptakan ketidakstabilan makro ekonominegara yang bersangkutan jika pinjaman tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik (Makro Ekonomi, Sukirno, 2006).Penulis berpendapat bahwa yang lebih membahayakan adalah ketika utang tersebut terlampau banyak dan semakin banyak maka tingkat pengeluaran pemerintah bertambah, dan bisa menyebabkan terjadi inflasi. 2.2. Model dan Hipotesis Penelitian 2.2.1 Model Penelitian Berikut ini penulis menggambarkan model penelitian yang dibangun dengan melihat pengaruh variabel moneter dan fiskal terhadap inflasi. Variabel Moneter : Variabel Fiskal : Money Supply(MS) Inflasi (IHK) Utang Pemerintah Daerah Gambar 2.1. Model Penelitian

2.2.2 Hipotesis Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 2.2.2.1. Variabel Jumlah Uang Beredar / Money Supply yang diproksi dengan posisi pinjaman Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR menurut lokasi proyek Provinsi (Miliar Rp) berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi daerah di Indonesia tahun 1999-2009. 2.2.2.2. Variabel Utang Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi daerah di Indonesia tahun1999-2009.