BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TES HASIL BELAJAR SIKLUS I. Nama :... Kelas :... Hari/ Tanggal :... Alokasi Waktu : Alat musik ini berbunyi dengan cara...

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peristiwa, fenomena-fenomena alam yang terjadi di alam. Secara umum istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011: 57). Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-ciri tersebut ialah: a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

10 d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujun pembelajaran dapat tercapai (Trianto, 2009: 23). Berkenaan dengan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang telah didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk belajar aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Setiap pendidik atau guru hendaknya mengetahui dan menguasai beberapa teori mengenai model pembelajaran, sehingga guru atau pendidik tersebut akan dapat menerapkannya di kelas dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan akan dapat menghasilkan proses belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik. 2. Manfaat Model Pembelajaran Adapun manfaat model pembelajaran ialah: a. Bagi Guru. 1) Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta ketersediaan media yang ada. 2) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.

11 3) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku peserta didik secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat. 4) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran peserta didik secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan). 5) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan pembelajaran dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran. b. Bagi Siswa 1) Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran 2) Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran 3) Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh 4) Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan peserta didik belajar dan bekerja secara kelompok kelompok secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

12 empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur (Rusman, 2011: 203). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa: a. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, dan menumbuhkan sikap toleransi serta menghargai pendapat orang lain. b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman (Rusman, 2011: 205). Berdasarkan penjelasan beberapa teori di atas, dapat diartikan bahwasannya model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang cukup efektif jika digunakan pada proses pembelajaran, hal itu dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi baik pada individu ataupun pada kelompoknya. Selain itu, pembelajaran

13 kooperatif juga dapat menimbulkan keterampilan interaksi sosial pada peserta didik. 4. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation a. Pengertian Group Investigation Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam bentuk topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok (Komalasari, 2011: 75). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif group investigation juga dirancang untuk membantu terjadinya rasa tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran (Rusman, 2011: 222). Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Group Investigation maka penulis mengartikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual

14 pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sangat ideal diterapkan pada pembelajaran IPA. Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah, diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya (Rusman, 2011: 221). Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan menggunakan model pembelajran kooperatif tipe Group Investigation pada pembelajaran IPA. b. Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Seleksi topik. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok yang beranggotakan 2 hingga 6 orang dengan komposisi yang

15 heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Selanjutnya setiap kelompok diberikan sub topik yang berbeda. 2) Merencanakan kerja sama. Peserta didik bersama guru merencanakan berbagi prosedur belajar khusus yang sesuai dengan sub topik yang telah ditentukan. 3) Implementasi. Peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas keterampilan dengan menggunakan berbagi sumber belajar. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan pada setiap keolmpok. 4) Analisis. Peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya, dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan presentasi presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua

16 agar semua peserta didik dalam kelas dapat memahami materi yang dipelajari. 6) Evaluasi. Guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari. Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu maupun secara kelompok (Komalasari, 2011: 75). c. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation Model pembelajaran koopertif ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. 3) Model pembelajaran Group Investigation melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya. 4) Memotivasi dan mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Sedangkan untuk kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah merupakan model

17 pembelajaran yang kompleks dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan uraian materi di atas, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Seleksi topik yakni dengan menentukan topik bahasan pada setiap kelompok dalam kelas. 2) Merencanakan kerja sama yakni merencanakan berbagai prosedur belajar khusus yang sesuai dengan pembelajaran yang efektif. 3) Implementasi, pada tahap ini peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya 4) Analisis, peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya.

18 5) Penyajian hasil akhir, pada tahap ini semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari. 6) Evaluasi dilaksanakan dengan cara guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha pengusaan ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008: 20). Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata niai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Dari proses belajar mengajar inilah akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut dengan hasil pengajaran, atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Hasil dalam kamus lengkap bahasa Indonesia adalah sesuatu yang didapat (Ali, 2000: 121). Namun dalam segi pendidikan hasil memiliki beberapa definisi arti, antara lain: Menurut Abdurahman,

19 (2003: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah Ia menerima pengalaman belajarnnya (Sudjana, 2009: 22). Berdasarkan beberapa definisi yang ada di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapatkan oleh peserta didik setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui 3 kategori ranah yaitu: a. Ranah Kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Ranah Afektif Ranah ini berkenaan dengan sifat dan nilai. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab/reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai (kompleks nilai). c. Ranah Psikomotorik Ranah ini meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati) (Daryanto, 1999: 102).

20 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto, (2003: 54) ada beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar antara lain: a. Faktor intern, yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. b. Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor, masyarakat. Faktor-faktor intern yang memengaruhi proses belajar adalah: a. Faktor jasmani. Meliputi faktor kesehatan, dan cacat tubuh. Proses belajarmengajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Faktor cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik/ kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. b. Faktor Psikologis. Faktor-faktor psikologis antara lain adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. c. Faktor kelelahan. Agar peserta didik dapat belajar dengan baik haruslah menghindari agar jangan sampai terjadi kelelahan dalam proses belajar (Slameto, 2003: 55).

21 Faktor-faktor ekstern yang memengaruhi proses belajar adalah: a. Faktor Keluarga peserta didik yang belajar akan pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, dan keaadaan ekonomi keluarga. b. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang memengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, meetode belajar dan tugas. c. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan peserta didik dalam masyarakat (Slameto, 2003: 60). Berdasarkan kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapatkan oleh peserta didik setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui 3 kategori ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. C. Kajian Materi Penelitian IPA (Energi Panas dan Energi Bunyi)

22 1. Hakikat Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu mengenai alam dimana terdapat bebrapa kajian ilmu di dalamnya yakni biologi, fisika, dan kimia. IPA termasuk ilmu pengetahuan yang masuk ke dalam kajian sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin (scientia yang berarti memiliki pengetahuan atau mengetahui). Sains adalah suatu proses atau cara untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah atau memahami suatu fenomena di alam ini. Berikut merupakan ciri-ciri sains antara lain; a. Objek kajian berupa benda konkret dan dapat ditangkap indera; b. Dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris (pengalaman nyata); c. Memiliki langkah-langkah sistematis yang bersifat baku; d. Menggunakan cara berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi ketentuan khusus; e. Hasilnya bersifat objektif atau apa adanya, terhindar dari kepentingan pelaku (subjektif); f. Hasil berupa hukum-hukum yang berlaku umum, dimanapun diberlakukan (Sudjadi, 2005: 3). Manfaat dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara lain:

23 a. IPA dapat membantu seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang dirinya sendiri dan benda hidup lainnya yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. b. IPA dapat membantu seseorang melihat dunia dan alam sekitar sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis. c. IPA juga berguna dalam beberapa bidang dan profesi; misalnya, pertanian, kesehatan, perkebunan dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan di kehidupan sehari-hari (Sudjadi 2005: 59). 2. Energi Panas (Kajian Materi Penelitian) Panas adalah salah satu bentuk energi. Sumber energi panas yang utama bagi makhluk hidup dan bumi adalah matahari. Energi panas dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lain. Ujung tangkai sendok akan terasa panas walaupun tidak tercelup air panas. Hal ini menunjukkan bahwa panas dapat pindah melalui sendok logam. Beberapa alat dapur terbuat dari logam sehingga panas dari api mudah mengalir ke seluruh alat, dan bahan makanan pun menjadi matang. Pegangan alat-alat dapur untuk memasak dibuat dari bahan kayu atau plastik tahan panas. a. Energi Bunyi Sumber bunyi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah alat-alat musik yang biasa digunakan untuk menimbulkan irama. Contoh gitar, gendang, drum, seruling dan lain-lain. Gitar berbunyi karena dipetik. Getaran dari senar pada gitar menimbulkan bunyi. Sumber bunyi dapat bergetar akibat

24 pukulan, petikan, tiupan, maupun gesekan. Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Bunyi dapat terdengar jika ada sumber bunyi yang bergetar, telinga yang dapat mendengar, dan benda yang menghantarkan bunyi ke telinga. Bunyi dapat merambat melalui berbagai benda yaitu: 1) Rambatan Bunyi Melalui Benda Padat 2) Rambatan Bunyi Melalui Benda Cair 3) Rambatan Bunyi Melalui Udara Alat musik tiup umumnya berbentuk panjang seperti pipa. Bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tiup dapat terjadi ketika udara dalam pipa bergetar karena tiupan pemainnya. Nada suara diatur dengan membuka dan menutup lubang pada sisi alat musik. Perubahan keras pelannya suara disebabkan oleh kekuatan tiupan yang menyebabkan getaran udara. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul disebut juga perkusi. Akibat pukulan, alat musik akan bergetar dan menghasilkan suara. Makin kuat pukulan, getarannya makin banyak dan suara alat musik makin keras. Biola termasuk alat musik gesek. Gesekan terhadap rentangan senar yang semakin kuat, dapat menyebabkan perubahan energi bunyi dari biola.

25 D. Penelitian yang Relevan Ada beberapa karya ilmiah yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation baik di sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Pada beberapa karya ilmiah tersebut dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat digunakan sebagai solusi pada proses pembelajaran di kelas agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sebagaimana karya ilmiah yang dibuat oleh Rizha Listiyani tahun 2013 yang meneliti mengenai pengkombinasian antara media visual dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik di SMP Al-Huda Jati Mulyo. Pada karya ilmiah tersebut didapatkan kesimpulan dari hasil pnelitian bahwa Penggunaan media visual dengan model pembelajaran Group Investigation berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik kelas VII SMP Al-Huda pada konsep sistem organisasi kehidupan (Listiyani, 2013: 91). Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan menggunakan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar pada peserta didik di kelas IV SDN 2 Rejomulyo. Sehingga nantinya diharapakan dengan penggunaan model pembelajaran Group Investigation ini dapat benarbenar meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo pada mata pelajaran IPA. E. Kerangka Pikir

26 Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang bepengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subyek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri peserta didik (Sardiman, 2008: 39). Faktor ekstern yang ada dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proses belajar. Misalnya penggunaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dapat mengakibatkan proses belajar akan berlangsung dengan baik. Adanya interaksi antara peserta didik dan guru yang ada di lingkungan belajar (kelas). Selain penggunaan media pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan juga sangat mempengaruhi proses belajar. Adanya penggunaan model pembelajaran yang sesuai pada prose pembelajaran di kelas, akan memberikan porsi proses pendidikan yang sesuai. Dengan demikian proses pembelajaran yang berjalan baik cenderung akan memudahkan peserta didik memahami materi yang sedang dipelajari dan akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Pada penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus pembelajaran. Dimana nantinya setiap siklus guru atau peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil uji kompetensi berupa tes tertulis. Peneliti juga akan menerapkan refleksi yang sesuai pada setiap siklusnya sehingga dapat memberikan solusi pada setiap

27 permasalah di setiap siklus peneltian kali ini. Berikut kerangka pikir dari penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skema: Kondisi awal Tindakan kelas Dalam pembelajaran di kelas, guru belum dapat menggunakan model pembelajaran yang berinovatif. Penggunaan model pembelajaran Group Investigation Berdasarkan pembelajaran yang monoton, hasil belajar peserta didik rendah Siklus I Peserta didik harus membiasakan untuk belajar secara berkelompok dan aktif dalam setiap pembelajaran. Kondisi akhir Dengan penggunaan model pembelajaran, peserta didik merasa bersemangat dalam proses belajar, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat. Siklus II Peserta didik mulai beradaptasi dengan proses pembelajaran secara berkelompok dan selalu aktif dalam proses pembelajaran. Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Tindakan

28 Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut apabila model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dilakukan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV di SDN 2 Rejomulyo pada mata pelajaran IPA.