BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

ANDRIYANTI NIM : D

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMBUATAN BATU BATAA DS. SUKOREJO SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA JASA KULI ANGKUT DI PASAR KLEWER SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB V PEMBAHASAN. fungsi organ di dalam tubuhnya (Roestam, 2003). memerlukan ketrampilan tangan. WHO menyatakan batas usia tua adalah 65

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT TERPAPAR PANAS ANTARA TENAGA KERJA BAGIAN OVEN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI CATERING HIKMAH FOOD SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB V PEMBAHASAN. ini semuanya adalah perempuan. Oleh karena itu, variabel jenis kelamin pada

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang digunakan adalah pekerja dengan masa kerja > 2 tahun. Suma mur (2009), menyatakan bahwa masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor resiko yaitu tekanan panas. Maka semakin lama masa kerja seseorang kemungkinan besar orang tersebut mempunyai risiko yang besar mengalami kelelahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama kerja seseorang akan semakin lama pula waktu terjadi paparan terhadap panas tersebut. 2. Umur Umur responden di bagian proses dan sizing pada PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dibagi menjadi 3 kategori yaitu dewas awal, dewasa akhir, lansia awal. Dari 3 kategori tersebut didapatkan hasil responden yang berumur 26-35 tahun atau dikategorikan dewasa awal ada 4 orang dengan persentase 13,33 %, untuk responden yang umur 36-45 tahun dikategorikan dewasa akhir ada 10 orang dengan prosentase 33,33 % dan untuk responden yang berumur 46-55 tahun atau dikategorikan lansia 55

awal sebanyak 16 orang dengan prosentase 53,33. Glimer (1966) dalam Setyawati (2011) faktor usia merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, mengingat usia berpengaruh terhadap kekuatan fisik dan mental seseorang serta pada usia tertentu seorang pekerja akan mengalami perubahan prestasi kerja. Puncak kekuatan otot pada laki-laki dan wanita sekitar usia 25-35 tahun. 3. Beban Kerja Dari hasil pengukuran didapatkan nilai rata-rata denyut nadi tenaga kerja di bagian proses 90,47/menit termasuk beban kerja ringan dan dari hasil pengukuran denyut nadi tenaga kerja bagian sizing didapatkan hasil rata-rata 107,40/menit termasuk beban kerja sedang. Menurut Christensen (1991) dalam Tarwaka (2004) berarti pengukuran denyut nadi memiliki beban kerja yang berbeda yaitu ringan (75-100) dan sedang (100-125). B. Pengukuran Iklim Kerja Panas Menggunakan Questtemp dan Kelelahan Kerja Menggunakan Reaction timer L77 Lakassidaya 1. Iklim Kerja Iklim kerja merupakan kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan sifat pekerjaan akan sangat mengganggu pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja (Siswantiningsih, 2010). 56

Penelitian ini dilakukan pada 2 ruang yang berbeda yaitu Tenaga kerja yang terpapar risiko iklim kerja panas > NAB yaitu di bagian sizing dan tenaga kerja yang terpapar risiko iklim kerja panas < NAB yaitu di bagian proses PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Astrand (1977) dalam Wahyuni (2008), iklim kerja panas merupakan mikrometeorologi dari lingkungan kerja dalam menjaga keseimbangan panas tubuh, tubuh mengeluarkan panas secara berlebih ke lingkungan sekitar secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Tenaga kerja yang beraklimatisasi panas dapat mengeluarkan keringat 6-8 liter sehari kerja untuk membuang panas secara berlebih pada lingkungan sekitar. Menurut Balai Hiperkes (2011) pengaruh iklim kerja di tempat kerja terhadap tenaga kerja antara lain: penurunan kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi syaraf, perasa dan motorik. Menurut Bernard 1996 dalam Gesang (2010) 2. Kelelahan Kerja Menurut Grendjen (1993) dalam Tarwaka (2011), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirah.kelelahan diatur sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sisitem aktivitas (bersifat simpatis) dan inhibis (bersifat parasimpatis).istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan 57

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.menurut astrand dan rodhl (1997) dalam Tarwaka (2011) secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal Berdasarkan hasil penelitian ini dari 30 responden yang kelelahan kerja dalam kategori ringan ada 14 orang (46,7%), dan responden yang kelelahan kerja dalam kategori sedang ada 16 responden (53,3%). pekerjaan dibagian sizing dan proses dalam perusahaan ini memang tidak teralu berat sehingga mayoritas responden kategori tingkat kelelahan sedang. Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan sujektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh- pengaruh ini seperti berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma mur, 1996). 58

Menurut Budiono (2003), gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk. Banyak hal yang dapat menyebabkan kelelahan bekerja menurut Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2011) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan.penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. C. Pengaruh Iklim Kerja terhadap kelelahan kerja Berdasarkan hasil penelitian uji chi square menunjukan nilai dengan p- value 0,025 <0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja. Dimana semakin iklim kerja panas >NAB memberikan kecederungan meningkatnya kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Subaris, dkk, (2008) Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Menurut Balai 59

Hiperkes (2011) Pengaruh iklim kerja di tempat kerja terhadap tenaga kerja antara lain: penurunan kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi syaraf, perasa dan motorik. Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi ruangan yang tidak cukup bagi pekerja akan sangat menimbulkan kelelahan. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka tubuh akan mendapatkan beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot yang disadari sebagai kelelahan. Sehingga berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi akan meningkat pula. Tenaga kerja yang terpapar iklim kerja panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso,2004). D. Pengaruh Umur Terhadap Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil penelitian tingkat kelelahan lebih banyak dialami oleh klompok pekerja yang berumur 46-55 tahun termasuk kategori lansia awal yang berjumlah 16 orang, hasil uji chi Square diperoleh hasil p 0,467 (p>0,05) yang berarti bahwa tida ada pengaruh yang bermakna antara umur dengan 60

kelelahan kerja pada pekerja di PT. Iskandar Indah Printing Textil Surakarta. Penelitian ini serupa yang dilakukan oleh (Melati,2013) mengenai Hubungan antara Umur, Masa Kerja dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Mabel di CV. Mercusuar dan CV. Mariska Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa menunjukkan hasil yang sama dimana p= 0,094 (p>0,05) hal ini berarti tidak ada pengaruh umur dengan kelelahan kerja. Tidak adanya pengaruh umur dengan kelelahan kerja dikarenakan pekerja cenderung lebih puas dengan pekerjaannya karena lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan pengalamanya, cenderung lebih stabil emosinya sehingga secara keseluruhan dapat bekerja lebih lancar dan trampil. E. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa tingkat kelelahan kerja lebih banyak dialami oleh pekerja yang, memiliki setatus gizi normal dari hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,133 (p>0,05) hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh status gizi terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian Sizing dan Proses PT Iskandar indah printing textile surakarta. Hasil yang sama didapatkan pula dari penelitian yang dilakukan oleh Alcantara 2012 mengenai hubungan antara faktor individu dengan kelelahan kerja pada karyawan bilyard nine nine pool center yogyakarta menunjukkan p= 0,080 (p>0,05 ) hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh status gizi dengan kelelahan kerja pada karyawan bilyard nine nine pool center 61

yogyakarta. Hal ini dikarenakan rata-rata status gizi pekerja dalam keadaan normal. F. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pekerja dengan beban kerja ringan diketahui 50% tingkat kelelahan kerja ringan dan 50% tingkat kelelahan kerja sedang. Dengan nilai minimum 84 denyut nadi / menit dan nilai maksimum 115 denyut nadi / menit. Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil p=0,025 (p<0,05) ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja di bagian prosees dan sizing PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kelelahan bukan hanya disebabkan oleh iklim kerja tetapi dapat juga dipengaruhi faktor lain yaitu beban kerja Hasil ini sesuai dengan teori (Suma mur 2009) yang menyatakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat menimbulkan kelelahan. 62

G. Pengaruh Masa Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil yang diperoleh Pekerja dengan masa kerja <19 tahun diketahui 20% tingkat kelelahan kerja ringan dan 40% tingkat kelelahan kerja sedang. Sedangkan pekerja dengan masa kerja >19 tahun, 73,3% tingkat kelelahan kerja ringan dan 66,6% tingkat kelelahan sedang. Berdasarkan nilai signifikansi 0,440 >0,05 maka dapat disimpulkan masa kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori dari Suma mur (2009), menyatakan bahwa masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor resiko yaitu tekanan panas. Maka semakin lama masa kerja seseorang kemungkinan besar orang tersebut mempunyai resiko yang besar mengalami kelelahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama kerja seseorang akan semakin lama pula waktu terjadi paparan terhadap panas tersebut. 63