BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan pembuatannya lebih mudah. Sedangkan kain ini tenun motif

BAB I PENDAHULUAN. 3.32% per tahun. Daya kreatif masyarakat Indonesia dalam menciptakan usaha

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah dan industri kecil semakin ketat. Persaingan yang ketat membuat para pelaku industri berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki perusahaan sehingga mampu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini akan berhasil jika berbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja dapat diantisipasi. Berbagai risiko tesebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. (1) Keluhan muskuloskeletal telah menjadi penyebab penting dalam kesakitan dan kecacatan di beberapa populasi pekerja selama beberapa dekade belakangan. International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan kerja yang paling penting baik di negara berkembang maupun di negara maju. Biaya tahunan dari keluhan muskuloskeletal ini besar. Di Negara Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia dan Swedia misalnya, biaya diperkirakan bervariasi dari 2,7% sampai 5,2% dari produksi nasional kotor. Sementara itu World Health Organization (WHO) dalam publikasi Protecting Workers Health seri kelima, menyatakan bahwa di negara-negara industri, kira-kira sepertiga dari absen bekerja yang berkaitan dengan kesehatan disebabkan oleh keluhan muskuloskeletal. (2) Keluhan muskuloskeletal merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan, otot, ligament, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan

pembuluh darah. Keluhan muskuloskeletal pada awalnya menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Keluhan muskuloskeletal ini berdampak pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material produk yang hasil akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya deadline produksi dan pelayanan yang tidak memuaskan. Selain itu biaya yang timbul akibat absensi pekerja akan menyebabkan penurunan keuntungan, biaya pelatihan karyawan baru untuk menggantikan karyawan yang sakit, biaya untuk menyewa jasa konsultan atau agensi dan biaya lainnya. (3) Menurut WHO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah PAK terbesar di Eropa, dan diderita oleh jutaan pekerja. National Health Interview Study (NHIS) (2008) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal merupakan penyebab dari 50% penyakit akibat kerja pada ekstrimitas atas atau anggota gerak tubuh bagian atas yang meliputi bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, dan telapak tangan. The Bureau of Labor Statistic (BLS) melaporkan bahwa pada tahun 2011 keluhan muskuloskeletal menyumbang 33% dari semua kasus cedera akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan jumlah kasus 387.820. (4) Survei yang dilakukan Labour Force Inggris, menyatakan bahwa jumlah kasus keluhan muskuloskeletal di Inggris pada periode 2011/2012 adalah 439.000 dari total semua penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sebanyak 1.073.000. Amerika Serikat yang merupakan negara maju dalam industri manufaktur telah mencatat bahwa Work Related Muskuloskeletal Disorders (WMSDs) menjadi penyebab utama PAK dan kehilangan 846.000 hari kerja setiap tahun dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan mencapai 20 miliar dolar sampai 43 miliar dolar (5)

Data di Indonesia, keluhan muskuloskeletal merupakan masalah yang cukup serius di dunia industri formal maupun informal. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Lusianawaty,dkk. (2009), 40,5% pekerja di Indonesia mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan salah satunya adalah gangguan muskuloskeletal sebanyak 16%. Gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 9842 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1,5%). Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006-2007 diperoleh data sebanyak 40-80% pekerja (6, 7) melaporkan keluhan pada muskuloskeletal sesudah bekerja. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja. Beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan salah satunya adalah faktor sikap tubuh dalam bekerja, yaitu semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkaun tangan harus dihindarkan. (8) Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagianbagian tubuh tersebut maupun letak gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk tulang belakang. Faktorfaktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja. Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. (9)

Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan dan cedera pada otot tangan. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah.misalkan saat melakukan pergerakan tangan terangkat, maka semakin menjauh bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. (10) Begitupun dengan karakteristik individu seperti umur, masa kerja dan status gizi juga mempengaruhi keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh Lusianawaty dkk (2011) pada tenaga paramedik di beberapa rumah sakit di Jakarta menunjukkan adanya hubungan antara umur pekerja dengan keluhan muskuloskeletal. Presentasi nyeri pinggang pada responden dengan umur 35 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan kurang dari 35 tahun. Tenaga paramedik yang berumur 35 tahun ke atas mengalami nyeri pinggang sebanyak 38%, sedangkan tenaga medis yang berumur di bawah 35 tahun yang mengalami nyeri pinggang adalah sebanyak 20,8%. (11) Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung munculnya keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan Lusianawaty, dkk pada pekerja garmen di Jakarta Utara tahun 2009 menunjukkan adanya hubungan masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Pekerja yang bekerja dengan masa kerja 11-25 tahun meningkat 1,78 kali dibandingkan masa kerja 1-10 tahun. Status gizi juga mempengaruhi timbulnya keluhan muskuloskeletal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh beberapa para peneliti menyimpulkan bahwa seseorang memiliki status gizi di atas normal (gizi lebih) cenderung terjadinya gangguan muskuloskeletal daripada (6, 12) status gizi di bawah normal (gizi kurang).

PT. Semen Padang merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 1910 berlokasi di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, Sumatera Barat. PT Semen Padang adalah perusahaan yang memproduksi semen dengan jumlah produksi kurang lebih 7.200.000 ton/tahun. Perusahaan terbagi menjadi tiga direktorat yaitu bagian produksi, komersial dan keuangan. Direktorat tersebut terbagi menjadi beberapa departemen dan departemen tersebut terbagi lagi menjadi beberapa divisi. Salah satunya adalah PPI (Packing Plant Indarung). (13) Terdapat dua kegiatan atau bagian di PPI yaitu bagian pengantongan dan bagian pemuatan. Pekerja bagian pengantongan bertugas untuk meletakkan kantong semen pada mesin yang digunakan untuk pengantongan semen. Sedangkan pekerja bagian pemuatan bertugas untuk memasukkan serta menyusun semen ke dalam mobil truk pengangkut semen atau biasa disebut dengan pekerjaan memuat semen. Pekerja bagian pengantongan dan pemuatan adalah pekerja dari anak perusahaan PT Semen Padang yaitu PT Yasiga Sarana Utama. Jumlah karyawan pada bagian pemuatan adalah 96 orang. (14) Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di bagian pemuatan PT Semen Padang pada tanggal 7 Maret 2016 terhadap 10 orang responden dengan menggunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM) dengan wawancara, didapatkan 9 dari 10 pekerja atau sebanyak 90% pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal. Keluhan yang paling banyak ditemui berdasarkan kuisioner ini adalah rasa sakit pada bagian pinggang sebanyak 60% dan pada bagian leher atas, bahu kiri, dan lengan atas kiri sebanyak 50%. Sikap kerja pada bagian pemuatan ini adalah sikap kerja yang memiliki potensi untuk terjadinya keluhan muskuloskeletal karena sikap kerja yang terusmenerus dan dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan dengan sikap kerja yang

statis dan dalam waktu lama berpotensi mempercepat timbulnya keluhan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat, jika berlangsung setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Dari segi karakteristik pekerja yaitu umur, masa kerja dan status gizi, ratarata umur pekerja bagian pemuatan adalah 35 tahun. Keluhan muskuloskeletal biasanya dirasakan pada umur 20-65 tahun dan keluhan pertama dirasakan pada umur 35 tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, sehingga besar risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal pada bagian pemuatan. Rata-rata masa kerja pekerja pada bagian pemuatan ini adalah 11 tahun, semakin lama seseorang bekerja maka semakin besar risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal, dan rata-rata status gizi bagian pemuatan ini adalah pada IMT 23,0. Berdasarkan hasil survei awal dan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah yang berkaitan dengan otot skeletal pada pekerja fisik perlu mendapat perhatian khusus karena dapat menjadi hal yang cukup serius. Demikian halnya pada pekerja bagian pemuatan, dimana aktivitasnya bersifat terusmenerus dan sepenuhnya memerlukan kemampuan fisik, yang tentunya berpotensi menimbulkan keluhan otot skeletal, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan antara sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap kerja pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 5. Untuk mengetahui distribusi status gizi pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 6. Untuk mengetahui hubungan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 7. Untuk mengetahui hubungan umur dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 8. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang. 9. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan PT Semen Padang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), terutama dalam menilai hubungan sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja. 1.4.2 Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak perusahaan dalam melakukan pengawasan, membuat kebijakan, pelatihan dan peraturan guna menurunkan angka keluhan muskuloskeletal pada pekerja 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan kelimuan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terutama hubungan sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian pemuatan PT Semen Padang Tahun 2016 untuk melihat hubungan sikap kerja dan karakteristik individu dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian pemuatan tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2016 dengan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan alat ukur kuisioner, lembar REBA dan checklist NBM.