A.1 Permohonan Pengenaan Tindakan Pengamanan Perdagangan

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG


MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUSLIK INDONESIA 108/PMK.Oll/2013_ TENTANG

A. PENDAHULUAN A.1 Permohonan Perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

MENTER I KEUANGAN. REPUBLII< INDONESIA SAUNAN

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta Indonesia

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

TIDAK RAHASIA ESSENTIAL FACT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

Bagian II. Bab III Proses Eksekusi Anggaran

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

LAPORAN AKHIR HASIL PENYELIDIKAN ATAS IMPORTASI PRODUK CANAI LANTAIAN DARI BESI ATAU BAJA BUKAN PADUAN DENGAN NOMOR HS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

Country Names - Bahasa Malay

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DI BIDANG PENANAMAN MODAL

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

Pondasi Operasi yang Lancar

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015


REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

Transkripsi:

A. PENDAHULUAN A.1 Permohonan Pengenaan Tindakan Pengamanan Perdagangan 1. Pada tanggal 13 Agustus 2012, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menerima permohonan dari Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), untuk melakukan penyelidikan atas terjadinya lonjakan impor Tepung Terigu yang menimbulkan kerugian bagi produsen tepung terigu di Indonesia. 2. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam permohonan, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk memulai penyelidikan. Berdasarkan hal tersebut, KPPI memutuskan untuk melakukan penyelidikan terhadap kenaikan volume impor tepung gandum, kerugian yang dialami Pemohon, dan hubungan sebab-akibat antara kenaikan volume impor dengan kerugian tersebut. 3. Pada tanggal 24 Agustus 2012, KPPI mengumumkan dimulainya penyelidikan terhadap kenaikan volume impor Tepung Gandum melalui surat kabar nasional Bisnis Indonesia dan menginformasikan melalui siaran pers yang dimuat di website Kementerian Perdagangan pada tanggal 28 Agustus 2012. 4. Pada tanggal yang sama, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang dimulainya penyelidikan terhadap kenaikan volume impor Tepung Gandum kepada Pemohon dan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI). 5. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, ada 4 produsen tepung gandum anggota APTINDO, yaitu PT. Berkat Indah Gemilang, PT. Golden Grand Mills, PT. Lumbung Nasional Flour Mills, dan PT. Panganmas Inti Persada, berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan, karena mengalami kesulitan serius dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya. 1

6. Untuk menghindari kerugian yang tidak dapat diperbaiki, pada tanggal 13 November 2012, KPPI menyampaikan usulan pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS) terhadap importasi tepung gandum kepada Menteri Perdagangan RI. 7. Atas usul dari Menteri Perdagangan, pada tanggal 5 Desember 2012 Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 193/PMK.011/2012 mengenai pengenaan BMTPS untuk importasi tepung gandum ke Indonesia yang diberlakukan selama 200 hari, terhitung sejak tanggal diundangkannya PMK tersebut. 8. Dari 19 produsen tepung gandum di indonesia, terdapat 9 produsen tepung gandum anggota APTINDO yang menjawab dan menyampaikan kuesioner. Namun, PT. Golden Grand Mills dan PT. Sriboga Raturaya tidak bersedia diverifikasi sehingga dikeluarkan dari penyelidikan. Sedangkan 10 produsen tepung gandum diluar anggota APTINDO tidak menjawab kuesioner, sehingga dikeluarkan dari penyelidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, IDN hanya diwakili oleh 7 produsen tepung gandum anggota APTINDO yang mewakili 86% dari total produksi nasional industri Barang Yang Sejenis dan selanjutnya disebut sebagai Pemohon. 9. Selain itu, pada tanggal 19 Desember 2012, KPPI juga meminta penjelasan melalui kuesioner kepada 24 importir tepung gandum. Hasilnya, hanya 3 importir yang menjawab dan menyampaikan kuesioner untuk dijadikan sebagai data dan informasi penunjang penyelidikan. 2

A.2 Identitas Pemohon Nama : Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO). Alamat : Daniprisma Building, 4th Floor Jl. Sultan Hasanudin No. 47-48 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta 12160. Telp./Faks. : (021) 7205581 / (021) 7396505 E-mail : aptindo@yahoo.com A.3 Barang yang Diproduksi oleh Pemohon 10. Pemohon memproduksi Barang Sejenis dengan Barang Yang Diselidiki sebagaimana diuraikan dalam Bab D. Selain itu, Pemohon juga memproduksi barang lain yaitu mie pasta, tepung industri, bran, dan pollard. A.4 Pengumuman dan Notifikasi 11. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam permohonan, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk memulai penyelidikan. Tahapan penyelidikan selanjutnya yang terkait dengan publikasi dan notifikasi adalah sebagai berikut: a. Pemberitahuan dimulainya penyelidikan pada tanggal 24 Agustus 2012, melalui pengumuman pada surat kabar nasional Bisnis Indonesia yang dimuat pada tanggal 24 Agustus 2012 dan melalui Siaran Pers yang dimuat dalam website Kementerian Perdagangan pada tanggal 28 Agustus 2012; b. Pada tanggal yang sama, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang dimulainya penyelidikan kepada Pemohon dan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI); 3

c. Pada tanggal 28 Agustus 2012, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di World Trade Organization (WTO), perihal dimulainya penyelidikan atas kenaikan volume impor Tepung Gandum ke Indonesia yang merugikan Pemohon, dan telah disirkulasi oleh WTO pada tanggal 4 September 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/19 (Lampiran 1); d. Pada tanggal 27 November 2012, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan notifikasi Article 12.4 kepada Committee on Safeguards di WTO, perihal pemberitahuan akan dikenakannya BMTPS atas importasi Tepung Gandum ke Indonesia, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal 5 Desember 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/7/IDN/1 (Lampiran 2); e. Pada tanggal 13 Desember 2012, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan suplemen notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di WTO, perihal rencana dengar pendapat yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal 19 Desember 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/19/Suppl.1 (Lampiran 3); f. Pada tanggal 13 Desember 2012, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan suplemen notifikasi Article 12.4 kepada Committee on Safeguards di WTO, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal 19 Desember 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/7/IDN/1/Suppl.1 (Lampiran 4), perihal pengenaan BMTPS terhadap importasi Tepung Gandum ke Indonesia yang mulai berlaku sejak tanggal 5 Desember 2012 berdasarkan PMK Nomor 193/PMK.011/2012; 4

g. Pada tanggal 3 Januari 2013, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan notifikasi Article 12.5 kepada Council for Trade in Goods di WTO, perihal hasil pelaksanaan konsultasi dengan negara eksportir terbesar atas pengenaan BMTPS terhadap importasi Tepung Gandum (Lampiran 5); h. Pada tanggal 31 Mei 2013, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan notifikasi Article 12.1(b) kepada Committee on Safeguards di WTO, perihal hasil penyelidikan, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal 5 Juni 2013 dengan nomor dokumen G/SG/N/8/IDN/15; G/SG/N/10/IDN/15 (Lampiran 6). A.5 Proporsi Produksi Pemohon 12. Berdasarkan hasil penyelidikan, total produksi Pemohon adalah sebesar 86% dari total produksi nasional industri Barang Yang Sejenis. Sehingga Pemohon dianggap mewakili Industri Dalam Negeri. A.6 Periode Penyelidikan 13. Periode penyelidikan adalah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. B. RINGKASAN TANGGAPAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN 14. Sebagaimana diatur berdasarkan Article 3.1 WTO Agreement on Safeguards, selama masa penyelidikan, KPPI antara lain telah menyelenggarakan dengar pendapat, dan memberikan kesempatan konsultasi dimana pihak yang berkepentingan yaitu, Pemohon, negara eksportir, eksportir, dan importir, dapat menyampaikan bukti dan tanggapan secara tertulis, yang terkait dengan penyelidikan. Ringkasan dari beberapa tanggapan dan pandangan yang disampaikan adalah sebagai berikut: 5

B.1 Pemohon 15. APTINDO selaku Pemohon menyampaikan klaim dalam rangka mengajukan permohonan safeguards, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a. Alasan APTINDO mengajukan permohonan safeguards adalah berdasarkan data impor sebagai berikut: Tabel 1: Volume Impor Tepung Gandum Tahun 2008-2011 Volume: Ton Tahun 2008 2009 2010 2011 530.914 645.010 775.534 680.125 Sumber: BPS b. Harga jual tepung gandum impor di pasar domestik lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi tepung gandum Pemohon, sehingga sebagian besar anggota APTINDO mengalami penurunan keuntungan dari tahun ke tahun, bahkan beberapa produsen mengalami kerugian serius dan terancam bangkrut dengan kondisi yang sulit diperbaiki apabila tidak segera dikenakan tindakan. B.2 Negara Eksportir B.2.1. Turki Pemerintah Turki menyampaikan tanggapan antara lain: 16. Petisi versi tidak rahasia Pemohon, data dan informasinya sangat tidak memadai. Dalam petisi tidak ditemukan penjelasan mengenai perkembangan tak terduga. 17. Tren impor secara keseluruhan tidak terlihat mengalami lonjakan impor yang mendadak (sudden) dalam waktu dekat (recent), secara tajam (sharp), dan signifikan selama periode penyelidikan. 6

18. Tidak ada hubungan sebab akibat antara kerugian yang dialami dengan lonjakan impor yang terjadi. 19. Perlu diselidiki alasan PT. ISM Bogasari turut serta dalam permohonan, mengingat kondisi finansial perusahaan yang baik dalam industri tepung gandum, selain itu alasan PT. Sriboga Raturaya tidak dimasukkan dalam data konsolidasi petisi, dan meminta klarifikasi apakah data konsolidasi sudah termasuk data kinerja PT. Golden Grand Mills. 20. Pengenaaan TPP akan menyebabkan langkanya produk tepung gandum sehingga merugikan konsumen di Indonesia. 21. TPP akan memberikan dampak negatif terhadap perdagangan bilateral antara Turki dan Indonesia, sehingga meminta kepada Indonesia untuk menghentikan penyelidikan safeguards yang sedang berjalan tanpa adanya pengenaan TPP. 22. Dasar usulan pengenaan TPP kurang jelas, level kuota yang diusulkan terlalu rendah, dan tingkat tarif yang diusulkan masih terlalu tinggi. 23. Meminta klarifikasi besaran kuota yang dialokasikan kepada setiap negara eksportir, metode perhitungan porsi kuota, metode perhitungan tingkat tarif, dan mekanisme di Indonesia apabila pengenaan kuota diterapkan. Tanggapan KPPI: 24. Menanggapi recital 16, data dan informasi yang disampaikan oleh Pemohon untuk kepentingan pengajuan permohonan safeguards telah memenuhi ketentuan WTO dan sudah cukup kuat sebagai bukti awal untuk dimulainya penyelidikan. Dalam Notifikasi Article 12.1(b) dijelaskan bahwa peningkatan volume impor pada tahun 2008-2010 atas Barang Yang Diselidiki adalah peristiwa yang tidak terduga sebelumnya, karena kenaikan volume impor yang masuk ke Indonesia dengan harga di bawah biaya produksi Pemohon. 7

Hal ini mengancam keberlangsungan beberapa perusahaan anggota Pemohon, dan mengakibatkan penurunan keuntungan yang tajam. 25. Menanggapi recital 17, pada kasus US Pipe Line, Panel menyatakan bahwa kata recent mengandung arti analisa retrospektif (analisa dengan melihat masa lampau)", tetapi analisa tersebut bukan berarti harus dilakukan terhadap kondisi impor pada tahun dikeluarkannya hasil penyelidikan. Hal tersebut juga tidak berarti bahwa analisa tersebut harus secara khusus melihat kondisi impor pada tahun akhir periode penyelidikan. Panel juga menyatakan bahwa tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa impor harus meningkat sampai dengan saat ini. Peningkatan impor dapat dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak harus meningkat hingga tahun terakhir pada periode penyelidikan atau tahun yang sama dengan saat dikeluarkannya hasil penyelidikan. 26. Menanggapi recital 18, dalam Notifikasi Article 12.1(b), dinyatakan bahwa peningkatan volume impor di tahun 2008 2010 merupakan akibat dari masuknya impor dengan harga di bawah harga domestik, sehingga pangsa pasar impor meningkat. Kemudian bila dilihat dari kondisi impor yang terjadi di tahun 2011, Pemohon mengalami penurunan laba dan beberapa perusahaan bahkan mengalami kerugian finansial, karena pangsa pasar impor masih cukup besar untuk mempengaruhi harga tepung gandum di pasar Indonesia, sehingga Pemohon tidak dapat menaikkan harga jual untuk menutupi biaya produksi. 27. Menanggapi recital 19, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.1(b): a. Yang mengajukan permohonan TPP adalah APTINDO yang anggotanya 9 perusahaan, dimana salah satu anggotanya adalah PT. ISM Bogasari. b. PT. Sriboga Raturaya merupakan anggota APTINDO, namun perusahaan tersebut tidak bersedia diverifikasi sehingga dikeluarkan dari data kinerja konsolidasi. 8

c. Data kinerja PT. Golden Grand Mills masuk dalam data kinerja konsolidasi. Namun, perusahaan tersebut menolak untuk dilakukan verifikasi, sehingga KPPI memutuskan untuk mengeluarkan PT. Golden Grand Mills dari penyelidikan. 28. Menanggapi recital 20, berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas produksi Pemohon sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tepung gandum domestik. 29. Menanggapi recital 21, Berdasarkan ketentuan WTO, setiap negara anggota berhak memberlakukan pengenaan TPP setelah dilakukan penyelidikan yang sesuai dengan aturan WTO. 30. Menanggapi recital 22 dan 23, KPPI telah melakukan konsultasi atas hasil penyelidikan dengan negara-negara eksportir terbesar termasuk Turki, dan memberikan kesempatan kepada negara-negara tersebut termasuk Turki untuk menyampaikan pendapat. B.2.2. Sri Lanka Pemerintah Sri Lanka menyampaikan tanggapan antara lain: 31. Tidak ada lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian serius atau ancaman kerugian serius, tidak ada hubungan kausal, tidak ada analisa perkembangan yang tak terduga, dan tidak ada analisis faktor lain. 32. TPP yang akan dikenakan masih terlalu tinggi dan kuota yang dialokasikan kepada Sri Lanka harus sesuai dengan ketentuan WTO. Selain itu, perlu penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan kuota di lapangan apabila TPP diberlakukan dalam bentuk kuota. Tanggapan KPPI: 33. Tanggapan atas recital 31 telah disampaikan pada recital 24, 25, dan 26. 9

34. Menanggapi recital 32, telah dilakukan konsultasi atas hasil penyelidikan dengan negara-negara eksportir terbesar termasuk Sri Lanka, dan memberikan kesempatan kepada negara-negara tersebut termasuk Sri Lanka untuk menyampaikan pendapat. B.2.3. Ukraina Pemerintah Ukraina menyampaikan tanggapan antara lain: 35. Pertanyaan mengenai Major proportion dari Pemohon. 36. Tidak ada lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian, dan tidak ada hubungan kausal. Tanggapan KPPI: 37. Pemohon sudah memenuhi major proportion dengan mewakili 86% dari total produksi nasional. 38. Tanggapan atas recital 36 telah disampaikan pada recital 25 dan 26. B.2.4. Uni Eropa Uni Eropa menyampaikan tanggapan antara lain: 39. Tidak ada peningkatan impor dalam waktu singkat, mendadak, menanjak tajam dan signifikan, yang menyebabkan atau mengancam kerugian serius. 40. Analisa perkembangan tidak terduga seharusnya dilakukan sebelum penyelidikan dilaksanakan. Tanggapan KPPI: 41. Tanggapan atas pertanyaan pada recital 39 telah disampaikan pada recital 25, serta di dalam Notifikasi Article 12.1(b). 42. Dalam kasus safeguards Amerika Serikat untuk produk baja, panel sepakat bahwa Article 3 Agreement on Safeguards tidak mengharuskan otoritas penyelidik untuk memberikan draft laporan temuan berkaitan dengan 10

unforeseen development kepada pihak yang berkepentingan sebelum laporan temuan tersebut dipublikasikan. B.2.5. Australia Pemerintah Australia menyampaikan tanggapan antara lain: 43. Tidak ada peningkatan impor, perkembangan tak terduga, dan kerugian serius. Ekspor Australia tepung gandum ke Indonesia telah berkurang secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. 44. BMTPS hanya dapat diambil di mana ada "keadaan darurat yang akan menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki apabila tidak segera diberikan perlindungan". Tanggapan KPPI: 45. Tanggapan atas recital 43 telah disampaikan dalam recital 24, 25, dan 26. 46. Menanggapi recital 44, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.4 bahwa BMTPS diberlakukan karena beberapa produsen mengalami kesulitan likuiditas, solvabilitas dan ketidaksehatan finansial. B.2.6. Singapura Pemerintah Singapura menyampaikan tanggapan antara lain: 47. Sebagai negara berkembang meminta dikecualikan dari pengenaan TPP karena pangsa pasar impor tepung gandum-nya kurang dari 3%. Tanggapan KPPI: 48. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP. 11

B.2.7. Meksiko Pemerintah Meksiko menyampaikan tanggapan antara lain: 49. Tidak terdapat ekspor tepung gandum Meksiko ke Indonesia selama periode 2008-2011, serta meminta agar ekspor tepung gandum Meksiko dikecualikan dari penerapan TPP. Tanggapan KPPI: 50. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP. B.2.8. Taiwan Pemerintah Taiwan menyampaikan tanggapan antara lain: 51. Volume impor tepung gandum Indonesia dari Taiwan pada tahun 2011 kurang dari 3% dari total impor, sehingga Taiwan meminta untuk dikecualikan dari penyelidikan. Tanggapan KPPI: 52. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP. B.3 Perusahaan/Asosiasi Eksportir B.3.1. Prima Ceylon (Private) Limited (PCL): PCL menyampaikan tanggapan antara lain: 53. Tidak terbukti adanya peningkatan impor, kerugian serius dan/atau hubungan antara kerugian serius dengan peningkatan impor. Selain itu, petisi tidak memberikan informasi mengenai unforeseen developments. Tanggapan KPPI: 54. Tanggapan atas recital 53 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26. 12

B.3.2. Central Anatolian Exporters Union (OAIB) 55. OAIB menyampaikan tanggapan antara lain: a. Tidak adanya bukti yang cukup dari peningkatan impor, kerugian serius/ancaman kerugian serius, dan atau hubungan kausal antara kerugian serius yang dialami dengan peningkatan impor. b. Elemen terpenting yang mendasari kenaikan volume impor berdasarkan yurisprudensi WTO Appellate Body dalam kasus Argentina Footwear adalah recent, sudden, sharp, and significant. c. Ketentuan WTO mengharuskan adanya analisis unforeseen developments dalam kaitannya dengan peningkatan impor, persyaratan yang ketat untuk pengenaan tindakan pengamanan, serta jaminan ketat untuk keadilan dan transparansi. Tanggapan KPPI: 56. Tanggapan atas recital 55 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26.. B.3.3. Manildra Pty. Ltd.: Manildra menyampaikan tanggapan antara lain: 57. Penyelidikan harus dihentikan tanpa pengenaan tindakan karena tidak ada lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian serius atau ancaman kerugian serius, tidak ada hubungan kausal, dan tidak ada analisa perkembangan yang tak terduga. 58. BMTPS hanya dapat diambil apabila ada "keadaan darurat yang akan menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki apabila tidak segera diberikan perlindungan." Tanggapan KPPI: 59. Tanggapan atas recital 57 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26. 13

60. Menanggapi recital 58, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.4 yang disirkulasikan di WTO Committee on Safeguards bahwa BMTPS diberlakukan karena beberapa produsen mengalami kesulitan likuiditas, solvabilitas dan ketidaksehatan finansial. B.4 Importir B.4.1. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) GPMT menyampaikan tanggapan antara lain: 61. TPP akan berdampak pada kenaikan harga pakan ikan, yang akan berpengaruh terhadap biaya produksi budidaya ikan dan udang. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan daya saing usaha perikanan Indonesia. Diharapkan APTINDO dapat menyediakan tepung gandum untuk pakan sesuai dengan spesifikasinya dengan harga yang bersaing sehingga anggota GPMT tidak tergantung dari impor. Tanggapan KPPI: 62. APTINDO telah menyampaikan kesanggupannya untuk memenuhi permintaan GPMT apabila TPP diterapkan. Berdasarkan data yang diperoleh KPPI, kapasitas produksi Pemohon sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tepung gandum domestik, meskipun tidak ada importasi tepung gandum ke Indonesia. B.4.2. PT. Prakarsa Alam Segar Prakarsa Alam Segar menyampaikan tanggapan antara lain: 63. Penerapan safeguards supaya dapat ditinjau kembali oleh karena perusahaan tersebut lebih banyak melakukan kegiatan impor dari Negara Srilanka dan Australia. 14

Tanggapan KPPI: 64. Rekomendasi pengenaan safeguards dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan KPPI dan telah dilakukan verifikasi data ke lapangan. B.4.3. PT. Olaga Food Olaga Food menyampaikan tanggapan antara lain: 65. Tidak mendukung adanya pengenaan BMTPS tepung gandum sebesar 20% karena akan memacu ekspansi dan pembangunan pabrik penggilingan tepung gandum di dalam negeri. Tanggapan KPPI: 66. Tanggapan atas recital 65 telah disampaikan dalam recital 64. C. KONSULTASI DENGAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN 67. Berdasarkan Agreement on Safeguards, KPPI menyediakan kesempatan untuk melakukan konsultasi kepada negara eksportir pemasok utama tepung gandum di Indonesia terkait hasil temuan KPPI atas penyelidikan kenaikan volume impor Barang Yang Diselidiki, yang telah disampaikan melalui Notifikasi hasil temuan penyelidikan sesuai dengan Article 12.1(b) pada tanggal 31 Mei 2013. Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2013 yang dihadiri oleh Turki, Sri Lanka, Ukraina, Uni Eropa dan Australia, yang pada kesempatan tersebut menyampaikan tanggapan dan pandangannya. 68. Selanjutnya KPPI mengirimkan surat kepada Negara-negara pemasok tepung gandum terbesar ke Indonesia pada tanggal 13 Juni 2013 perihal opsi usulan pengenaan TPP atas importasi tepung gandum. 69. Berdasarkan permintaan pihak terkait, KPPI memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan konsultasi bilateral dengan negara-negara 15

pemasok tepung gandum terbesar ke Indonesia yaitu Turki, Sri Lanka, dan Ukraina, yang diberikan waktu pada tanggal 19-21 Juni 2013. 70. Berdasarkan permintaan Negara Australia, KPPI juga memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan konsultasi bilateral dengan Australia pada tanggal 18 Juni 2013, perihal usulan pengenaan TPP atas importasi tepung gandum. 71. Hasil sementara dari konsultasi bilateral adalah pemilihan opsi dari kombinasi kuota dan tarif sebagai bentuk pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum. 72. Setelah dilakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dan menimbang tidak memungkinkannya untuk pengenaan TPP dengan bentuk opsi kombinasi kuota dan tarif, maka KPPI pada tanggal 13 Agustus 2013 mengirimkan surat kepada negara pemasok utama, mengenai opsi usulan pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum yang memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia, yaitu berupa tarif atau kuota. 73. KPPI memberikan kembali kesempatan untuk menyelenggarakan konsultasi bilateral dengan Negara Turki yang diberikan waktu pada tanggal 28 Agustus dan 27 September 2013, dan Negara Sri Lanka yang diberikan waktu pada tanggal 19 Juli dan 16 September 2013, perihal opsi usulan pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum berupa tarif atau kuota, serta mekanisme teknis apabila pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum adalah berupa kuota. 16

D. HASIL PENYELIDIKAN D.1 Barang Yang Diselidiki D.1.1. Uraian Barang Tabel 2. Uraian Barang dan Nomor HS berdasarkan BTKI 2012. NOMOR HS 1101.00.10 Tepung Gandum URAIAN BARANG 1101.00.10.10 Tepung Gandum, Telah Difortifikasi 1101.00.10.90 Tepung Gandum, Lain-Lain 74. Penyelidikan dilakukan terhadap tepung gandum yang telah difortifikasi dan tepung gandum lainnya dengan nomor HS. 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90. D.1.2. Klasifikasi Tarif Tabel 3. Klasifikasi Tarif Bea Masuk untuk Barang Yang Diselidiki Nomor HS TARIF 2008 2009 2010 2011 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90 MFN 0 5 5 5 AFTA 0 0 0 0 AANZ-FTA 5 5 5 3 Sumber: Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Kemenkeu RI 75. Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa tarif bea masuk MFN untuk tepung gandum pada tahun 2011 adalah sebesar 5%, sedangkan untuk AFTA sebesar 0%, dan AANZ-FTA sebesar 3%. D.1.3. Spesifikasi Barang Yang Diselidiki 76. Dari penyelidikan KPPI diperoleh spesifikasi tepung gandum yang diproduksi oleh Pemohon adalah sebagai berikut: a. Tepung gandum fortifikasi adalah tepung yang dibuat dari endosperma biji gandum dengan penambahan zat dan vitamin antara lain besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1, vitamin B2, dan asam folat. 17

b. Tepung gandum non fortifikasi adalah tepung yang dibuat dari D.1.4. Bahan Baku endosperma biji gandum namun tidak diberikan tambahan zat/vitamin untuk pakan ternak. 77. Bahan baku Tepung Gandum yang diproduksi oleh Pemohon adalah biji gandum yang berasal dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan India. Hampir tidak ada penghasil gandum di Indonesia sehingga Pemohon harus melakukan impor. D.1.5. Proses Produksi Barang Yang Diselidiki 78. Proses pengolahan gandum menjadi tepung gandum dibagi dalam 2 proses, yakni proses pembersihan dan penggilingan. Pada proses pembersihan, gandum dibersihkan dari kotoran seperti debu, kerikil, dan biji-biji lain selain gandum. Setelah itu dilakukan proses penambahan air (dampening) agar gandum memiliki kadar air yang diinginkan. Proses kedua adalah penggilingan (milling) yang meliputi proses breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperm dari lapisan kulit. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperti pollard, bran, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik. 18

D.1.6. Jalur Distribusi Pemasaran Bagan 1: Alur Distribusi Tepung Gandum PRODUSEN LOKAL INDUSTRI PENGGUNA DISTRIBUTOR INDUSTRI UKM GROSIR UKM RETAIL Sumber: Pemohon 79. Jalur distribusi yang dilakukan oleh produsen Pemohon, dilakukan melalui 2 (dua) mata rantai jalur distribusi besar sebagaimana tercantum dalam bagan 1, yaitu: a. Barang Yang Diselidiki didistribusikan langsung kepada distributor besar atau diserap oleh industri skala besar dan Usaha Kecil Menengah (UKM). b. Barang Yang Diselidiki masuk dalam gudang-gudang distributor, dan didistribusikan kepada grosir atau UKM. Dari grosir didistribusikan kembali untuk dikonsumsi oleh UKM lainnya, industri rumah tangga, atau konsumsi rumah tangga. 19

D.1.7. Kegunaan Barang Berdasarkan Kegunaan Barang yang diselidiki, tepung gandum dibedakan menjadi : 80. Tepung gandum yang telah difortifikasi dengan HS. 1101.00.10.10. Kegunaan dari tepung gandum yang difortifikasi dibedakan berdasarkan kadar protein yang menentukan tingkat glutennya. Gluten memiliki sifat mampu memberikan kekenyalan pada tekstur makanan yang dibuatnya. Adapun pengelompokan tepung gandum yang telah difortifikasi berdasarkan kegunaannya adalah sebagai berikut: a. Tepung Gandum Protein Tinggi Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein yang paling tinggi dengan kandungan proteinnya mencapai 11-13%. Jenis tepung ini paling cocok digunakan dalam pembuatan roti. b. Tepung Gandum Protein Sedang Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein 8-10%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tepung gandum jenis hard wheat. Tepung ini cocok digunakan dalam pembuatan aneka cake, bolu dan kue basah lainnya. c. Tepung Gandum Protein Rendah Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein paling rendah yaitu sekitar 6-8%. Tepung ini cocok digunakan dalam pembuatan kue yang renyah, seperti biskuit atau keripik. 81. Tepung gandum selain yang telah difortifikasi dengan HS.1101.00.10.90 pada umumnya digunakan sebagai bahan baku untuk produksi pakan ternak. 20

D.2 Impor D.2.1. Impor Absolut Tabel 4. Impor Barang Yang Diselidiki Secara Absolut Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 Jumlah (Ton) 530.914 645.010 775.534 680.125 Peningkatan (%) 21,5 20,2 (12,3) Tren (%) 10 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 82. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 di atas, telah terjadi kenaikan volume impor Barang Yang Diselidiki, sebesar 21,5% dari tahun 2008 ke tahun 2009, dan sebesar 20,2% dari tahun 2009 ke tahun 2010, meskipun terjadi penurunan sebesar 12,3% dari tahun 2010 ke tahun 2011. Secara keseluruhan, tren kenaikan volume impor pada periode penyelidikan tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 10%. D.2.2. Pangsa Pasar Impor Tiga Negara Terbesar Tabel 5. Pangsa Pasar Impor Tiga Negara Terbesar Uraian Negara S.O.I 2008 (%) S.O.I 2011 (%) Turki 42,8 57,0 Sri Lanka 11,5 30,5 Ukraina 0,2 4,6 Negara Lainnya 45,5 7,9 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan diolah. 83. Berdasarkan pada tabel 5, pangsa pasar ketiga negara pengekspor Tepung Gandum terbesar ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun 2008 ke tahun 2011. 21

D.2.3. Pangsa Pasar Impor Negara Lainnya Tabel 6. Pangsa Pasar Impor Negara Lainnya Pada Tahun 2011 Uraian Negara S.O.I 2011 (%) Belgia 3,26 Australia 2,19 Jepang 0,63 Singapura 0,60 Malaysia 0,49 Argentina 0,47 India 0,09 Vietnam 0,04 Polandia 0,02 Federasi Rusia 0,02 Korea Selatan 0,01 Spanyol 0,01 Republik Rakyat Cina 0,01 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 84. Negara berkembang dengan pangsa pasar dibawah 3% pada tahun 2011 adalah Singapura, Malaysia, Argentina, Vietnam, Korea Selatan, dan Republik Rakyat Cina. Secara keseluruhan pangsa pasar Negara berkembang yang dibawah 3% adalah kurang dari 9%, sehingga apabila TPP diterapkan, negara-negara tersebut dikecualikan dari TPP sesuai ketentuan WTO. D.3 Kerugian 85. KPPI memeriksa semua data dan informasi yang tersedia terkait kondisi aktual industri dalam negeri. Selain itu, dilakukan verifikasi lapangan terhadap kinerja industri dalam negeri pada bulan November-Desember 2012. 22

D.3.1. Konsumsi Nasional Tabel 7. Konsumsi Nasional, Jumlah Impor, dan Pangsa Pasar No. Uraian Satuan Tahun 2008 2009 2010 2011 1 Konsumsi Nasional Indeks 100 111 119 133 2 Jumlah Impor Ton 530.914 645.010 775.534 680.125 3 Pangsa Pasar Impor Pangsa Pasar Industri 4 Dalam Negeri Sumber: BPS dan APTINDO % Indeks % Indeks 100 109 122 96 100 98 96 101 86. Selama Periode Penyelidikan konsumsi nasional telah mengalami tren peningkatan sebesar 9,7%. Pada tahun 2011, konsumsi nasional meningkat sebesar 14 poin indeks dibandingkan dengan tahun 2010. Di lain pihak, pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami penurunan sampai dengan tahun 2010 walaupun pada tahun 2011 terjadi peningkatan. 87. Selama Periode Penyelidikan jumlah impor Barang Yang Diselidiki telah mengalami kenaikan, yaitu dengan tren sebesar 10%. Walaupun pada tahun 2011 jumlah impor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, namun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi kenaikan volume impor Barang Yang Diselidiki, dari sebesar 530.914 ton ditahun 2008 menjadi 645.010 ton ditahun 2009, dan menjadi 775.534 ton ditahun 2010; 88. Sehubungan dengan terjadinya kenaikan jumlah impor Barang Yang Diselidiki, pangsa pasar impor mengalami peningkatan selama Periode Penyelidikan, yaitu dengan tren sebesar 5%. Walaupun pada tahun 2011 pangsa pasar impor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, namun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi kenaikan pangsa pasar impor Barang Yang Diselidiki, yaitu dari 100 poin indeks menjadi 122 poin indeks; dan 23

89. Sebaliknya, pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami penurunan selama Periode Penyelidikan dengan tren sebesar 6%. Walaupun pada tahun 2011 pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010, namun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan pangsa pasar Industri Dalam Negeri, yaitu dari 100 poin indeks menjadi 96 poin indeks. D.3.2. Kinerja Tabel 8. Data Kinerja Pemohon No Uraian Satuan Tahun 2008 2009 2010 2011 1 Penjualan Domestik Indeks 100 108 120 133 2 Produksi Indeks 100 108 121 135 3 Kapasitas Terpakai % Indeks 100 101 109 115 4 Laba Indeks 100 198 220 84 5 Tenaga Kerja Indeks 100 99 98 102 6 Persediaan (Stock) Indeks 100 194 343 497 7 Produktivitas Indeks 100 109 124 132 Sumber: Hasil Verifikasi KPPI 90. Penjualan domestik dan produksi mengalami peningkatan selama periode penyelidikan dan pada periode yang sama kapasitas terpakai serta produktivitas juga meningkat. Namun demikian, keuntungan Pemohon pada tahun 2011 mengalami penurunan yang drastis yaitu sebesar 136 poin indeks dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini disebabkan karena Pemohon 24

terpaksa menurunkan harga jualnya agar dapat bersaing dengan barang impor yang dijual dibawah biaya produksi Pemohon; 91. Produksi Pemohon mengalami peningkatan selama periode penyelidikan, namun Pemohon tidak dapat mengoptimalkan penjualan domestiknya sehingga pada periode tersebut terjadi peningkatan persediaan dari 100 poin indeks di tahun 2008 menjadi 497 poin indeks di tahun 2011; 92. Sesuai dengan perkembangan penjualan domestik dan produksi Pemohon pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, kapasitas terpakai Pemohon mengalami peningkatan dari 100 poin indeks pada tahun 2008 menjadi sebesar 115 poin indeks di tahun 2011. Terjadinya peningkatan produksi yang menyebabkan peningkatan kapasitas terpakai pada industri Pemohon selama periode penyelidikan, bukan sepenuhnya disebabkan oleh adanya peningkatan penjualan domestik. Dalam hal ini, selama periode tersebut terdapat data persediaan yang meningkat cukup tajam dari 100 poin indeks menjadi 497 poin indeks. Sehingga apabila jumlah persediaan tersebut dikeluarkan dari perhitungan produksi, maka kapasitas terpakai industri Pemohon hanya akan sebesar 54%, 53%, 56%, dan 57% selama periode penyelidikan, yaitu sedikit di atas tingkat break even point industri tepung gandum secara umum; 93. Hal yang dapat mendorong peningkatan kapasitas terpakai adalah peningkatan penjualan domestik dan peningkatan pangsa pasar. Meskipun konsumsi nasional meningkat sebesar 33% selama periode penyelidikan, namun pangsa pasar industri dalam negeri cenderung stabil jika dibandingkan antara tahun 2008 dengan 2011, bahkan pada 2009-2010 mengalami penurunan. Sedangkan, selama periode tersebut volume impor meningkat sebesar 21% selama 2008-2010 walaupun terjadi penurunan yang relatif tajam pada tahun 2011. Dalam hal ini, dapat diambil kesimpulan bahwa barang impor lebih banyak mendapatkan keuntungan atas adanya peningkatan konsumsi tepung gandum domestik, jika dibandingkan dengan 25

penjualan dari Pemohon yang peningkatannya relatif rendah. Selain itu dapat juga disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi atas persediaan disebabkan oleh adanya barang impor; 94. Terjadinya penurunan laba yang dialami pada tahun 2011 disebabkan oleh ketidakmampuan Pemohon untuk menaikkan harga ketika terjadi peningkatan harga bahan baku, dimana biaya produksi dalam negeri masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga barang impor; 95. Tenaga kerja Pemohon mengalami pengurangan dari tahun 2008 ke tahun 2010, dengan angka pengurangan sebesar 2,4% pada tahun 2009 dan 1,5% pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun selanjutnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 4,6% menjadi 102 poin indeks; 96. Jika kita melihat kondisi impor, harga jual impor dari pemasok utama berada di bawah biaya produksi Pemohon, bahkan ada yang hanya selisih sedikit di atas biaya bahan baku. Melihat persaingan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi depresiasi harga pada penjualan domestik yang menyebabkan penurunan laba tertinggi pada tahun 2011, karena produsen domestik tidak dapat melakukan penyesuaian harga ke level yang dapat menutupi kenaikan biaya bahan baku dan biaya investasi yang telah dilakukan. Tabel 9. Perbandingan Harga Tahun Harga Gandum Impor Ratarata Turki Harga Tepung Gandum Impor Sri Lanka Ukraina Australia Belgia Biaya Produksi Pemohon Per Unit Harga Tepung Gandum Pemohon 2008 100 189 169 202 187 216 206 172 197 2009 100 104 93 128 95 122 106 130 164 2010 100 125 112 147 111 159 132 134 179 2011 100 132 115 162 113 155 159 141 166 Sumber: Hasil Verifikasi KPPI dan BPS 26

97. Berdasarkan tabel 9 di atas, terlihat bahwa biaya produksi Pemohon per unit lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tepung gandum impor pada tahun 2009-2011, walaupun pada tahun 2008 biaya produksi Pemohon per unit yaitu sebesar 172 poin indeks sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan harga tepung gandum impor yaitu sebesar 189 poin indeks. Bahkan pada tahun 2009 harga gandum impor lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tepung gandum impor dari Turki dan Ukraina. D.3.3. Perkembangan Tidak Terduga 98. Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan tarif MFN secara bertahap pada Barang Yang Diselidiki adalah dalam rangka membuka pasar dan memberikan kesempatan industri dalam negeri untuk berkembang sekaligus menjaga keamanan pasokan pangan. Kebijakan tersebut mengakibatkan kenaikan volume impor tepung gandum. Namun, terjadinya kenaikan volume impor tepung gandum tersebut disertai dengan harga jual di pasar domestik di bawah biaya produksi Pemohon, sehingga menyebabkan permintaan tepung gandum impor meningkat tajam, dimana hal ini tidak dapat diduga sebelumnya. Peningkatan impor yang tajam tersebut mengancam kelangsungan hidup sejumlah Industri Pemohon, serta menyebabkan penurunan laba secara drastis dan/atau kerugian finansial terhadap Pemohon. E. FAKTOR LAIN 99. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 10, bahwa terjadi kelebihan kapasitas pada industri dalam negeri, namun dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kapasitas terpakai mengalami peningkatan, dan kapasitas terpakai yang mengalami peningkatan tersebut melebihi dari standar break even point untuk industri komoditi yang sensitif seperti tepung gandum. Maka dapat disimpulkan bahwa kerugian yang dialami oleh Industri Dalam Negeri bukan disebabkan oleh 27

ketidakmampuan Industri Dalam Negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan nasional, tetapi karena adanya barang impor yang mempengaruhi kinerja keuangan Industri Dalam Negeri. Tabel 10. Konsumsi Nasional dan Kapasitas Terpasang Pemohon No. Uraian Volume (Indeks) 2008 2009 2010 2011 1 Konsumsi Nasional 100 111 119 133 2 Kapasitas Terpasang Pemohon 145 155 161 170 Sumber: Hasil verifikasi KPPI 100. Meskipun Pemohon sangat tergantung pada impor gandum yang harganya berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan di pasar internasional, tetapi Pemohon dapat mengatasi hal tersebut dengan menggunakan forward contract pembelian bahan baku dan manajemen pengendalian persediaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kerugian serius Pemohon merupakan akibat dari lonjakan impor tepung gandum yang dijual di pasar domestik dengan harga yang kadang-kadang berada di bawah harga bahan baku, bukan disebabkan oleh ketergantungan pada impor gandum. 101. Persaingan antara Industri Dalam Negeri tidak menyebabkan penurunan keuntungan Pemohon, namun penurunan keuntungan Pemohon lebih disebabkan oleh tepung gandum yang berasal dari impor, yang dijual di pasar domestik dengan harga di bawah biaya produksi Pemohon. 102. Harga produk industri hilir yang menggunakan tepung gandum sebagai bahan baku, secara umum masih tetap stabil dengan permintaan yang meningkat. Sehubungan dengan itu, tidak ada tekanan dari industri hilir tepung gandum kepada produsen tepung gandum untuk menurunkan harga jual tepung gandum. Sehingga tekanan harga dari industri hilir bukan merupakan penyebab penurunan keuntungan dari Pemohon. 28

103. Berdasarkan recital 99-102, KPPI berpandangan bahwa tidak ada faktor lain yang berkontribusi terhadap kerugian serius yang diderita oleh Pemohon, di samping peningkatan volume impor dari Barang Yang Diselidiki. F. RENCANA PENYESUAIAN STUKTURAL 104. Penyesuaian struktural yang akan dilakukan oleh Pemohon dengan adanya pengenaan TPP adalah sebagai berikut: a. Peningkatan sistem pemantauan iklim dalam memprediksi pasokan bahan baku gandum di seluruh dunia, serta memaksimalkan penggunaan sistem forward contract dan manajemen pengendalian persediaan dalam pembelian bahan baku, untuk mengatasi kelangkaan dan fluktuasi harga gandum di pasar internasional. b. Diferensiasi produk dengan cara memproduksi tepung gandum sesuai dengan SNI tepung gandum khusus pakan ternak, guna memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di Indonesia. c. Peningkatan keterampilan para pekerja dengan cara pelatihan-pelatihan di internal maupun eksternal. d. Melakukan investasi pembelian tongkang dan kapal penarik tongkang untuk efisiensi biaya logistik biji gandum. e. Menambah lokasi depo/gudang dalam rangka efisiensi biaya logistik dan mempercepat waktu pendistribusian tepung gandum. G. HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT 105. Meskipun Industri Dalam Negeri mampu meningkatkan produksi dan penjualan domestik yang pada gilirannya juga meningkatkan kapasitas terpakai dan produktivitas, namun justru terjadi penurunan keuntungan yang 29

cukup tajam dari tahun 2010 ke tahun 2011. Penurunan tersebut merupakan akibat dari ketidakmampuan Industri Dalam Negeri untuk meningkatkan harga jual, dengan terjadinya peningkatan biaya bahan baku. Dengan demikian, terjadinya peningkatan kapasitas terpakai dan penjualan domestik tidak diimbangi oleh peningkatan pendapatan. Di samping itu, terjadi peningkatan yang cukup tajam pada persediaan karena ditahannya persediaan oleh beberapa produsen yang mengharapkan adanya kenaikan harga. 106. KPPI telah menganalisa pengaruh penurunan laba ini yang disebabkan oleh kondisi impor, walaupun volume impor tersebut menurun pada tahun 2011. Sebagai catatan, tepung gandum merupakan komoditas dengan harga yang bersifat sensitif dan ketersediaan impor dengan harga di bawah biaya produksi Industri Dalam Negeri memiliki dampak negatif yang sangat signifikan terhadap kinerja Pemohon. Walaupun, impor pada tahun 2011 menurun, namun pangsa pasar impor masih sangat signifikan dan bisa berpengaruh terhadap perkembangan harga. 107. Berdasarkan pada tabel 7, pangsa pasar Industri Dalam Negeri terhadap konsumsi nasional mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, hal ini disebabkan adanya peningkatan impor selama periode penyelidikan. Meskipun terjadi sedikit peningkatan terhadap pangsa pasar Industri Dalam Negeri pada tahun 2011, namun pada kenyataannya masih berdampak negatif terhadap kinerja Pemohon, terbukti dengan tingginya tingkat persediaan yang membebani Pemohon sebagaimana terlihat pada tabel 8. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan telah terjadi efek volume. 108. Dari 7 Industri Dalam Negeri, sebanyak 4 industri masih berada dalam kondisi yang kritis meskipun BMTPS telah dikenakan. Seluruh manfaat yang diperoleh selama pengenaan BMTPS tersebut, tidak sebanding dengan besarnya kerugian yang dialami dan investasi yang telah dilakukan sebelumnya. 30

109. Berdasarkan hasil temuan yang tercantum pada recital 105-108, KPPI berpendapat bahwa terdapat bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat antara peningkatan volume impor Barang Yang Diselidiki dengan kerugian serius yang diderita oleh Pemohon. H. REKOMENDASI 110. Sehubungan dengan hasil penyelidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa: a. Terjadi lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki. b. Terjadi kerugian serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri. c. Adanya hubungan sebab-akibat antara lonjakan impor dengan kerugian serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri. 111. Berdasarkan recital 110, KPPI merekomendasikan kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk mengenakan TPP terhadap impor Tepung Gandum, dengan nomor HS. 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90". Rekomendasi pengenaan TPP bisa berupa: a. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), atau b. Kuota. 112. Pengenaan TPP berupa tarif Bea Masuk atau Kuota akan memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri untuk meraih pangsa pasar khususnya bagi industri tepung gandum yang baru beberapa tahun beroperasi. Diusulkan jangka waktu pengenaan selama 2 tahun yang dirasa cukup efektif untuk memulihkan kinerja industri dalam negeri sesuai dengan penyesuaian struktural yang direncanakan. 31

113. Rekomendasi pengenaan TPP diusulkan sebagai berikut: a. Alternatif Tarif Tabel 11. Rekomendasi Pengenaan TPP berupa BMTP Periode BMTP (%) Tahun Pertama (sejak tanggal dikeluarkannya PMK 4 Desember 2013) Tahun Kedua (5 Desember 2013 4 Desember 2014) 6 4 b. Alternatif Kuota Tabel 12. Rekomendasi Pengenaan TPP berupa Kuota Periode Tahun Pertama (sejak tanggal dikeluarkannya PMK 4 Desember 2013) Tahun Kedua (5 Desember 2013 4 Desember 2014) Kuota (Ton) 200.000 756.241 Tabel 13. Alokasi Kuota Negara-Negara Eksportir Negara Pangsa Impor (%) Alokasi Kuota (Ton) 2011 Tahun Pertama Tahun Kedua Turki 57 114.000 431.057 Sri Lanka 31 62.000 234.435 Ukraina 5 10.000 37.812 Negara lainnya 7 14.000 52.937 32

Besaran alokasi kuota yang diberikan kepada negara eksportir adalah berdasarkan pangsa impor Tepung Gandum tahun 2011, sebagaimana tercantum dalam tabel 13. Alokasi kuota dengan sistem first come first serve diberikan kepada negara lainnya diluar 3 negara eksportir terbesar. 114. Sesuai dengan ketentuan Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011(PP 34/2011) dan Article 9.1 WTO Agreement on Safeguards, pengenaan TPP berupa BMTP maupun Kuota dikenakan terhadap semua negara kecuali negara-negara berkembang dengan pangsa pasar impor kurang dari 3% dari total volume impor, atau secara kolektif pangsa pasar impor tidak melebihi 9%. Untuk itu, KPPI merekomendasikan agar TPP dikenakan atas importasi Barang Yang Diselidiki yang berasal dari negara manapun, kecuali importasi dari negara-negara yang tercantum dalam Tabel 14. 33

Tabel 14: Daftar Negara-Negara yang Dikecualikan Dari TPP No Negara No Negara 1 Albania 58 Kyrgyz Republic 2 Angola 59 Latvia 3 Antigua, and Barbuda 60 Lesotho 4 Argentina 61 Lithuania 5 Armenia 62 Macao, China 6 Bahrain, Kingdom of 63 Madagascar 7 Bangladesh 64 Malawi 8 Barbados 65 Malaysia 9 Belize 66 Maldives 10 Benin 67 Mali 11 Bolivia, Plurinational State of 68 Mauritania 12 Botswana 69 Mauritius 13 Brazil 70 Mexico 14 Brunei Darussalam 71 Moldova 15 Bulgaria 72 Mongolia 16 Burkina Faso 73 Morocco 17 Burundi 74 Mozambique 18 Cambodia 75 Myanmar 19 Cameroon 76 Namibia 20 Cape Verde 77 Nepal 21 Central African Republic 78 Nicaragua 22 Chad 79 Niger 23 Chile 80 Nigeria 24 China 81 Oman 25 Chinese Taipei 82 Pakistan 34

No Negara No Negara 26 Colombia 83 Panama 27 Congo 84 Papua New Guinea 28 Costa Rica 85 Paraguay 29 Côte d'ivoire 86 Peru 30 Croatia 87 Philippines 31 Cuba 88 Qatar 32 Djibouti 89 Romania 33 Dominica 90 Rwanda 34 Dominican Republic 91 Saint Kitts and Nevis 35 Ecuador 92 Saint Lucia 36 Egypt 93 Saint Vincent & the Grenadines 37 El Salvador 94 Saudi Arabia 38 Fiji 95 Senegal 39 Former Yugoslav Republic of Macedonia (FYROM) 96 Sierra Leone 40 Gabon 97 Singapore 41 Gambia 98 Solomon Islands 42 Georgia 99 South Africa 43 Ghana 100 Suriname 44 Grenada 101 Swaziland 45 Guatemala 102 Tanzania 46 Guinea 103 Thailand 47 Guinea Bissau 104 Togo 48 Guyana 105 Tonga 49 Haiti 106 Trinidad and Tobago 50 Honduras 107 Tunisia 51 India 108 Uganda 35

No Negara No Negara 52 Israel 109 United Arab Emirates 53 Jamaica 110 Uruguay 54 Jordan 111 Venezuela, Bolivarian Republic of 55 Kenya 112 Vietnam 56 Korea, Republic of 113 Zambia 57 Kuwait 114 Zimbabwe Jakarta, November 2013 36