III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) di LABORATORIUM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. MATERI DAN METODE

II. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Metode Penyiapan suspensi Sl NPV

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

Bab III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Biakan Jamur Colletotrichum sp

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan dan satu kontrol dengan delapan kali ulangan. Eksperimen adalah

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan pemberian insektisida golongan IGR dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Maret sampai dengan September 2015. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu serangga uji R. linearis, kacang panjang sebagai pakan, media PDA (Potato Dextrose Agar), isolat Aspergillus sp., akuades steril, tisu, dan alkohol 70%. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu stoples plastik untuk pemeliharaan serangga uji, sprayer, kain kasa, kain strimin, cawan Petri, plastik tahan panas, karet gelang, jarum ose, bor gabus, mikropipet, tabung reaksi, bunsen, erlenmeyer, haemocytometer, autoklaf, laminar air flow, mikroskop majemuk, mikroskop stereo, neraca, kamera, dan alat tulis. 3.3 Uji Pendahuluan Penelitian pendahuluan sebelumnya akan menggunakan 2 isolat lokal jamur entomopatogen Beauveria bassiana asal Tegineneng dan Trimurjo. Namun secara makroskopis, bentuk dan warna koloni kedua isolat tersebut di media PDA

14 sangat berbeda. Isolat dari Tegineneng berwarna putih kekuningan dengan pola koloni berbentuk lingkaran-lingkaran teratur, sedangkan isolat Trimurjo berwarna putih dengan bentuk koloni seperti kapas dan ada pola berbentuk bunga. Selain itu, pertumbuhan isolat Trimurjo sangat lambat jika dibandingkan dengan isolat Tegineneng (Gambar 3). (A) (B) Gambar 3. Perbedaan bentuk koloni jamur umur 3 minggu di media PDA dalam cawan Petri berdiameter 9 cm (A) Isolat Tegineneng (B) Isolat Trimurjo. Setelah diamati dengan mikroskop menggunakan perbesaran 400 kali pada 12 Maret 2015, tampak bahwa spora jamur tersebut juga berbeda. Spora isolat Tegineneng berbentuk bulat, sedangkan spora isolat Trimurjo berbentuk lonjong (oval) (Gambar 4). Namun, terjadi kesulitan untuk mengamati struktur jamur secara utuh.

15 (A) (B) Gambar 4. Perbedaan spora jamur isolat Tegineneng dan Trimurjo secara mikroskopik (A) Spora isolat Tegineneng (B) Spora isolat Trimurjo. Perbedaan kedua isolat ini menyebabkan dilakukannya identifikasi ulang terhadap kedua isolat yang dimiliki dan pengujian daya infeksi jamur tersebut terhadap R. linearis. Identifikasi jamur dilakukan di Balai Veteriner Lampung pada 17 Maret 13 April 2015 dan pengujian daya infeksi jamur dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian UNILA pada 7 14 April 2015. Identifikasi 2 isolat jamur di Balai Veteriner Lampung dilakukan untuk menyatakan isolat yang merupakan jamur Beauveria sp. Penguji menyatakan bahwa isolat Trimurjo merupakan jamur Beauveria sp., sedangkan isolat Tegineneng bukan Beauveria sp. Namun, dokumentasi hasil uji yang menunjukkan isolat Trimurjo adalah Beauveria sp. kurang mendekati bentuk struktur jamur Beauveria sp. di literatur (Gambar 5).

16 (A) (B) Gambar 5. Perbandingan hasil pengamatan stuktur jamur isolat Trimurjo dengan literatur (A) Struktur jamur isolat Trimurjo (Balai Veteriner, 2015) (B) Struktur jamur B. bassiana (Ellis, 2015). Pengujian daya infeksi jamur terhadap R. linearis menggunakan 10 ekor R. linearis, sehingga setiap isolat diujikan pada 5 ekor serangga uji. Serangga uji yang digunakan tidak berumur sama untuk mengetahui tingkat kerentanan serangga uji, yaitu 2 ekor larva instar II, 1 ekor larva instar V, dan 2 ekor imago. Suspensi jamur yang diaplikasikan adalah suspensi pekat dari biakan jamur yang telah diinkubasi selama 1 bulan dan diaplikasikan pada serangga uji serta makanannya. Suspensi dibuat dengan memanen spora jamur dan melarutkannya pada 10 ml akuades serta dihomogenkan dengan rotamixer. Pengamatan setelah aplikasi dilakukan setiap hari sampai 7 HSA (Hari Setelah Aplikasi). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

17 Tabel 1. Mortalitas R. linearis setelah aplikasi isolat jamur Tegineneng dan Trimurjo. No. Waktu Pengamatan Perlakuan Jamur Keterangan Tegineneng (TG) Trimurjo (TR) 1 1 HSA (8 April 2015) 0 0-2 2 HSA (9 April 2015) 0 0-3 3 HSA (10 April 2015) 2 (instar II) 1 (instar V) TR : 1 instar V yang mati gagal molting 4 4 HSA (11 April 2015) 0 1 (instar II) TR : instar II yang mati gagal molting 5 5 HSA (12 April 2015) 0 0-6 6 HSA (13 April 2015) 0 0-7 7 HSA (14 April 2015) 0 0 - Serangga mati (cadaver) dikumpulkan dan diletakkan di dalam cawan Petri untuk membuktikan bahwa serangga mati akibat infeksi jamur. Pada tutup cawan diberi kertas tisu yang ditetesi akuades agar lembab dan mendukung pertumbuhan jamur. Jika kematian disebabkan oleh jamur, biasanya jamur terlihat pada serangga mati beberapa waktu kemudian. Pada uji pendahuluan ini, jamur didapati tumbuh di serangga mati. Waktu munculnya jamur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Waktu munculnya jamur pada cadaver R. linearis setelah aplikasi isolat jamur Tegineneng dantrimurjo. Perlakuan Waktu Muncul Jamur Keterangan Tegineneng 4 HSA (11 April 2015) Jamur tampak tumbuh pada semua nimfa yang mati, koloni kekuningan Trimurjo 5 HSA (12 April 2015) Hanya nimfa instar II yang tampak ditumbuhi jamur, koloni jamur putih kekuningan Nimfa instar V busuk

18 Hasil pengamatan di mikroskop menunjukkan bahwa koloni jamur yang hidup pada cadaver sangat berbeda dengan koloni B. bassiana. Jamur yang tumbuh tampak memiliki konidiofor dan vesikel yang merupakan ciri khas jamur genus Aspergillus (Gambar 6). (A) (B) Gambar 6. Hasil pengamatan jamur pada cadaver R. linearis pada uji pendahuluan (A) Koloni jamur tumbuh pada cadaver (B) Struktur jamur dengan konidiofor dan vesikel. Berdasarkan hasil uji pendahuluan ini, maka jamur entomopatogen yang menyerang hama pengisap polong kedelai adalah Aspergillus. Dengan demikian jamur entomopatogen yang akan diteliti lebih lanjut adalah Aspergillus sp. 3.4 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu pembiakan jamur Aspergillus sp., pengujian kerapatan dan viabilitas spora jamur, aplikasi jamur, serta pengamatan dan perhitungan peubah patogenisitas. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok (RK). Pengelompokan dilakukan berdasarkan waktu aplikasi suspensi Aspergillus sp. ke serangga uji.

19 Perlakuan yang diuji terdiri atas isolat Aspergillus sp. dengan kerapatan 10 5, 10 6, 10 7, dan 10 8 spora/ml yang dibandingkan dengan kontrol. Setiap satuan percobaan terdapat 10 ekor serangga uji. 3.5 Persiapan Penelitian Persiapan penelitian terdiri atas perbanyakan serangga uji (R. linearis), pembuatan media PDA, penyiapan isolat Aspergillus sp., pembuatan suspensi Aspergillus sp., dan penghitungan kerapatan spora Aspergillus sp. 3.5.1 Perbanyakan serangga uji (R.linearis) Untuk memperoleh serangga uji, dilakukan penanaman tanaman kedelai yang menjadi inang hama R. linearis dan kacang panjang sebagai pakan hama pada lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung. Pemeliharaan tanaman dilakukan tanpa penggunaan insektisida kimia. Tanaman kedelai yang memasuki masa pembungaan dan pembentukan polong akan mengundang datangnya serangga R. linearis dan dilakukan penangkapan serangga menggunakan alat sweep net. Serangga yang tertangkap kemudian dipelihara untuk memperbanyak stok serangga uji. Serangga yang tertangkap dipelihara di laboratorium berdasarkan metode yang digunakan Mawan & Amalia (2011) dengan sedikit modifikasi. Imago betina R. linearis siap bertelur yang diperoleh dari lahan kacang panjang disimpan dalam stoples berdiameter 16 cm dan tinggi 17 cm yang ditutup dengan kain strimin. Imago diberi pakan berupa kacang panjang dan diletakkan juga serabut kain kasa sebagai tempat peletakan telur. Dalam satu kurungan dipelihara 5 ekor serangga

20 dan pakannya diganti setiap 2 hari sekali. Telur-telur diambil saat penggantian makanan, kemudian dipindahkan ke wadah lain sampai menetas. Nimfa akan dipelihara sebagai stok serangga uji. 3.5.2 Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) Media PDA dibuat dengan pencampuran ekstrak kentang dengan dekstrosa dan agar. Satu liter media PDA membutuhkan 200 g kentang, 20 g dekstrosa, dan 20 g agar. Sebanyak 200 g kentang dipotong kecil sampai ukurannya ± 1 mm dan kemudian direbus dalam 1 L akuades selama 20 menit. Ekstrak hasil perebusan kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1.000 ml yang telah berisi dekstrosa dan agar, lalu ditambahkan akuades sampai volumenya 1.000 ml. Tabung erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang. Selanjutnya, erlenmeyer berisi bahan media dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan diautoklaf selama 15 menit dalam suhu 121 C dan tekanan 1 atm. Selanjutnya, media diangkat dan didiamkan sampai media bersuhu ± 50 C lalu dituang ke dalam cawan Petri secara aseptik di laminar air flow. 3.5.3 Penyiapan isolat Aspergillus sp. Isolat Aspergillus sp. yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil isolasi dari cadaver R. linearis di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung. Isolasi dilakukan dengan cara mengambil miselium atau spora jamur dan menumbuhkannya pada media PDA, kemudian dimurnikan kembali. Isolat murni ini kemudian diinkubasi selama 15 hari dan kemudian siap diaplikasikan ke serangga uji. Untuk memperoleh umur isolat

21 yang sama, isolat diremajakan pada setiap kelompok aplikasi sehingga dalam penelitian ini digunakan subkultur ke-2, ke-3, dan ke-4. 3.5.4 Pembuatan suspensi Aspergillus sp. Suspensi jamur dibuat dengan menambahkan 10 ml akuades ke dalam biakan jamur. Spora jamur kemudian dilepaskan dari biakan dengan menyapukan kuas halus di permukaan biakan. Larutan yang didapatkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan dengan rotamixer, sehingga didapatkan larutan dasar. Larutan dasar ini harus diencerkan lagi dengan pengenceran berseri. Pengenceran berseri dilakukan dengan mengambil 1 ml larutan dasar yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 9 ml akuades. Larutan ini dihomogenkan kembali selama 1 menit, sehingga didapatkan pengenceran tingkat satu. Pengenceran ini dilanjutkan sampai pengenceran tingkat empat. 3.5.5 Perhitungan kerapatan spora Aspergillus sp. Kerapatan spora dalam penelitian ini digunakan sebagai perlakuan yang diuji. Kerapatan spora dalam larutan dihitung dengan haemocytometer di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Spora dalam bidang pengamatan haemocytometer dihitung secara langsung dengan bantuan counter. Terdapat tiga ukuran bidang pengamatan dalam haemocytometer, yaitu kotak besar, sedang, dan kecil. Dalam penelitian ini, bidang pengamatan yang digunakan adalah kotak kecil.

22 Perhitungan kerapatan menggunakan rumus (Hadioetomo, 1993 dalam Budi et al., 2013) sebagai berikut: K =, 10 Keterangan: K = kerapatan spora (spora/ml) t = jumlah spora dalam kotak sampel d = faktor pengenceran n = jumlah kotak sampel yang diamati 0,25 = faktor koreksi 3.6 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri atas uji viabilitas Aspergillus sp. dan uji patogenisitas Aspergillus sp. 3.6.1 Uji viabilitas Aspergillus sp. Daya berkecambah (viabilitas) spora jamur Aspergillus sp.diuji dengan inkubasi spora yang disuspensikan dengan akuades pada kaca preparat selama 48 jam. Inkubasi selama 48 jam bertujuan untuk melihat jumlah spora berkecambah yang paling maksimal. Selain itu inkubasi selama 48 jam masih termasuk waktu standard dalam pengujian viabilitas spora jamur (Neill & Tang, 2007), dengan catatan bahwa jumlah spora berkecambah dan tidak berkecambah masih mudah untuk dihitung. Sebanyak 1 tetes suspensi jamur diambil dengan pipet tetes dan diteteskan pada preparat, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Preparat ini selanjutnya diletakkan di dalam cawan Petri yang diberi tisu basah untuk menjaga

23 kelembaban. Empat puluh delapan jam kemudian diamati jumlah spora yang berkecambah dengan bantuan mikroskop. Perhitungan diulang sebanyak 3 kali. 3.6.2 Uji patogenisitas Aspergillus sp. Serangga uji yang digunakan adalah nimfa R. linearis instar ke-2. Volume semprot suspensi Aspergillus sp. untuk aplikasi ke serangga uji sebanyak 2 ml/10 ekor serangga. Selain itu, suspensi juga disemprotkan ke polong kacang panjang sebanyak 8 ml/5 potong polong kacang panjang berukuran 15 cm. Polong yang telah disemprot suspensi jamur dikeringanginkan dan dimasukkan ke dalam toples berisi serangga uji yang telah disemprot suspensi jamur. Makanan ini diganti setiap 2 hari sekali tanpa pengulangan penyemprotan suspensi jamur. Perlakuan kontrol hanya disemprot dengan akuades steril, dengan volume semprot yang sama. Setelah dilakukan aplikasi suspensi Aspergillus sp., maka dilakukan pengamatan dan pengumpulan data. 3.6.2.1 Pengamatan gejala infeksi Aspergillus sp. pada R. linearis dan waktu kemunculan koloni jamur pada cadaver. Gejala infeksi jamur Aspergillus sp. pada serangga uji diamati dengan melihat warna koloni jamur yang tumbuh pada tubuh R. linearis yang mati akibat infeksi jamur entomopatogen. Waktu kemunculan koloni jamur di cadaver juga dicatat. 3.6.2.2 Reisolasi Aspergillus sp. dari cadaver Koloni jamur yang tumbuh pada serangga mati diisolasi kembali untuk membuktikan bahwa patogen yang menyerang dan menimbulkan kematian adalah Aspergillus sp.

24 3.6.2.3 Persentase mortalitas R. linearis Pengamatan terhadap mortalitas R. linearis dilakukan setiap hari sampai 14 hari setelah aplikasi. Persentase mortalitas nimfa dihitung dengan rumus sebagai berikut (Budi et al., 2013): P = X Y 100% Keterangan: P X Y = persentase kematian R. linearis = jumlah R. linearis yang mati = jumlah R. linearis yang diuji 3.7 Analisis Data Data persentase kematian R. linearis dianalisis dengan sidik ragam. Apabila sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata pada perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.