JURNAL TINJAUAN TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJURIT DI LINGKUNGAN KOREM 072 YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI TINJAUAN TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJURIT DI LINGKUNGAN KOREM 072 YOGYAKARTA

berat dengan tahapan sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

JURNAL PELAKSANAAN SANKSI PIDANA TERHADAP PRAJURIT TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSUBORDINASI. Diajukan Oleh : YOHANES GATOT SIS UTOMO

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

JURNAL TINJAUAN MENGENAI HUBUNGAN ANTARA BADAN PEMBINAAN HUKUM TENTARA NASIONAL INDONESIA (BABINKUM TNI) DAN ODITURAT MILITER

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

JURNAL HUKUM TINJAUAN TERHADAP PENJATUHAN SANKSI BAGI ANGGOTA TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSUBORDINASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

JURNAL PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI YANG PELAKUNYA TIDAK DITEMUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) PASKA REFORMASI Oleh: Eka Martiana Wulansari *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam bahasa Yunani adalah orang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

PEMECATAN PRAJURIT TNI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM DISPILIN PRAJURIT

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004).

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI TINJAUAN TERHADAP PENJATUHAN SANKSI BAGI ANGGOTA TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA INSUBORDINASI

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan diuraikan mengenai karakteristik responden. Adapun responden tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN DEWAN KEHORMATAN MILITER. Presiden Republik Indonesia,

NINUK HERLINA NIM OLEH :

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 215/KMA/SK/XII/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas pada bab-bab

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA KEPADA ANGGOTA TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ASUSILA DI PENGADILAN MILITER YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 071 / KMA / SK / V / 2008 TENTANG

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ANGGOTA TNI DI LINGKUNGAN PENGADILAN MILITER II-10 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dalam tahap pembahasannya. Alasan pertama selalu munculnya deadlock

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

JURNAL TINJAUAN TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJURIT DI LINGKUNGAN KOREM 072 YOGYAKARTA Disusun oleh : BENEDIKTUS SULISTYO HARDIYANTO NPM : 100510235 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Penyelesaian sengketa Peradilan Pidana UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

TINJAUAN TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJURIT DI LINGKUNGAN KOREM 072 YOGYAKARTA BENEDIKTUS SULISTYO HARDIYANTO CH, MEDI SUHARYONO, S.H., M.Hum. ILMU HUKUM ATMAJAYA YOGYAKARTA ABSTRACT Indonesian National Army as a pillar of sovereignty of the Unitary Republic of Indonesia, born out of the arena of struggle for independence of the nation, grew and evolved together the people of Indonesia in maintaining the independence. To preserve the life of the military organization, through Act No. 26 of 1997 enacted the law discipline soldiers. But nevertheless because something is often also / still also a breach of discipline. Breach of discipline should not be justified because it may interfere with military readiness. By the authors took place KOREM 072 / Pamungkas Yogyakarta to do research. Conducted a study to determine how the breach of discipline soldiers in the neighborhood KOREM 072 / Pamungkas and whether Ankum role in the resolution of disciplinary offense soldiers in the neighborhood KOREM 072 / Pamungkas Yogyakarta. After doing research obtained the following picture: if there are cases of violation of discipline by soldiers in the jurisdiction of KOREM 072 / Pamungkas Yogyakarta, such as not running the command duty then sentenced to discipline in accordance with the level of mistakes ranging from a written warning to the detention weight then Ankum role in KOREM 072 / Pamungkas Yogyakarta has a significant role in resolving the cases of violation of discipline among other things determine the severity of disciplinary action. 1

Keywords: Completion, Violation of Discipline, Military. LATAR BELAKANG MASALAH Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI adalah alat negara yang bertugas sebagai pembela kedaulatan Negara serta melaksanakan pertahanan negara, demi tetap kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tugas dan fungsi yang berat serta sangat strategis tersebut, tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan yang handal dari setiap prajurit atau anggota TNI, untuk melaksanakan tugas dan fungsi dimaksud dengan sebaik-baiknya, karena keberadaan mereka tersebut dituntut untuk memberikan tenaga dan pikirannya bagi kepentingan negara dan bangsa. Dengan demikian, jelaslah bahwa TNI sebagai angkatan bersenjata (dahulu ABRI) yang meliputi : TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara, memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mempertahankan dan menjaga keutuhan negara, agar tetap eksis dalam pergaulan di dunia Internasional, tentunya sangat tergantung pada kesediaan, kesiapan dan ketangguhan dari prajurit atau anggota TNI dituntut melakukan hal-hal sebagai berikut, antara lain : 1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 2. Setia dan taat kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit; 3. Melaksanakan perintah atasan (komando) dengan disiplin yang tinggi, produktif dan profesional; 4. Menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia; 5. Berperilaku jujur,adil dan konsisten; 6. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada golongan atau kelompok; 7. Bersahaja, rendah hati, sederhana dan mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat. Kondisi ideal yang harus dilakukan oleh setiap prajurit atau anggota TNI sebagaimana yang dikemukakan di atas, tentunya merupakan suatu harapan yang diletakan pada pundak mereka, sebagai konsekuensi logis dari penjabaran tugas dan fungsi yang dimilikinya. Didalam 2

praktek, ternyata sebagai manusia biasa yang sering lupa atau lalai, maka dapat dikatakan masih sering ditemui adanya oknum anggota TNI yang melakukan tindakan tidak terpuji dan bahkan melanggar Sapta Marga dan Sumpah Prajurit serta hukum yang berlaku. Tentara Nasional Indonesia dalam fungsinya sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik merupakan bagian tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dari kancah perjuangan kemerdekaan bangsa, dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan RUMUSAN MASALAH Dapat diperoleh rumusan permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah pelaksanaan penyelesaian pelanggaran disiplin prajurit di lingkungan KOREM 072 Yogyakarta. 2. Apakah peran ankum dalam penyelesaian pelanggaran disiplin prajurit di lingkungan KOREM 072 Yogyakarta. ISI MAKALAH TINJAUAN UMUM TENTANG PELANGGARAN HUKUM DISIPLIN Pelanggaran disiplin lebih merupakan perbuatan yang tidak pantas, yang dapat diatasi dengan cara pemberian teguran atau hukuman yang lebih bersifat mendidik. Dapat juga disebutkan sebagai perbedaannya: berat/ringannya sifat suatu tindakan atau akibat-akibatnya. Akan tetapi dalam hal atau keadaan tertentu sering ditemukan misalnya ada suatu tindakan dalam masyarakat militer umumnya dianggap sebagai kenakalan militer atau paling banter sebagai pelanggaran disiplin militer, akan tetapi oleh masyarakat tertentu dianggap sebagai pantas untuk dipidana. Dalam pasal 5 undang-undang nomor 26 tahun 1997 tentang hukum disiplin prajurit TNI menyebutkan pelanggaran hukum disiplin terbagi menjadi dua (2), yakni pelanggaran disiplin militer murni dan pelanggaran disiplin militer tidak murni. Pelanggaran disiplin militer murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak pidana, tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit. Sedangkan pelanggaran disiplin militer tidak murni menurut Undang Undang No. 26 Tahun 1997 dalam Pasal 5 ayat (3) menyatakan bahwa 3

pelanggaran disiplin yang tidak murni merupakan tindak pidana yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan secara hukum disiplin militer. TINJAUAN TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJURIT Asas umum dalam penyelesaian pelanggaran disiplin militer adalah penyelesaian sesegera mungkin. Jadi, tekanannya adalah kepada kecepatan. Alasannya adalah bahwa pelanggaran yang dilakukan baru saja terjadi sehingga masih segar dalam ingatan. Dengan demikian reaksi segera dari pihak pimpinan atau Ankum terhadap pelanggaran yang terjadi akan memberikan kesan positif kepada si pelaku pelanggaran dan juga kepada rekan-rekannya sekesatuan. Kelambatan atau kesangsian bertindak dari pihak Ankum dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang lemah dan kurang tegas yang merupakan bibit bagi menurunnya disiplin dan moril pasukan yang bersangkutan. Penyelesaian pelanggaran disiplin yang sesegera mungkin tidak boleh berarti bekerja secara ceroboh atau sembrono. Ankum yang bersangkutan memang harus bertindak cepat tetapi tanpa mengabaikan kecermatan. Dalam hal menghadapi peristiwa yang kompleks dan berat sehingga sulit untuk segera memberikan putusan maka Ankum yang bersangkutan tidak boleh segan-segan menggunakan waktu yang diperlukan untuk mempelajarinya. Yang penting adalah bahwa pemeriksaan harus segera mungkin dimulai sejak diterimanya laporan mengenai pelanggaran disiplin yang dimaksud. Setelah Ankum yang berwenang membaca laporan itu dan berpendapat bahwa memang telah terjadi suatu pelanggaran disiplin militer maka dia harus segera mulai melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tersangka pelaku pelanggaran dilaksanakan secara wajar. Ankum harus memberikan kesan bahwa Ankum akan bertindak adil sehingga mendorong tersangka untuk membeberkan kejadian yang sebenarnya. Dalam hal keterangan tersangka berbeda dengan laporan yang diterima maka Ankum yang bersangkutan meminta penjelasan dari si pelapor. Si tersangka dapat mengajuan saksi-saksi tetapi Ankum baru memeriksa mereka jika dia memandang perlu dan terdapat cukup alas an untuk itu. Keterangan dari saksi-saksi itu diberitahukan kepada tersangka yang dapat menyangka kebenarannya. Apabila Ankum tersebut berhalangan untuk memeriksa sendiri tersangka maka pemeriksaan dapat dilakukan oleh Ankum yang lain. 4

Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan oleh Ankum yang bersangkutan. Sebelum melakukan pemeriksaan terlebih dahulu Ankum yang bersangkutan memeriksa berkas yang ada pada Ankum atau staf personalia mengenai si pelaku pelanggaran. Pertama-tama yang mempengaruhi adalah tujuan dari penghukuman, apakah titik beratnya bersifat pencegahan yang berarti ditujukan kepada seluruh anggota kesatuan yang berada di bawah komando Ankum atau titik beratnya bersifat mendidik si terhukum. Hal ini tergantung kepada keadaan dalam kesatuan yang bersangkutan. Kemudian yang perlu diperhatikan oleh Ankum adalah kedudukan dan usia si pelaku pelanggaran. Faktor lain yang harus diperhatikan oleh Ankum adalah kepribadian dan sifat si tersangka. Seperti contoh bagi seorang prajurit yang sangat perasa, suatu hukuman yang ringan sudah banyak efeknya. Lain halnya bagi seorang prajurit bandel, kemungkinan baru hukuman yang paling berat akan membuatnya sadar akan kesalahannya. Juga perlu diperhatikan apakah si pelaku pelanggaran sudah pernah dihukum atau tidak. Ankum harus mempertimbangkan keadaan atau situasi dan kondisi sewaktu pelanggaran disiplin militer terjadi. Hal-hal ini dapat juga menjadi faktor yang memberatkan atau meringankan bagi tertuduh. Selain itu juga harus diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu hukuman akan dijalani. Kalau hukuman akan dijatuhkan seminggu menjelang hari raya besar maka penahanan berat selama 5 hari akan lebih efektif daripada hukuman penahanan ringan selama 10 hari. Sesudah mempertimbangkan hal itu semuanya maka Ankum mengambil keputusan. Rumusan alasan penghukuman diuraikan secara singkat tetapi jelas. Disebutkan tingkah laku dan perbuatan dari terhukum yang menyebabkan dihukum dan situasi serta kondisi yang meliputi tingkah laku atau perbuatan itu sehingga dari itu semua dapat secara jelas tergambar peristiwa pelanggaran yang terjadi. Setelah itu hukuman segera diberitahukan kepada si terhukum oleh Ankum sendiri. Apabila hukuman yang dijatuhkan adalah lebih berat dari teguran maka kepada terhukum diberikan salinan dari surat keputusan penghukum. Hukuman itu juga disampaikan kepada petugas yang harus mengawasi pelaksanaan hukuman itu. Kemungkinan hukuman itu dicatat dalam daftar hukuman yang ada pada kesatuan. Surat asli keputusan penghukuman disimpan di staf personalia. Mengenai masalah pengajuan keberatan menurut hukum disiplin militer Indonesia, pada umumnya seorang prajurit dapat mengajukan keberatan mengenai hal-hal berikut : a. Hukuman disiplin yang dikenakan kepadanya. Keberatan ini bisa mengenai hukuman itu sendiri, mengenai alasan penghukuman, atau mengenai kedua-duanya. 5

b. Perintah yang diterimanya. c. Perlakuan terhadap dirinya yang menurut pendapatnya adalah tidak adil, menghina dan tidak pada tempatnya. d. Suatu pernyataan atau omongan dari seorang Ankum yang berhubungan dengan keputusan penghukuman yang dijatuhkannya. e. Putusan, suatu tindakan, atau penolakan mengambil putusan yang dilakukan oleh seorang pejabat tata usaha militer. Sesuai doktrin militer, keberatan tidak boleh begitu saja atau langsung pada saat itu juga diajukan. Prajurit yang bersangkutan harus terlebih dahulu menerima dan melaksanakan hukuman, perintah, atau perlakuan yang ditujukan terhadap dirinya. Pengajuan keberatan harus dilakukan secara tertulis dan sesuai dengan tata cara militer. Suatu keberatan yang tidak beralasan atau tidak pantas merupakan suatu pelanggaran disiplin militer. Batas waktu untuk mengajukan keberatan adalah sesegera mungkin setelah prajurit bersangkutan menerima pembertahuan hukuman, menerima perintah, mengalami perlakuan, atau mengetahui pernyataan, omongan atau putusan yang ditujukan terhadap dirinya. Keberatan diajukan kepada atasan langsung dari Ankum yang bersangkutan. Menahan atau memperlambat penerusan keberatan tersebut kepada atasannya merupakan pelanggaran disiplin militer SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa Jika ada kasus pelanggaran disiplin oleh prajurit, seperti tidak menjalankan perintah dinas maka dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat kesalahannya mulai dari teguran tertulis sampai penahanan berat dengan tahapan sebagai berikut : a. Langkah pertama adalah pemanggilan terhadap prajurit yang melanggar. b. Setelah dilakukan pemanggilan dan prajurit tersebut diperiksa untuk dibuktikan apakah benar telah melakukan pelanggaran atau tidak. c. Jika benar terbukti melakukan pelanggaran disiplin maka Ankum segera mengambil langkah untuk melakukan sidang disiplin dan menjatuhkan hukuman disiplin sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan prajurit tersebut. d. Tidak berhenti pada penjatuhan sanksi disiplin saja tetapi masih ada sanksi administratif yang diterima kepada prajurit yang melanggar tersebut. 6

Selain itu ternyata Ankum mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyelesaikan kasus pelanggaran hukum disiplin yaitu anatara lain menentukan berat ringannya hukuman disiplin terhadap personil yang melakukan pelanggaran disiplin. DAFTAR PUSTAKA Buku : Moch. Faisal Salam, 2006, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Mandar Maju, Bandung. AmiroedinSjarif, 1996, HukumDisiplinMiliter Indonesia, RinekaCipta, Jakarta. A.S.S. Tambunan, 2013, Hukum Disiplin Militer Suatu Kerangka Teori, Pusat Studi Hukum Militer Sekolah Tinggi Hukum Militer AHM-PTHM, Jakarta. S.R. Sianturi, 1985, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta. Moch. Faisal Salam, 2002, Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia, Mandar Maju, Bandung. Sumartono, 2008, Hukum Disiplin MIliter, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Badan Pembinaan Hukum, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit ABRI. Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Pedoman Sanksi Administratif Bagi Prajurit TNI AD yang Melakukan Pelanggaran Disahkan Dengan Peraturan Kasad Nomor Perkasad/01/II/2009 Tanggal 5 Februari 2015. Atasan yang Berhak Menghukum Dalam Lingkungan Tentara Nasional Indonesia Disahkan Dengan Keputusan Panglima TNI Nomor KEP/23/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005. 7

Website http://www.tniad.mil.id/1kodeetik.php http://maleoveva.wordpress.com/2008/12/02/hukum-disiplin-militer/ http://www.pusat-definisi.com/2012/11/prajurit-adalah.html http://glosarium.org/ Http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/46 http://korem072.com/profil/ Rechtsvinding.bphn.go.id http://perwira.kodam-mulawarman.mil.id/2010/12/23/peran-ankum-dalam-proses-penyidikan/ 8