BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala post operasi pada. Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto 2016 (N = 3)

BAB I PENDAHULUAN. tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi-decelerasi) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

BAB I PENDAHULUAN. nucleus yang terbuat dari material berbentuk gel dalam spinal cord keluar dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. rectal yang terkadang disertai pendarahan. mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh siklus hidup manusia. kesehatan agar keperawatan mampu menjadi ilmu aplikasi yang memiliki dasar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. darah tersebut melintas kelipatan paha (Oswari, 2000). penurunan fungsi organ (Oswari, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. hati. Deskripsi sirosis hati berkonotasi baik dengan status pato-fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar kapiler. (Heardman,2012). Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut berlangsung melalui serat-serat dan jaras-jaras, secara langsung dan terus menerus. Perubahan potensial elektrik menghasilkan respons yang akan mentransmisikan sinyal-sinyal (Batticaca, 2008). Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua bagian yaitu cranium (adakalanya disebut kalvaria) terdiri atas delapan tulang, dan kerangka wajah yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah (Pearce, 2002). Setiap tahun di Indonesia insiden trauma kapitis berkisar antara 200-300 per 100.000 penduduk yang dilakukan kraniotomy, data dari kepolisian pada tahun (2003-2005), frekuensi kasus kecelakaan lalu lintas meningkat dari 13.399 kasus menjadi 20.623 kasus dengan CFR dari (34,32%). Proporsi penyebab trauma kapitis yang dilakukan kraniotomy terbanyak 45% karena kecelakaan lalu lintas, 35% karena terjatuh, 10% karena kecelakaan dalam pekerjaan, 5% pada saat olahraga, dan 5% karena diserang/dipukul. Trauma kapitis meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Secara anatomis, otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, tulang dan tentorium (helm) yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah 1

2 sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat langsung dari cedera dan banyak lainnya timbul sekunder dari cedera (Muttaqin, 2008). Tindakan bedah intrakranial atau disebut juga kraniotomy, merupakan suatu intervensi dalam kaitannya dengan masalah-masalah pada intrakranial. Artinya kraniotomy dilakukan dengan maksud pengambilan sel atau jaringan intrakranial yang dapat terganggunya fungsi neorologik dan fisiologis manusia atau dapat juga dilakukan dengan pembedahan yang dimaksudkan pembedahan letak anatomi intrakranial (Bangeud, 2011). Dampak post op kraniotomy bila tidak dilakukan mobilisasi dini pada sistem kardiovaskuler bisa menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru. Sistem pernapasan adanya edema paru dan vasokontriksi paru atau hipertensi paru menyebabkan hiperapneu dan bronkho kontriksi, pada sistem eliminasi terjadinya perubahan metabolism yaitu kecenderungan retensi natrium dan air serta hilangnya sejumlah nitrogen dan pada sistem muskuloskeletal dapat mempengaruhi gerakan tubuh kerusakan pada area motorik otak. Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002). Perawat dalam hal ini berperan yang lainnya meliputi pemberian informasi, edukasi dan keterampilan yang diperlukan

3 oleh keluarga. pemberian informasi, edukasi dan keterampilan ini dilakukan oleh perawat mulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi, bertujuan agar keluarga memahami tentang perawatan post op craniotomy yang benar. pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga yang baik dalam merawat klien post op craniotomy, akan mendorong kemandirian klien secara berangsurangsur. Berdasarkan dari data yang didapat 3 bulan terakhir tentang tindakan post op kraniotomy dilantai 6 bedah rawat inap RSPAD Gatot Soebroto berada diurutan ke 4 setelah ACL (Anterior Cruciate Ligament), Fraktur, dan Cedera Kepala. Hal itu menyebabkan peneliti mengangkat kasus tindakan post op kraniotomy dilantai 6 bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Data yang diperoleh dari rekam medik pada tanggal 16 mei 2016 lantai 6 bedah rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Penelitian mengenai pengaruh mobilisasi dini yang dilakukan terhadap pasien menarik diri bagi penelitian kasus dilantai 6 bedah rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, upaya adaya pergerakan anggota gerak pada bagian tubuh penderita yang sudah pernah diterapkan sebelumnya pada pasien post op kraniotomy namun belum secara rutin. Jalur kritis untuk mengatasi pasien post op kraniotomy perawat dan keluarga menetapkan Algoritma dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko. Beberapa tindakan dilakukan bersamaan segera. Termasuk mengontrol tandatanda vital, pencegahan kejang, peninggian kepala tempat tidur sampai dilakukannya mobilisasi dini yang bertahap pada pasien post op kraniotomy. Algoritma mobilisasi dini yang dibuat berdasarkan struktur yang telah

4 ditetapkan sesuai dengan asuhan keperawatan yang pada pasien post op kraniotomy. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah yang dilakukan dikeperawatan medical bedah lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat post op kraniotomy merupakan tindakan terbanyak dalam 3 bulan terakhir. Dalam hal ini penulis mengambil studi kasus klien dengan post op kraniotomy, yang menunjukkan untuk klien post op kraniotomy yang dirawat dilantai 6 bedah rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat adalah menepati urutan keempat. Karena hal tersebut diatas penulis merumuskan masalah laporan studi kasus akhir program profesi ners adalah: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien Dengan post op kraniotomy Diruang lantai 6 bedah rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016 C. Tujuan Penulisan a. Tujuan umum: Penulis mampu melaksanakan dan mengelola pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan post op kraniotomy, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. b. Tujuan khusus: 1. Teridentifikasinya karakteristik klien yang dirawat di Ruang Perawatan bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat 2016.

5 2. Teridentifikasinya etiologi post op kraniotomy, dari masing-masing klien yang di rawat di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016. 3. Teridentifikasinya manifestasi klinis dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy, di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016. 4. Teridentifikasinya Penatalaksanaan Medis dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy,di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD 5. Teridentifikasinya pengkajian fokus dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy, di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016. 6. Teridentifikasinya diagnosa keperawatan dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy,di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD 7. Teridentifikasinya intervensi keperawatan dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy, di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD 8. Teridentifikasinya implementasi keperawatan dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy, di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD 9. Teridentifikasinya evaluasi keperawatan dari masing-masing klien dengan post op kraniotomy, di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD

6 10. Menganalisa karakteristik klien mulai dari etiologi, menifestasi klinis, penatalaksanaan medis, pengkajian fokus, diagnosa, intervensi, implementasi, sampai evaluasi keperawatan. 11. Menemukan penemuan baru tentang pemberian asuhan keperawatan medikal bedah terutama dengan menggunakan inovasi mobilisasi dini pada pasien dengan post op kraniotomy di Ruang Perawatan Bedah Lantai 6 RSPAD D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat teoritis Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan post op kraniotomy. 2. Manfaat praktis a. Bagi penulis Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post op kraniotomy. b. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahanyang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran keperawatan klinis dan referensi penulis selanjutnya. c. Bagi pelayanan keperawatan Memberi masukan bagi pelayanan kesehatan serta mengembangkan studi asuhan keperawatan kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada klien dengan post op kraniotomy khususnya bagi

7 Ruangan Keperawatan Medikal Bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016. E. Ruang Lingkup Dalam penulisan laporan studi kasus akhir program pendidikan profesi ners ini penulis hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan tentang post op kraniotomy, di Ruang Keperawatan Medikal Bedah Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2016 pada tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan 1 Juli 2016. F. Metode Penulisan Dalam penulisan laporan studi kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik Sumber data yang diperoleh atau digunakan adalah data primer yang didapat langsung dari klien dan data sekunder yang didapat dari keluarga, tenaga kesehatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang lainnya, sedangkan studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari V BAB meliputi : BAB I PENDAHULUAN terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, waktu penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

8 BAB II TINJAUAN TEORITIS terdiri dari : Konsep medical bedah, anatomi fisiologi Kraniotomy, pengertian, patofisiologi (etiologi, proses penyakit, manifestasi klinik, dan komplikasi), penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implemnetasi dan evaluasi). BAB III TINJAUAN KASUS terdiri dari tabel karakteristik klien, tabel etiologi, tabel manifestasi klinis, tabel penatalaksanaan medis, tabel pengkajian fokus, tabel diagnosa keperawatan, tabel intervensi, tabel implementasi dan tabel evaluasi pada klien post op kraniotomy. BAB IV PEMBAHASAN terdiri dari : tabel karakteristik klien, tabel etiologi, tabel manifestasi klinis, tabel penatalaksanaan medis, tabel pengkajian fokus, tabel diagnosa keperawatan, tabel intervensi, tabel implementasi dan tabel evaluasi pada klien post op kraniotomy, discarge pllaning dan penemuan baru. BAB V PENUTUP terdiri dari : kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA