BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

FUNGSI BAWAS KONSULTAN PENCEGAHAN PENINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

3. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyampaikan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

A. Latar Belakang Masalah

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan


BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu perbaikan kinerja yang berkelanjutan (continous performance

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governace government) telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam satu periode

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mengelola keungan dengan sebaik-baiknya guna mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah mendorong dilakukannya perbaikan kinerja. Pemerintah sebagai pihak eksekutif, merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam meningkatkan kinerja dan pelaksanaan good governance. Salah satu upaya untuk mewujudkan good governance adalah dengan meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik. Peningkatan kinerja tidak dapat terwujud apabila tidak ada pengelolaan manajemen yang baik. Peningkatan kinerja dapat dipandang sebagai peningkatan prestasi dan wujud pertanggungjawaban kinerja dan keuangan dana publik. Mahkamah Agung sebagai salah satu kementerian/lembaga dan bagian dari pemerintah pusat telah berupaya melaksanakan peningkatan kinerja melalui reformasi birokrasi baik dalam peningkatan pelayanan peradilan dan supremasi hukum serta peningkatan kinerja dalam pengelolaan keuangan publik. Peningkatan kinerja instansi pemerintah salah satunya dapat tercermin dari peningkatan opini atas laporan keuangan yang merupakan kesimpulan pemeriksa yaitu Badan Pemeriksa Keuangan RI mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu instansi. Mahkamah Agung dari tahun ke tahun terus berupa meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan publik yang dulu opini atas laporan keuangan oleh BPK RI adalah disclaimer namun pada tahun 2012 sampai tahun 2015 telah menjadi wajar tanpa pengecualian (WTP). 1

Perkembangan opini Badan Pemeriksa Keuangan RI atas Laporan Keuangan Mahkamah Agung dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Laporan Penilaian Opini Badan Pemeriksa Keuangan RI Atas Laporan Keuangan Mahkamah Agung No BA Kementerian Negara/ Lembaga Tahun Opini 1. 005 Mahkamah Agung 2012 WTP 2. 005 Mahkamah Agung 2013 WTP 3. 005 Mahkamah Agung 2014 WTP 4. 005 Mahkamah Agung 2015 WTP Sumber: BPK RI, 2015 Selain opini atas laporan keuangan dari BPK RI, peningkatan kinerja instansi sektor publik juga tercermin dari peningkatan nilai hasil evaluasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Untuk penilaian atas LAKIP Mahkamah Agung juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Laporan Hasil Evaluasi (LHE) Atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung No BA Kementerian Negara/ Lembaga Tahun Opini 1. 005 Mahkamah Agung 2012 CC 2. 005 Mahkamah Agung 2013 CC 3. 005 Mahkamah Agung 2014 B 4. 005 Mahkamah Agung 2015 A Sumber: Kemenpan RB, 2015 2

Semakin baik hasil evaluasi yang diperoleh instansi pemerintah mengenai akuntabilitas kinerja, hal ini menunjukkan semakin baik pula tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya serta semakin baik kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi di instansi tersebut. (Kemenpan RB, 2015). Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya merupakan kementerian/lembaga pemungut PNBP baik yang berasal dari PNBP umum dan PNBP fungsi peradilan. Pengadilan di Sumatera terdiri dari Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara, dan Pengadilan Militer yang merupakan perpanjangan tangan Mahkamah Agung dalam melaksanakan fungsi peradilan sekaligus pemungut PNBP. Upaya peningkatan kinerja yang telah dilakukan Mahkamah Agung, salah satunya dalam bidang keuangan khususnya pengelolaan PNBP yang merupakan sebagai wujud pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya. Pengelolaan PNBP pada lima tahun terakhir ini menjadi penting dikarenakan PNBP sebagai penyumbang penerimaann negara terbesar kedua setelah penerimaan pajak, yang memiliki fungsi strategis dalam pembangunan negara. Saat ini upaya pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional yang memerlukan peningkatan fiscal space adalah melalui peningkatan pendapatan negara, salah satunya melalui optimalisasi penerimaan dari sektor PNBP (BKF Kemenkeu RI, 2013). 3

Fakta lainnya adalah penerimaan negara dari sektor pajak pada tahun 2015 tidak dapat tercapai 100% dan hanya mencapai 82%. Implikasi target penerimaan pajak yang tidak tercapai, menjadikan PNBP sebagai salah satu sumber penerimaan negara alternatif untuk melakukan peningkatan penerimaan negara dengan cara peningkatan kinerja pengelolaan PNBP yang berdampak terhadap peningkatan capaian PNBP. Mahkamah Agung dan Badan Peradilan dibawahnya sebagai lembaga pemungut PNBP selama tahun 2014, jumlah PNBP yang telah disetor ke kas negara dari kedua jenis PNBP baik umum dan fungsional berdasarkan Laporan Realisasi PNBP yang disampaikan ke Biro Keuangan Mahkamah Agung berjumlah Rp 41.773.441.109,00 (Laporan Tahunan MA RI, 2014). Laporan Realisasi Penerimaan PNBP pengadilan di Sumatera Barat untuk tahun 2014 berjumlah Rp 1.333.289.078,00 dan penerimaan PNBP tahun 2015 berjumlah Rp 1.392.490.500,00 (www.komdanas.mahkamahagung.go.id). Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan RI mengenai Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (www.bpk.go.id) menyatakan bahwa terdapat temuan terkait PNBP pada 44 kementerian/lembaga termasuk Mahkamah Agung yaitu: (1) sebesar Rp 363,51 Miliar terlambat/belum disetor; (2) sebesar Rp 132,67 Miliar kurang/tidak dipungut; (3) sebesar Rp 304,53 Miliar digunakan langsung di luar mekanisme APBN dan (4) Rp 317,86 Miliar dan USD 28,24 Juta belum dikelola dengan tertib (BPK RI, 2015). Tahun anggaran 2015 masih terdapat permasalahan pengelolaan PNBP sebesar Rp 436,20 Miliar belum sesuai ketentuan dan penatausahaan piutang PNBP minimal sebesar Rp 2,32 Triliun dan USD 206,87 juta kurang memadai (BPK RI, 2016). 4

Menurut Pasal 4, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak menyatakan Seluruh penerimaan negara bukan pajak wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Jika tidak diserahkan sesuai dengan aturan, maka tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang berat yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sanksi bagi yang tidak menyetorkan PNBP ke kas negara dinyatakan dalam Pasal 21 yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak empat kali jumlah PNBP yang terutang. Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya telah berupaya untuk meningkatan kinerjanya di segala bidang namun dalam pengelolaan PNBP belum dapat dikatakan optimal kinerjanya dikarenakan masih terdapat temuan saat dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI. Rincian temuan PNBP pada Mahkamah Agung dapat dilihat dalam tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Temuan PNBP Pada Kementerian/Lembaga Mahkamah Agung TAhun 2014 No Kementerian/ Lembaga 1 Mahkamah Agung 2 Mahkamah Agung 3 Mahkamah Agung Uraian Temuan PNBP yang terlambat/ belum setor PNBP Kurang Pungut PNBP Belum dipungut Jenis Pungutan Nilai Temuan (Rp) Pemanfaatan aset (sewa gedung) 51.582.100,00 terlambat 1 s.d 42 hari Pemanfaatan aset (sewa BMN) 217.697.146,83 Pemanfaatan aset (sewa gedung) 1.609.011,00 Jumlah 270.888.257,83 Sumber: Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan BPK RI, 2015 5

Badan Pemeriksa Keuangan RI (2015) menyatakan bahwa temuan PNBP merupakan permasalahan bentuk ketidakpatuhan satuan kerja pengelola PNBP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, belum memadai pendataan dan pemantauan atas potensi PNBP pada setiap kementerian/lembaga, belum mengimplementasikan sistem informasi PNBP secara memadai dan kesalahan administrasi berupa PNBP yang disetor salah MAP/akun. Temuan PNBP ini menunjukkan pengelolaan PNBP pada kementerian/lembaga secara umum masih belum optimal khususnya Mahkamah Agung dan Badan Peradilan dibawahnya. Apabila temuan ini tidak ditindaklanjuti oleh kementerian/lembaga maka akan berdampak terhadap penurunan kualitas atas penilaian hasil evaluasi LAKIP dan penurunan tingkat kualitas opini laporan keuangan kementerian/lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan temuan yang berkaitan dengan PNBP perlu dicermati yaitu meski pun opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Mahkamah Agung telah memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dan Laporan Hasil Evaluasi LAKIP dari MenPAN RB memperoleh predikat A, tetapi dari sisi kinerja khususnya kinerja pada pengelolaan PNBP belum optimal dan masih harus diperbaiki dan ditingkatkan. Upaya peningkatan kinerja dan perbaikan pengelolaan PNBP sangat dipengaruhi oleh peran pimpinan baik di tingkat pusat maupun satuan kerja pengadilan di daerah. Menurut Mahoney (1963) dalam Suwardiman (2016) kinerja para manajer atau pimpinan dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan. 6

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial diantaranya kompetensi sumber daya manusia. Sumber daya manusia memiliki peranan dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu pegawai yang mengelola PNBP dituntut untuk mempunyai kompetensi yang dinilai dari pengetahuan yang dimiliki, keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan prilaku aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan peraturan. Faktor kedua komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan dimana pegawai merasa terikat oleh organisasi dan ingin mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi tersebut serta mengabdikan diri untuk kepentingan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan bekerja penuh dedikasi dan akan menyokong keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Faktor yang lain adalah sistem pengendalian intern. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efesien, keandalan pelaporan keuangan pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Jika sistem pengendalian intern dalam pelaksanaannya lemah maka pengelolaan keuangan negara tidak tertib, transparan dan akuntabel. Temuan oleh BPK RI dalam pengelolaan PNBP salah satu bentuk kelemahan dalam sistem pengendalian intern sehingga berdampak menurunnya kinerja organisasi. 7

Faktor selanjutnya adalah pemanfaatan teknologi informasi. Teknologi informasi digunakan untuk mengolah data yang menghasilkan informasi. Pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan efesiensi, efektifitas, komunikasi dalam melaksanakan operasional dan meningkatkan kinerja. Dalam pengelolaan PNBP untuk menandaklanjuti saran perbaikan dari Badan Pemeriksa Keuangan RI (2015) dalam temuan PNBP adalah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Elektronik Peraturan Menteri Keuangan tersebut bertujuan untuk meminimalisir permasalahan PNBP berupa terlambat/belum setor, kurang/tidak pungut PNBP sehingga mengharuskan setiap kementerian/lembaga termasuk satuan kerja di bawahnya untuk memfasilitasi organisasinya dengan perangkat elektronik dan teknologi informasi karena diwajibkan memiliki sistem informasi yang terhubung secara online dengan Sistem Penerimaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintahan. Dalam penelitian Suwardiman (2016) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja Pengadilan Agama di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali. Hasil penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasional, pemanfaatan teknologi informasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP, namun sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP. Dewi et al. (2015) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintah daerah pada SKPD Kabupaten Bangli. Penelitian tersebut 8

menghasilkan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan partisipasi penyusunan anggaran, kualitas sumber daya manusia, sistem pengendalian intern pengawasan fungsional dan penerapan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintah daerah. Penelitian oleh Rofika dan Ardianto (2014) meneliti pengaruh pemanfaatan teknologi informasi, kompetensi aparatur pemerintah daerah yang dilakukan pada SKPD Kabupaten Kuantan Singigi di Provinsi Riau. Hasil penelitian bahwa teknologi informasi dan kompetensi aparatur daerah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Abdullah dan Arisanti (2010) meneliti pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja organisasi yang dilakukan pada kantor wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bengkulu. Penelitian ini menghasilkan bahwa komitmen organisasi mempunyai hubungan yang lemah dan tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Nasir dan Oktari (2010) meneliti pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern terhadap kinerja instansi pemerintah. Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Kabupaten Kampar Riau. Hasil penelitian ini adalah pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah, namun pengendalian intern memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Supriyatno (2010) meneliti mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada pemerintahan Kota Denpasar. Hasil penelitian adalah komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada pemerintahan Kota Denpasar. 9

Dari penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil penelitian (research gap). Penelitian ini merupakan pengembangan/replikasi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang membedakan adalah daerah yang berbeda, waktu yang berbeda dan satuan kerja yang berbeda. Pada penelitian ini menggabungkan penelitian sebelumnya yaitu dari pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial. Pertama, faktor-faktor yang diharapkan dapat mempengaruhi kinerja manajerial adalah faktor kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasi, sistem pengendalian intern dan pemanfaatan teknologi informasi. Kedua, pemilihan variabel sistem pengendalian intern dan teknologi informasi dilatarbelakangi karena adanya unsur temuan terkait fenomena yang diungkap yaitu terdapat kelemahan pada sistem pengendalian intern yang menurunkan kinerja organisasi dan saran dari Badan Pemeriksa Keuangan RI (2015) untuk meminimalisir temuan PNBP sehingga diterbitkan PMK Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Elektronik. Ketiga, permasalahan pengelolaan PNBP menjadi isu nasional sejak 2012-2015 dikarenakan PNBP sebagai sumber penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak. Hal ini menjadikan PNBP sebagai sumber alternatif untuk penerimaan negara karena potensi penerimaannya cukup tinggi namun belum maksimal dikarenakan sebagian besar kementerian/lembaga yang melakukan pungutan PNBP tidak melakukan pungutan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan argumentasi di atas, penulis tertarik meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 10

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 2. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat 3. Bagaimana pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 4. Bagaimana pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empirs pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 2. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 11

3. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 4. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja manajerial pengelolaan PNBP pada satuan kerja pengadilan di Sumatera Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian seperti tersebut diatas dapat diwujudkan, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi dan bahan masukan bagi pimpinan dalam mengevaluasi sistem pengelolaan PNBP lembaga pengadilan baik dari segi sumber daya manusia, komitmen organisasi, sistem pengendalian intern, dan pemanfaatan informasi teknologi untuk meningkatkan kinerja lembaga pengadilan dalam pencapaian optimalisasi PNBP. 2. Secara kebijakan diharapkan dapat memberikan gambaran sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan maupun standar operating prosedur (SOP) bagi pimpinan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya bawahnya dalam rangka pengelolaan PNBP yang lebih baik lagi dengan cara tertib administrasi. 3. Memperkuat penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kinerja manajerial pengelolaan PNBP dan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang tertarik dengan bidang kajian ini. 12

1.5 Sistematika Penulisan berikut: Sistematika penulisan dari penelitian ini disajikan dalam 5 bab sebagai BAB I : PENDAHULUAN Berisikan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan kajian landasan teori yang berisikan teoriteori dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian serta hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan desain penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisikan ini menjelaskan yang berupa deskriptif penelitian, uji hipotesis, pembahasan penelitian, dan implikasi penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian. 13