BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Depdiknas,

Andrian Rustaman Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA BKPAP UPI

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

ANALISIS KESESUAIAN MATERI INSTRUMEN EVALUASI DENGAN INDIKATOR PADA RPP MATERI PLANTAE DAN SISTEM EKSKRESI DI SMA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional,

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

1. PENDAHULUAN. Proses pendidikan di Indonesia terus mengalami reformasi demi. perubahan yang lebih baik. Dalam rangka pembaharuan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

BAB I PENDAHULUAN. guna menciptakan mutu pendidikan yang baik. Undang-Undang RI. Nomor 14 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal 1 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

KESESUAIAN INSTRUMEN EVALUASI DENGAN MATERI PLANTAE YANG DIAJARKAN GURU DI SMA BANDUNG. Dosen Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau 2

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

PENDIDIKAN PROFESI GURU: IMPLIKASI DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 KAMIN SUMARDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. I PENDAHULUAN

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007), dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia menegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Guru memegang tanggung jawab penting dalam mengorganisir proses pembelajaran di kelas agar sesuai dengan tujuan nasional pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional. Pendidik profesional yang dimaksud adalah pendidik yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Depdiknas, 2005; Depdiknas, 2008). Guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensti tertentu serta sertifikat sebagai pendidik. Kualifikasi akademik minimal bagi guru pada setiap satuan pendidikan jalur formal adalah diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1). Kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Bagi seorang guru, kompetensi profesional yang meliputi kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi

2 penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi harus dikuasai. Berkaitan dengan hal tersebut, Rustaman (2005) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di tingkat sekolah, faktor guru memegang peran penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermutu dan bermakna. Terdapat tiga tugas utama guru dalam proses pembelajaran, yaitu (1) membuat persiapan pembelajaran, (2) melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan (3) melakukan evaluasi pembelajaran dan memanfaatkan umpan balik. Ketiga tahapan tersebut merupakan satu kesatuan, saling tergantung, saling berpengaruh, dan memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan bergulirnya KTSP, guru diberikan kesempatan melakukan improvisasi terhadap kurikulum yang akan diterapkannya. Dalam hal ini para guru diberi kebebasan dan keleluasaan untuk menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD) yang ditetapkan secara nasional menjadi perangkat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah dan daerah masingmasing (Mulyasa, 2006). Dengan adanya otonomi ini, mengakibatkan adanya keberagaman perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar oleh guru-guru dalam mencapai SK atau KD tertentu. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi merupakan komponen penting dari proses pembelajaran dan telah ditetapkan standar nasional tentang tuntutan bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam mengevaluasi siswa. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar, pengetahuan tentang evaluasi yang merupakan syarat dalam mengindikasi efektivitas pembelajaran. Kemampuan guru menilai belajar siswa akan memiliki dampak besar berupa pengetahuan tentang seberapa baik siswa berhasil. Evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan rata-rata kerja siswa dalam mengerjakan evaluasi yang diberikan guru.

3 Adanya perbedaan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar oleh masing-masing guru di kelas ini menimbulkan pertanyaan yang cukup mendasar yaitu Apakah evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru-guru khususnya guru biologi telah sesuai dengan proses pembelajaran dan tututan SK atau KD?. Pertanyaan ini penting mengingat arahan Depdiknas (2006) bahwa Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran tergantung pada interaksi komponen penyusunnya yang terdiri atas guru sebagai fasilitasor, siswa dan materi pelajaran. Masing-masing komponen akan saling berinteraksi berdasarkan hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan dalam mengkonstruksi pengetahuan (Siregar, 1993) Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam menyajikan suatu materi pelajaran kepada siswa agar konsep yang diperoleh siswa sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga materi tersebut mudah dipahami (Siregar et al., 1993). Senada dengan hasil penelitian Sudrajat dalam Ibrahim (2009) yang mengungkapkan bahwa metode dan pendekatan saja tidak cukup untuk menjadikan suatu materi mudah dipahami tanpa terlebih dahulu mengetahui strutur materinya, walaupun penentuan metode dan pendekatan berasal dari pengorganisasian materi subjek. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyajian materi yang sistematis akan membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara optimal, dengan begitu penilaian bisa dilakukan dengan maksimal. Evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk

4 meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan sekedar untuk penentuan skor (grading). Oleh karena itu asesmen dimaksudkan sebagai suatu strategi dalam pemecahan masalah pembelajaran melalui berbagai cara pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk pengambilan keputusan (tindakan) berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Cole & Chan, 1994). Bila evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran, maka hal ini akan berkontribusi secara nyata terhadap kegiatan belajar seluruh siswa. Terkadang asesmen terfokus pada tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa, namun ada yang lebih penting dari itu. Asesmen bukan sekedar tes di akhir pembelajaran untuk mengecek bagaimana siswa bekerja dalam kondisi tertentu, namun harus terlaksana pada saat pembelajaran berlangsung untuk memberi informasi kepada guru dan memandunya dalam menentukan tindakan mengajar dan membelajarkan siswa. Secara umum evaluasi memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Pengetahuan tentang hasil belajar siswa terkait dengan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Sementara itu, hasil mengajar guru terkait dengan sejauh mana guru sebagai manajer belajar siswa, dalam hal merencanakan, mengelola, memimpin, dan mengevaluasi. Tujuan utama dari asesmen menurut Clarke (1996) untuk memodelkan pembelajaran yang efektif, memotitor perkembangan kemampuan siswa, dan menginformasikan tindakan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari peran asesmen. Melalui asesmen guru agar terpandu menentukan metode atau pendekatan yang harus dilakukan agar pembelajaran efektif dan memiliki nilai tambah bagi siswa. Proses untuk mendapatkan pembelajaran efektif akan ditemukan melalui pengamatan dan refleksi dari kegiatan yang dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan melalui berbagai teknik asesmen dijadikan acuan untuk menentukan jenis dan bentuk tindakan pembelajaran. Penilaian harus dilakukan setiap guru untuk mengukur kemampuan siswa, Uno (2012) menjelaskan fungsi penilaian pendidikan bagi guru adalah (1)

5 mengetahui kemajuan belajar peserta didik, (2) mengetahui kedudukan masingmasing individu peserta didik dalam kelompoknya, (3) mengetahui kelemahankelemahan cara belajar-mengajar dalam PBM, (4) memperbaiki proses belajarmengajar dan (5) menentukan kelulusan murid. Sementara itu, ujian nasional sebagai alat evaluasi standar kompetensi lulusan sekaligus sebagai pengendali mutu pendidikan nasional dilakukan terhadap siswa didasarkan pada pencapaian kompetensi dasar yang ada dalam standar isi pada tiap bidang keilmuan. Uraian tersebut mengisyaratkan bahwa SK atau KD masih menjadi patokan untuk mengukur keberhasilan siswa di Sekolah. Artinya evaluasi hasil belajar siswa sudah seharusnya dikembangkan sesuai dengan pembelajaran dan tuntutan SK atau KD. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmat et al (2008) menunjukan bahwa ada beberapa konsep dalam pembelajaran biologi dianggap sulit oleh siswa SMA di jawa barat termasuk Bandung dan konsep tersebut termasuk Plantae dan Sistem Ekskresi. Rahmat et al, (2010), menjelaskan bahwa konsep pembelajaran merupakan prioritas kebutuhan guru untuk peningkatan kualitas profesi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) yang dilakukan oleh Dirjen Dikti Kemendiknas tahun 2011, yang menunjukkan bahwa konsep yang dianggap sulit oleh siswa dan guru selalu jadi permasalahan. Materi kelas X tentang Plantae yang tertuang dalam KD 3.3 (Mendeskripsikan ciri ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi) serta materi kelas XI tentang Sistem Ekskresi yang tertuang dalam KD 3.5 ( menjelaskan keterkaitan atara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan, misalnya pada ikan dan serangga) merupakan sebagian dari materi yang dianggap sulit oleh siswa dan memiliki cakupan materi yang cukup luas. Tingkat ketercapaian kompetensi akan diketahui dengan cara melakukan evaluasi terhadap siswa setelah semua kompetensi dasar yang ada dalam standar isi mereka pelajari, yang harus dilihat bagaimana kesesuaian instrumen evaluasi yang diberikan kepada siswa dengan tuntutan kompetensi dasar dan proses

6 pembelajaran di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kesesuaian instrumen evaluasi hasil belajar biologi dengan tuntutan kompetensi dasar di SMA kota Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah Kesesuaian Materi Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Biologi dengan Tuntutan Kompetensi Dasar Di SMA Kota Bandung?. C. Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimanakah kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan indikator pada RPP? 2. Bagaimanakah kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan materi yang terkandung dalam kompetensi dasar? 3. Bagaimana kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan materi yang disampaikan guru selama proses pembelajaran di kelas? 4. Bagaimanakah ranah kognitif pada setiap instrumen evaluasi (pertanyaan proses pembelajaran, soal latihan/tugas dan soal ulangan)? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut: Tujuan khusus: a. Mendeskripsikan kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan indikator pada RPP Di SMA Kota Bandung. b. Mendeskripsikan kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan materi yang terkandung dalam kompetensi dasar Di SMA Kota Bandung.

7 c. Mendeskripsikan kesesuaian materi instrumen evaluasi dengan materi yang disampaikan guru selama proses pembelajaran di kelas Di SMA Kota Bandung. d. Mendeskripsikan ranah kognitif pada setiap instrumen Evaluasi (pertanyaan proses pembelajaran, soal latihan/tugas dan soal ulangan)? Tujuan umum: Mendeskripsikan kesesuaian materi instrumen evaluasi hasil belajar biologi dengan tuntutan kompetensi dasar di SMA kota Bandung. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermafaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat bagi guru a. Bahan evaluasi bagi guru tentang sejauhmana kesesuaian instrumen evaluasi yang dipakai dalam mengukur kemampuan siswa dengan tuntutan kompetensi dasar dan proses pembelajaran di kelas. b. Bahan evaluasi bagi guru dalam menyusun instrumen evaluasi yang sesuai dengan kompetensi dasar. 2. Manfaat sekolah Memberikan informasi kepada sekolah tentang kesesuaian instrumen evaluasi dengan tuntutan kompetensi dasar dan proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru. 3. Manfaat bagi Pemerintah; Memberikan informasi penjelasan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian standar kompetensi lulusan siswa. 4. Bagi peneliti: diharapkan dapat (a) memberikan pengalaman menulis sebagai calon pendidik; (b) menambah wawasan mengenai pembelajaran dan evaluasinya di sekolah; (c) sebagai wahana aplikasi pengetahuan dan keterampilan selama menempuh pendidikan.

8 F. Batasan Masalah Agar fokus penelitian ini terarah, maka dibuat batasan penelitian sebagai berikut: 1. Analisis instrumen yang dilakukan pada materi yang ditanyakan pada proses pembelajaran atau yang diujikan pada soal latihan/tugas dan soal ulangan. 2. Standar isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar isi yang tertuang pada PERMENDIKNAS No. 22 tahun 2006. 3. Penelitian ini memilih materi Plantae dan Sistem Ekskresi yaitu pada salah satu KD yang dimuat dalam standar isi Permendiknas 2006 materi kelas X yaitu KD 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi dan materi kelas XI KD 3.5 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga). 4. Instrumen evaluasi hasil belajar yang dianalisis berupa pertanyaan guru pada proses pembelajaran, dokumen soal berupa soal latihan/tugas dan soal ulangan dan pertanyaan yang ada pada LKS yang digunakan guru untuk mengukur keberhasilan siswa pada materi Plantae dan Sistem Eskresi. 5. Proses pembelajaran yang diobservasi yaitu materi Plantae dan materi Sistem Ekskresi, seluruh pertanyaan guru pada proses pembelajaran dianalisis dan dikaji merujuk pada standar proses dan proses pembelajaran di kelas.