KASMARAN Dan pelukan itu. Langsung ke sanggar, Ki?, Khasmir dengan tas menggantung di punggung, tampan dan nyaris sempurna. Tubuh tinggi, kulit coklat matang, tatap matanya tajam elang. Hari masih panas. Beberapa butir keringat menetes pelan di pipi Khasmir. Disekanya dengan saputangan yang baru saja diambil dari saku celana. Aku lagi males Mir Kirani melompat lompat. Berputar putar. Khasmir senyum di sudut. Mata elangnya mendadak sayu. Berjalan bersama di antara batang batang palm. Satu dua kupu kupu meloncat. Berterbangan. Beberapa anggrek menggantung.ungu. Khasmir dan Kirani berjalan melewati siswa siswa bergerombol. Bel pulang telah berlalu lima belas menit yang lalu. Namun banyak di antara siswa yang tak beranjak pulang.
Ini festival besar. Kita memperebutkan tiket ke Jepang. Kalau kita punya peluang ke Jepang secara gratis, kita mesti kejar. Kenapa enggak? Kirani berhenti, menatap kupu kupu. Tangannya bergerak, jari jarinya menggapai anggrek. Bergerak, mencium lembut. Betapa sebenarnya ia mulai malas berlatih. Padahal ia tau betul festival ini sangat berarti. Bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk Khasmir dan seluruh SMA. Aku ada olimpiade fisika, suaranya nyaris tak terdengar Aku ada olimpiade kimia. Kita sama Tapi kamu pinter.. aku enggak Kamu jago fisika, jago main teater Kamu jago kimia, jago basket, pemain teater terbaik. Hebat kamu kan? Kembali melangkah. Setengah berlari menaiki anak tangga. Jari menggenggam ikat pinggang Khasmir yang melangkah di depannya. Sampai di madding depan ruang redaksi majalah langkah berhenti. Beberapa siswa 2
bergerombol. Photo berpeluk dengan Khasmir dalam adegan pergelaran teater itu terpampang besar. Diego sang photografer sengaja memamerkan hasil jepretannya. Kirani menutup mata rapat rapat, Khasmir hanya melirik sesaat. Tersenyum geli. Kirani adalah pasangan tetap setiap bermain teater. Teman di sanggar seni menyebut pasangan sejati. Khasmir pandangi rambut Kirani yang jatuh lurus sampai pinggang, ada getar lembut bermain main di dadanya. Sejenak Kirani memutar tubuh hendak lari tapi tubuhnya membentur. Langkahnya terhenti. Pak Hans guru fisika itu tiba tiba sudah ada di belakangnya berbaur melihat photo photo pergelaran teater. Sejenak pak Hans berpandangan.. kemudian berlalu Kirani termangu. Kecewa menyesal. Mir!, Kashmir hanya menoleh Photo kita, bisakah tidak di pasang? Yang mana? Tanya Khasmir Pelukan. Bisa di ambil sekarang kan? 3
Tergantung Die. Kenapa? Keberatan?Alah.. paling juga Enggak enggak cuma photo itu. Malu aku dilihat pak Hans Benerkan? memang kenapa dengan pak Hans? Enggak... Cuma nggak enak Nanti aku kasih tau Die. Tapi nggak janji, Khasmir meninggalkan madding, Kirani mengejar Kamu nggak tersinggung, kan? Aku cuma.., Malu sama pak Hans? Kamu tersinggung?, Kirani merasa bersalah Enggak,.kenapa tersinggung? Tapi aku merasa kamu tersinggung Aku bilang enggaaak. Ki Berjalan menuju ruang ganti. Berdua setengah berlari. Tiba tiba langkah Kirani terhenti. aku nggak usah ganti. Aku nanti hanya ijin kak rike 4
mau kemana?, Khasmir menghentikan langkah. Aku ingin keluar dari teater?, keluh Kirani Apaan sih? Bener Karena pak Hans, kan? Kok tau? Setelah dua bulan latihan? Setelah kita semua yakin bisa pentas di Jepang? Lantas kamu keluar? Kamu ngerti perasaan yang lain, nggak sih?pokoknya nggak bisa Photo pelukan itu.. bisa nggak di ambil sekarang? Cuma itu yang ada di otakmu aku nggak enak sama pak Hans tapi pak Hans enak lihat kamu main teater. Nggak percaya? Tanya saja Khasmir diam menatap berbalut resah. Memaksa sedikit tersenyum lantas pergi. Kecewa. Kirani memalingkan muka. Menatap kijang silver pak Hans yang 5
terparkir di halaman. Berharap pak Hans keluar dari pintu mobil menyembul membetulkan dasi. Lantas menatapnya.. sekilas betapa nikmatnya Pak Hans. Pak Hans. Ku mau sepanjang hari menikamati senyummu I love you, pak Namanya Hanani Hamzah. Orang hanya memanggil dengan sebutan pak Hans. Usianya duapuluh delapan tahun. Tubuhnya tinggi jangkung. Kulitnya putih bersih. Kumisnya tumbuh halus indah. Dagunya membiru, saat bicara nampak kemerah merahan seperti ada genangan darah di balik kulitnya. Ada peranakan Menado dan Cina. Orientalis amat.. Setiap pagi Kirani suka berdiri di pos satpam hanya untuk melihat pak Hans melintas dengan kijang sivernya itu. Keluar..Setelah menutup pintu mobil, Kirani tau, pak hans selalu membetulkan dasi sebelum menolehnya. lantas berpandangan sesaat menebar senyum kemudian berlalu. 6
Tapi sore ini Pak Hans tidak sekedar menoleh. Dia benar benar berdiri. Menikmati Kirani menari. Tubuhnya lentur memukau. Senyum manisnya terus mengembang menyapa pak Hans dari balik jendela. Matanya indah melompat lompat di balik bulu mata yang indah mengeliat. Pak Hans hanya berdiri sejenak saat melintas sekilas menuju ruang kelas fisika. Setelah latihan usai, bergegas Kirani keluar berlari meninggalkan sanggar seni menuju ruang kelas pak Hans. Khasmir hanya bisa memandangnya termangu di pintu sanggar hampir tak mengerti. Kecewa.. cemburu. Baru kembali ke ruang sanggar ketika Adelia menepuk pundak kirinya. Peserta Binbel sudah keluar kelas ketika Kirani datang. Perlahan memasuki ruangan. Matanya berbinar binar, Pak Hans menarik nafas panjang. Ini bukan kelas karantina, Ki. Masih besok, sapa pak Hans ketika Kirani. memasuki ruangan Saya tau, pak 7
Ada kesulitan untuk soal soal olimpiademu? Enggak, pak Kalau ada kesulitan, telpon saja Memang boleh? Sekali lagi pandang mereka beradu. Pak Hans senyum datar Kirani membayangkan adegan teater yang diperankannya bersama Kashmir. Ia berharap ada adegan itu. Pak Hans datang menghampirinya dengan senyum manis. Dipagutnya sebatang mawar dari vas. Ditimangnya, pandang sendu ke mata Kirani. Bunga mawar itu ditimang timangnya. Saling berpandang. Senyum Kirani merekah. Ada apa Ki? Melamun? Bapak pintar saya menyukainya Terima kasih. Ki Bapak baik, saya menyukainya Terima kasih, Ki Pak Hans tersenyum. Ia tau betul itu adalah dialog drama yang dimainkan Kirani dan Khashmir saat 8
pergelaran di Taman Budaya. Pergelaran dengan tajuk Panggil Aku Saskia, Lakon yang bertutur tentang gadis yang jatuh cinta pada laki laki yang lebih tua itu begitu membekas bagi Kirani. Khasmir yang berusia tujuh belas tahun harus memerankan bapak bapak berusia 40 tahun dan ia memainkan dengan luar biasa. Pergelaran yang luar biasa itu juga bertepatan dengan ulang tahun Kirani dan kebetulan juga Pak Hans menontonnya. Pak Hans tersenyum dia telusuri wajah cantik Kirani. Kamu menyukai adegan itu,kan? Setiap adegan itu hidup saya. Di tempat itulah saya sangat berarti Kamu tidak bahagia, Ki? Rugi dong pak, kalau saya nggak bahagia. Saya bahagia, meski terasa sepi. Tak ada siapa siapa di rumah, kecuali aku dan mbok Yem. Dan bagi mbok Yem hanya melayaniku, baginya aku bukan apa apa dan siapa siapa. Sekali lagi pak Hans tersenyum. Amat manis 9
Kembali kirani diam. Menatap mata indah guru fisika itu. Menelusur setiap bukit dan lembah di wajah itu. Seperti ada gelombang besar di dadanya. Menghantam keras. Teman temanmu menunggu di sanggar. Hari ini kamu harus latihan, kan? Bapak tidak keberatan saya main teater? Pak Hans menggeleng Kenapa bapak tidak keberatan? Karena itu duniamu, bagaimana mungkin bapak keberatan Bapak tidak cemburu, saat saya berpeluk dengan Kashmir? Pak Hans pandangi wajah Kirani. Putih. Rambut hitam panjangnya diekor kuda menjuntai menyentuh punggung. Ada tahi lalat mungil di sudut bibir atasnya. Simbar rambut halusnya lembut menyentuh keningnya. Sungguh amat sempurna. Agak ragu Pak Hans menggelengkan kepala. Kelas sepi, tapi tidak dengan hati mereka. 10
Kenapa bapak tidak cemburu? Berdiri pak Hans memungut buku di atas meja lantas di masukkan tas besarnya. Kirani menghampiri. Karena Khasmir adalah sahabatmu Saya pikir bapak cemburu adegan itu Kamu cantik, baik, semua orang pasti menyukaimu. Bapak suka jika semua orang menyukaimu. Bapak sangat suka jika semua orang mencintai kamu. Gadis secantik kamu, tak boleh dimonopoli satu orang. Jika segera ke sanggar, pergi saja. Khasmir juga yang lain menunggu. Soal soal fisika bisa kamu kerjakan malam hari. Sampai ketemu besok di kelas karantina.. Selamat sore, Ki Kirani pandangi laki laki itu. Apa yang salah?. Laki laki itu menebar senyum sambil menyentuh pundak Kirani lantas pergi. Pak.aku.. 11
12