BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Pustaka. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan terhadap pola kehidupan sosial,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sumber Penerimaan Daerah dalam Pelaksanaan Desentralisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. "dengan pemerintahan sendiri" sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah"

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maimunah (2006) pengertian flypaper effect adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu tentang Pengaruh Fiscal Stress terhadap Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Umum, Dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah, dan flypaper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelimpahan wewenang pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat kepada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

FENOMENA FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) (Yuwono, 2008: 85).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ketentuan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II KAJIAN TEORITIS. Menurut Mardiasmo (2002: 132), pendapatan asli daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan, sosiologi, organisasi. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pendapatan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan disebutkan bahwa Pendapatan Daerah bersumber dari: a. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1) Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah guna kemakmuran rakyat. Wewenang pungutan pajak daerah berada di tangan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola daerah ada dua jenis: a) Pajak Provinsi, terdiri dari: i. Pajak kendaraan bermotor. ii. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor. iii. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. iv. Pajak air permukaan. 12

13 v. Pajak rokok. b) Pajak Kabupaten atau Kota, terdiri dari: i. Pajak hotel. ii. Pajak restoran. iii. Pajak hiburan. iv. Pajak reklame. v. Pajak penerangan jalan. vi. Pajak mineral bukan logam dan batuan. vii. Pajak parkir. viii. Pajak air tanah. ix. Pajak sarang burung wallet. x. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. xi. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. 2) Retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Objek retribusi daerah ada tiga yaitu: i. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan.

14 ii. Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. iii. Retribusi perizinan usaha adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari: i. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/bumd. ii. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/bumn. iii. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

15 4) Lain-lain PAD yang sah Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: i. Hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan. ii. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. iii. Jasa giro. iv. Bunga deposito. v. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi. vi. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. vii. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanan pekerjaan. viii. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi. ix. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan. x. Pendapatan dari pengembalian. xi. Fasilitas sosial dan faslitas umum. xii. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. xiii. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

16 b. Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 1) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen (dua puluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. Dana Alokasi Umum suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal ( fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah ( fiscal capacity). Undang-Undang menegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel Dana Alokasi Umum. Alokasi bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi Dana Alokasi Umum relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi Dana Alokasi Umum relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi Dana Alokasi Umum sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

17 2) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Pemerintah menetapkan kriteria Dana Alokasi Khusus meliputi: i. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. ii. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. iii. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian negara/departemen teknis. 3) Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: i. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). ii. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). iii. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

18 Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya berasal dari: i. Kehutanan. ii. Pertambangan Umum. iii. Perikanan. iv. Pertambangan minyak bumi. v. Pertambangan gas bumi. vi. Pertambangan panas bumi. c. Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain pendapatan yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD. 2. Belanja Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menjelaskan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

19 kewenangan provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari: a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan yang meliputi kewenangan pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. b. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara, digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari: pelayanan umum; ketertiban dan keamanan; ekonomi; lingkungan hidup; perumahan dan fasilitas umum; kesehatan; pariwisata dan budaya; agama; pendidikan; serta perlindungan sosial. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja

20 modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. 3. Flypaper Effect Menurut Vegh and Vuletin (2015), flypaper efect secara luas didokumentasikan sebagai peraturan dalam keuangan publik yang memegang kecenderungan pemerintah daerah untuk menghabiskan dana transfer lebih tinggi dari pada menghabiskan pendapatannya sendiri. Transfer yag diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diberikan berdasarkan jangka waktu tertentu. Selama periode tersebut, penerimaan transfer mulai meningkat sehingga ada beberapa pihak tertentu yang memperoleh keuntungan. Fenomena flypaper effect terjadi tidak signifikan karena perilaku pemerintah daerah yang cenderung untuk menghindari risiko diantaranya kesulitan dan kerugian dalam penggunaan transfer. Flypaper effect dianggap sebagai suatu keanehan dalam perilaku yang sulit untuk dirasionalkan, dimana pemerintah daerah menggunakan transfer yang mereka terima dari pemerintah pusat untuk meningkatkan pengeluaran daerah yang mana tidak konsisten dengan teori ekonomi (Hines & Thaler, 1995). Peneliti terdahulu menggunakan berbagai pendekatan untuk menjelaskan perilaku pemerintah daerah dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, baik dana yang bersumber dari transfer pemerintah pusat ataupun dari pendapatannya sendiri. Beberapa peneliti menemukan bahwa respon pemerintah daerah berbeda untuk transfer dan pendapatan sendiri seperti pajak. Artinya, ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang ditimbulkannya

21 berbeda dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah terutama pajak daerah. Ketika respon belanja daerah lebih besar terhadap dana transfer dari pada pendapatan asli daerahnya, maka disebut dengan flypaper effect (Oates,1999). B. Perumusan Hipotesis 1. Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Lalvani (2002) dalam penelitiannya menggambarkan tes empiris mengenai flypaper effect untuk perekonomian di India. Penelitian ini juga menguji hipotesis asimetri yang terlihat pada dampak pengurangan dana bantuan. Penelitian dilakukan secara terpisah selama dekade 1980an (1980-1981 sampai 1989-1990) dan 1990an (1991-1992 sampai 1997-1998). Teknik yang digunakan Pooled cross-section time series dengan menggunakan prosedur Generalized Least Squares (GLS). Hasil yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa flypaper effect tetap ada. Penelitian ini juga menemukan bahwa selama periode pengurangan dana bantuan, pemerintahan negara bagian mengelola program belanja mereka melalui peningkatan penerimaan pajak mereka sendiri. Ini menyatakan bahwa dana bantuan dari pusat memberikan dampak yang tidak mendorong dan dapat menjadi suatu alasan bahwa pemerintahan negara bagian tidak memanfaatkan pajak potensial mereka secara penuh. Amril, Erfit, Safari (2015) melakukan penelitian flypaper effect pada kinerja keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, dimana kinerja keuangan ini diukur melalui 2 varibel dependent yaitu belanja modal dan belanja operasional. Sedangkan intuk varibel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

22 dana bagi hasil, dana alokasi, tarif pajak lokal, pendapatam perkapita serta variabel dummy untuk membedakan otonomi dan desentralisasi fiskal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik belanja modal maupun belanja operasional telah terjadi flypaper effect di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: 1= Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah 2. Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah Baskaran (2012) membahas mengenai flypaper effect yang terjadi di negara bagian Hesse Jerman. Penelitian ini diteliti dalam kurun waktu 2001-2010 dengan menggunakan variabel independennya adalah pendapatan transfer perkapita dan variabel kontrolnya adalah populasi. Hasil penelitian ini adalalah peneliti menemukan bukti yang kuat bahwa benar terjadi flypaper effect di negara bagian Hesse Jerman. Sour (2013) ingin membuktikan terjadinya flypaper effect di Kotamadya Mexico. Hasil dari penelitian ini yang menggunakan data panel dengan kurun waktu 1990-2007 adalah tebukti terjadi flypaper effect di Mexico, dengan mengingkatnya belanja yang diperoleh dari pendapatan transfer. Melo (2002) menganalisis flypaper effect pada belanja daerah sektor publik Kolumbia dengan mempertimbangkan perbedaan struktur kelembagaan. Analisis dilakukan dengan penggunaan alternatif dan model data panel fungsional format. Data yang digunakan berasal dari Pusat data bank pusat Kolumbia periode 1980

23 sampai 1997. Hasilnya menyatakan bahwa ketika entitas pemerintah daerah sangat bergantung terhadap transfer, koefisien asimetri signifikan secara statistik, dimana pemerintah daerah menutup pengurangan transfer dengan menggunakan sumber pendapatan yang lain. Masdjojo dan Sukartono (2009) menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah, serta menganalisis flypaper effect Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Dana Perimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil. Penelitian ini dilakukan dalam periode waktu 2006 hingga 2008, dengan obyek penelitian sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang telah menyampaikan Laporan Keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh positif signifikan terhada Belanja Daerah, sementara Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhada Belanja Daerah. Hasil perbandingan uji statistic t, sig, Korelasi dan Koefisien Determinasi dari variable Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah adalah lebih besar daripada nilainilai statistic Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah Jawa Tengah. Sasana (2010) mengidentifikasi pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah provinsi di Indonesia dan mengidentifikasi terjadi atau tidaknya flypaper effect pada belanja daerah provinsi di Indonesia. Penelitian menggunakan data panel yang menggabungkan times series dan cross section. Penelitian dilakukan selama 4 tahun dan sampel

24 yang digunakan sebanyak 33 Provinsi di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah serta terdapat fenomena flypaper effect dalam kinerja pemerintah provinsi, yang ditunjukkan oleh lebih besarnya pengaruh DAU dibandingkan dengan PAD terhadap belanja daerah. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: 2= Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah 3= Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah 4= Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah 3. Fenomena Flypaper Effect pada Belanja Daerah Gennari and Messina (2014) menganalisis terjadinya flypaper effect di Italia selama kurun waktu 8 tahun. Penelitian ini menggunakan total pengeluaran belanja sebagai variabel dependen, dana transfer dan pendapatan bersih sebagai variabel independent, serta variabel kontrol. Variabel kontrol di penelitian ini terdiri dari populasi (POP), umur daerah dengan kriteria kurang dari 10 tahun dan lebih dari 65 tahun (DEP), pemekaran wilayah (SUR), tingkat pendidikan penduduk (EDU), degree of altimetry (ALT), variabel dummy untuk ibu kota provinsi (TYPE), varaibel dummy untuk kota yang menjadi daerah istimewa (STAT), siklus politik (CYCLE), Lamanya menjabat (TERM), koalisi partai politik (COMP). Penelitian ini menggunakan data panel analysis, dengan sampel

25 8000 kota madya dari tahun 1999 hingga tahun 2006. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa di kota madya Italia terjadi fenomena flypeper effect. Penelitian Melo (2002) menunjukkan bahwa (1) dengan mempertimbangkan perbedaan struktur kelembagaan ditemukan flypaper effect pada transfer antar pemerintah dimana pendapatan daerah sangat tergantung pada transfer antar pemerintah. Khususnya, ketika transfer lebih dari 50%, transfer antar pemerintah cenderung merangsang belanja publik lokal dibanding peningkatan dalam pendapatan regional, (2) flypaper effect sangat sensitif terhadap spesifikasi dari belanja daerah, (3) analisis asimetri dalam reaksi terhadap transfer antar pemerintah menunjukkan bahwa pengurangan transfer per kapita secara nyata menyebabkan pengurangan dalam belanja publik daerah. Cardenas dan Sharma (2011) membahas mengenai fenomena flypaper effect di Mexico dalam kurun waktu 1993-2005. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sekitar 48 persen kota di Mexico, dimana hasilnya telah terjadi flypaper effect di kota Mexico. Dampak yang terjadi adalah penurunan kesejahteraan ekonomi masyarakat di kota Mexico. Iskandar (2012) dimana penelitiannya membahas menganai pengaruh unconditional grants, pendapatan asli daerah, dan PDRB terhadap belanja daerah serta keungkinan terjainya flypaper effect. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah unconditional grants dan PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah, sedangkan PDRB berpengaruh signifikan negatif terhadap belanja daerah. Oleh karena nilai koefisien pendapatan daerah lebih besar dari

26 unconditional grants dan keduanya sigifikan, maka hal ini menunjukkan tidak terjadi flypaper effect di Provinsi Jawa Barat. Burhanuddin (2012) meneliti tentang pengaruh belanja pegawai, investasi pemerintah, dan pembayaran utang pemerintah daerah terhadap fenomena flypapper effect. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 30 daerah di Jawa Tengah yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari tahun 2009 hingga 2011. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Alat yang digunakan penelitian adalah regresi logistik. Hasil dari penelitian ini belanja pegawai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap flypaper effect. Sedangkan Investasi Pemerintah Daerah dan Pembayaran Utang Pemerintah Daerah tidak berpengaruh terhadap flypaper effect. Rokhaniyah dan Nugroho (2011) mengidentifikasi terjadinya flypaper effect pada belanja pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia. Penelitian ini menggunakan belanja daerah sebagai variabel depende. Pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus sebagai variabel independen, dan Jawa/Non Jawa sebagai variabel kontrol. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 394 Kabupaten/Kota di Indonesia dan dilakukan selama 3 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Penelitian ini menggunakan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tidak terjadi flypaper effect pada belanja pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia tahun 2006-2008. DAU dan PAD masing-masing signifikan pada taraf 1%, dengan koefisien regresi 0,601837 dan 2,825710. Variabel dummy menunjukkan terjadinya flypaper effect pada

27 pemerintah kota/ kabupaten di Jawa, sedangkan untuk pemerintah kota dan kabupaten di Luar Jawa tidak terjadi flypaper effect. Hal ini dikarenakan perbedaan potensi pendapatan daerah antara Jawa dengan Luar Jawa. Menurut Melo (2002) asumsi penentuan terjadinya fenomena flypaper effect adalah apabila nilai koefisien dana alokasi umum terhadap belanja daerah lebih besar dari pada nilai koefisien pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah dan atau apabila hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: 5= Terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah di Seluruh Kabupten/Kota di Indonesia 4. Variabel Kontrol a. Populasi Penduduk Jumlah penduduk merupakan indikator kependudukan yang menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi. Tingginya laju pertumbuhan penduduk akan berimplikasi terhadap perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutahan dasar, pendidikan dan kesehatan yang berdampak terhadap besarnya pengeluaran pemerintah (belanja langsung) untuk membiayai pembangunan guna dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pertumbuhan penduduk dihubungkan dengan kenaikan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2002).

28 b. Daerah Jawa dan Luar Jawa Pada saat ini era desentralisasi dan otonimi daerah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk aktif mengelola dan membangun daerahnya masing-masing, dengan tujuan mendorong terciptanya pembangunan yang lebih merata diseluruh wilayah Indonesia baik di wilayah Jawa maupun Luar Jawa. Istidiandari (2009), menyatakan bahwa kualitas tata kelola ekonomi daerah di Jawa secara umum terbukti lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal tersebut digambarkan oleh rerata nilai indeks gabungan tata kelola ekonomi daerah kedua wilayah yaitu 64,25 poin untuk rerata nilai indeks di Jawa dan 59,84 poin untuk nilai indek diluar Jawa. c. Pemekaran Wilayah Dalam PP Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan Dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah Bab II pasal 2, dinyatakan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui: (i) peningkatan pelayanan kepada masyarakat; (ii) percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi; (iii) percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; (iv) percepatan pengelolaan potensi daerah; (v) peningkatan keamanan dan ketertiban; dan (vi) peningkata n hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Semakin banyaknya daerah pemekaran baru maka setiap tahun jumlah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah semakin tinggi. Hal

29 ini menyebabkan jumlah Belanja Negara setiap tahun semakin meningkat. Beban biaya akibat pemekaran daerah yang harus ditanggung oleh APBN akan semakin besar porsinya dari tahun ke tahun apabila laju pemekaran daerah tidak dapat dihentikan. Pemekaran daerah yang dilakukan tanpa memperhatikan potensi daerah akan semakin menambah beban pemerintah pusat untuk mencukupi biaya transfer daerah dari daerah otonomi baru (Tenrini, 2013). 5. Kerangka Pikir Penelitian Pendapatan Asli Daerah H1 (+) H5 Dana Alokasi Umum H2 (+) Dana Alokasi Khusus H3 (+) Belanja Daerah Dana Bagi Hasil H4 (+) Variabel Kontrol: 1. Populasi Penduduk 2. Jawa dan Non Jawa 3. Pemekaran Wilayah Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian