BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu penduduk Indonesia

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dibeberapa daerah, seperti banjir dan tanah longsor.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

NEWS READER : data korban gempa bumi di DIY 01 mei 2006 sampai pukul 11.00

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. serta hilangnya pekerjaan masyarakat. Aset natural, finansial, fisik, manusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

Sosialisasi Kebumian dan Kebencanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. jalur subduksi yang merupakan zone kegempaan dan rangkaian gunung api aktif

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari perkembangan psikososial menurut Erikson masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Pada masa ini remaja akan menghadapi masa krisis, masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Keberhasilan menghadapi krisis akan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self identity) sedangkan kegagalan dalam menghadapi krisis remaja akan mengalami identity confusion atau kebimbangan identitas diri (Erikson, 1968 dalam Santrock, 2003). Masa ini berlangsung pada usia 12-18 tahun (Erikson, 1968 dalam Upton, 2012). Remaja yang mengalami kegagalan pembentukan identitas diri cenderung melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang atau adanya kenaikan angka kenakalan remaja dapat dipicu oleh kegagalan remaja dalam sekolah. Remaja yang tidak bersekolah merasa telah gagal menemukan identitas dirinya sebagai seorang pelajar (Bonokamsi, 1999 dalam Hartini, 2011). Penyebab terjadinya perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup adanya krisis identitas, kontrol diri yang lemah, sedangkan 1

2 faktor eksternal ialah keluarga, hubungan teman sebaya yang tidak baik, komunitas, lingkungan dan tempat tinggal yang kurang baik (Haryanto, 2011). Berdasarkan hasil penelitian (Hartini, 2011). Pasca tsunami terjadi perubahan perilaku pada remaja di NAD. Kebanyakan remaja lebih memilih untuk bekerja di sektor pembangunan dari pada meneruskan sekolahnya karena upah kerja yang tinggi. Para orangtua juga mendukung anak mereka untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku remaja dan kegagalan pembentukan identitas diri remaja sebagai pelajar akibat perubahan lingkungan pasca tsunami di NAD. Perubahan perilaku remaja pasca tsunami dapat ditinjau dari sebuah stresor, salah satu stressor dari kejadian negatif adalah bencana (Corner, 1995 dalam Hartini, 2011). Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007). Bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2010, disebabkan oleh faktor- faktor yang berbeda. Dampak bencana tidak hanya mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah bencana. Banjir bandang di Wasior, gempa bumi yang disusul

3 Tsunami di Mentawai, erupsi gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa tengah. Berdasarkan dari data 644 kejadian bencana alam di Indonesia total kerugian material mencapai lebih 15 triliun rupiah. Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda, kerusakan rumah- rumah masyarakat sarana dan prasarana umum, lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan, selain itu juga menimbulkan kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan timbulnya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010 dalam Astuti 2012). Salah satu bencana alam yang terbesar pada tahun 2010 yang terjadi di Sumatera Utara adalah erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung tercatat beberapa kali meletus dari tahun 2010 sampai 2015. Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Letusan terbesar terjadi awal tahun 2014, peningkatan aktivitas gunung Sinabung dengan letusan yang berkali-kali di sertai luncuran awan panas, guguran lava pijar, semburan awan panas, rentetan gempa, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus dari kejadian tersebut mengakibatkan 21 desa harus diungsikan dan jumlah korban jiwa mencapai 17 orang (Ginting, 2012). Seiring dengan penurunan aktifitas sinabung beberapa desa telah dipulangkan kembali ke desanya yang berada di luar radius lima kilometer dari daerah yang berbahaya. Pada tanggal 18 September 2014 jumlah pengungsi sebanyak 5.546 jiwa dengan rincian 1.721 kk (Karo, 2014). Salah satu desa yang terkena dampak erupsi Sinabung adalah desa Batukarang yang terletak 7 km dari gunung Sinabung, dengan jumlah penduduk ± 6500 jiwa penduduk dengan rincian anak- anak ± 1.250 jiwa,

4 remaja ± 1500 jiwa, dewasa ± 3000 jiwa, dan lansia ± 700 jiwa. Berdasarkan laporan dari Kepala Desa Batukarang tidak sedikit warga yang memilih untuk mengungsi dengan alasan merasa takut jika tinggal dirumah. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadi trauma akibat bencana alam. Hal ini di karenakan oleh beberapa faktor yaitu keberadaan remaja masih dibawah resiko dan membahayakan kelangsungan hidupnya, tingkat ketergantungan hidup yang masih tinggi terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak pengalaman hidup, kemampuan untuk melindungi diri masih terbatas, tidak dalam kondisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri (Lubis, 2012). Salah satu dampak bencana yang di alami remaja adalah gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan akan mengakibatkan suatu perasaan tertekan dan akan memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan mereka jika dibiarkan begitu saja. Pandangan tersebut dijelaskan (Wilson, 2000 dalam Agustiana, 2012) yang mengungkapkan gangguan kecemasan pascatrauma berpengaruh pada kapasitas kapasitas psikologi, konsep diri, perkembangan, dan hubungan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian (Setyaningrum, 2007) tentang kondisi emosi remaja pasca gempa bumi di daerah istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini semua sampel mempunyai hubungan yang baik dengan orangtua dan sosialnya, pada tahapan emosi di fase krisis, remaja merasa takut apabila gempa bumi terjadi lagi, takut berada di dalam rumah terkena

5 runtuhan bangunan dan merasa sedih karena kehilangan tempat tinggalnya. Pada fase isolation dan anger hanya dialami satu remaja. Remaja mengungkapkan tidak dapat berkumpul dengan teman temannya dikarenakan harus mengungsi, selain itu remaja merasa marah (anger) karena barang barang berharga terutama buku pelajaran rusak sehingga ia tidak dapat belajar dalam menghadapi ujian. Berdasarkan hasil survei awal dan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap remaja di Desa Batukarang, beberapa remaja mengatakan bahwa mereka sangat ketakutan jika mendengar gemuruh dari gunung, takut jika gunung erupsi kembali dan mengeluarkan lahar panas, sebahagian remaja memilih untuk tetap berada dalam rumah dan tidak melakukan aktifitas di luar rumah seperti membantu orang tua mereka ke lahan perkebunan dengan alasan agar tidak terpapar debu vulkanik yang mengganggu saluran pernapasan mereka. Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.

6 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo? 1.4 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi perkembangan Psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi pengembangan mata ajar khususnya yang berhubungan dengan perkembangan psikososial remaja pasca bencana alam kedalam mata ajar keperawatan jiwa atau mata ajar nursing disaster. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya mengenai masalah psikososial remaja pasca bencana alam dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.5.3 Penelitian Keperawatan Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perkembangan psikososial remaja pasca bencana alam.