Jokowi dan Skenario Kapolri Selasa, 20 Januari 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Jokowi Diuji, KPK Diamputasi Selasa, 17 Pebruari 2015

Memahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 -

Matahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015

Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (1984, h. 189) mengungkapkan Mass media such as newspaper,

Kondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

KPK vs Budi Gunawan.

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

Jokowi dan Parpol Koalisi yang Merongrong

KPK juga hampir KO di Era SBY

Siapa di Belakang Ide Praperadilankan KPK?

JURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015

Pimpinan, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

PUTUSAN Nomor 24/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

100 Hari dan Orang-orang Kontroversial Pilihan Jokowi

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERPU PLT PIMPINAN KPK; ADAKAH KEGENTINGAN MEMAKSA? Oleh: Muchamad Ali Safa at *

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

SELAIN DETEKSI TERORIS BADAN PEMBINAAN KEAMANAN AWASI DANA DESA

KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36. TAHUN TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB IX oleh : Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.M.Hum Politik Hukum Pasca Pemilu 1999

MEDIA MONITORING 100 HARI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

SBY mengaku merasa difitnah dan membantah terlibat skandal Bank Century. Tanggapan Anda?

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi

Lagi, Cerita Lama Tentang Upaya Pelemahan KPK. Mariska Estelita

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PEMBERHENTIAN SDR. FAHRI HAMZAH, S.E.

Tansparansi Dana Kampanye

Surat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rumah Kaca Abraham Samad

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan

Headline Berita Hari Ini Periode: 02/02/2015 Tanggal terbit: 02/02/2015

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Revisi UU KPK Antara Melemahkan Dan Memperkuat Kinerja KPK Oleh : Ahmad Jazuli *

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

Krisis Kepemimpinan Polri di Tahun 1978, Tak Terjadi Lagi di Tahun Oleh Otto Ismail Rabu, 10 April :43

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Apa Presiden Ketua Parpol. Membahas, sang, Demo 2 Desember. Menu makanan untuk komunikasi politik dengan Ormas Keagamaan & Parpol:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN PERSETERUAN KPK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Polhukam, 31 Agustus 2010 Selasa, 31 Agustus 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN SERTA MASYARAKAT

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

Transkripsi:

Jokowi dan Kapolri Selasa, 20 Januari 2015 Ketuk palu keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas pro dan kontra pengangkatan Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Gunawan telah kita ketahui bersama. Pengangkatan Komjen Budi Gunawan tidak dibatalkan, melainkan ditunda hingga ada kejelasan terhadap proses hukum yang bersangkutan. Bila pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) nantinya membebaskan Komjen Budi Gunawan, masih ada peluang bagi yang bersangkutan untuk diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Namun, bila pengadilan tipikor menyatakannya bersalah dan telah berkekuatan hukum tetap (in kraacht), Presiden Jokowi mesti menyodorkan nama lain sebagai calon Kapolri. Selama ini, tidak mudah bagi mereka yang sudah dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk lolos dari jerat hukum. Kendati Bareskrim Mabes Polri pernah menyatakan Komjen Budi Gunawan sudah bersih dari kasus rekening gendut yang pernah dituduhkan, tidak berarti hal yang sama pasti berlaku pula terhadap proses di KPK. Kita tahu bahwa KPK selama ini sangat berhati-hati dalam menjadikan seseorang sebagai tersangka.

Bahkan, dalam banyak kesempatan, KPK kerap dikritik karena dinilai lamban dalam penanganan kasus. Banyak pihak yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, tetapi hingga saat ini belum ada proses lebih lanjut. Misalnya, terhadap mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, dan beberapa yang lainnya. Soalnya sederhana, kasus sangat banyak, yang sudah dan bakal jadi tersangka sudah mengantre, tetapi kemampuan KPK memang terbatas. Tidak mungkin semua hal diselesaikan dalam jangka waktu bersamaan. Terlebih sering ada resistensi dari institusi asal terhadap penyidik-penyidik yang dikaryakan ke KPK, baik dari kepolisian maupun kejaksaan. Ibarat pendekar pedang, KPK bisa saja menjadi kelelahan menebas musuh-musuh yang begitu banyak. Dengan pilihan kebijakan Jokowi untuk menunda pelantikan Komjen Budi Gunawan, mau tidak mau, KPK dituntut untuk segera menyelesaikan kasus ini. Bila tidak, pengangkatan Kapolri definitif akan berlarut-larut karena digantungkan dengan penyelesaian kasus Komjen Budi Gunawan oleh KPK. Padahal kita tahu suatu kasus bisa selesai berbulan-bulan, bahkan bisa dalam hitungan tahun, untuk sampai pada putusan yang berkekuatan hukum tetap. Akankah selama itu pula tidak akan ada Kapolri definitif dan Wakapolri Komjen Badrodin Haiti menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Kapolri? Kita harus menunggu secepat apa kibasan pedang KPK untuk menyelesaikan kasus ini.

Berbagai Terlepas dari berapa lama penyelesaian kasus di KPK, sebenarnya ada beberapa skenario yang bisa dijalankan Jokowi sebelum akhirnya mengambil keputusan yang telah diumumkan pada Jumat, 16 Januari lalu. pertama, memberhentikan Jenderal Sutarman dan tetap mengangkat Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri. ini didukung hampir semua kekuatan politik yang ada. Terbukti dengan persetujuan hampir semua fraksi di DPR terhadap Komjen Budi Gunawan. Padahal, saat uji kelayakan dan kepatutan, yang bersangkutan telah dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK. Namun, menjalankan skenario ini akan membuat Jokowi dimusuhi rakyat, terutama mereka yang bergerak di area pemberantasan korupsi. kedua, memberhentikan Jenderal Sutarman dan tetap mengangkat Komjen Budi Gunawan lalu kemudian menonaktifikan (memberhentikan sementara) yang bersangkutan. ini masih membutuhkan persetujuan DPR. Bila DPR tidak setuju penonaktifan tersebut, Komjen Budi Gunawan tetap akan menjadi Kapolri.

Mereka yang setuju skenario kedua ini kurang membaca secara cermat ketentuan Pasal 11 ayat (5) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Kapolri). Pasal 11 ayat (5) berbunyi, "Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat." Penjelasan pasal tersebut menyatakan, "Yang dimaksud dengan â dalam keadaan mendesakâ ialah suatu keadaan yang secara yuridis mengharuskan Presiden menghentikan sementara Kapolri karena melanggar sumpah jabatan dan membahayakan keselamatan negara." Bila Komjen Budi Gunawan diangkat lalu kemudian diberhentikan sementara, tentu harus dipersoalkan sumpah jabatan apa yang dilanggar. Bagaimana mungkin, baru disumpah sudah dinilai melanggar sumpah jabatan. Terlebih perbuatan itu diembel-embeli dengan "membahayakan keselamatan negara." Adakah menjadi tersangka adalah perbuatan melanggar sumpah dan membahayakan keselamatan negara? Sungguh tidak masuk akal untuk menyatakan hal seperti itu. ketiga, tidak memberhentikan Jenderal Sutarman dan menunda pelantikan Budi Gunawan. ini sebenarnya agak ideal mengingat masa pensiun Jenderal Sutarman baru Oktober 2015. Persoalannya, bila memberhentikan Sutarman menjadi aspirasi politik, skenario ini tentu tidak akan menjadi pilihan. Aspirasi politik siapa atau kelompok mana? Tentu Jokowi sendiri yang tahu.

Dari perspektif hukum tatanegara, sah-sah saja Jokowi memilih siapa yang ingin menjadi Kapolri. Kapolri adalah jabatan strategis yang sangat menentukan keberhasilan Jokowi dalam dua hal, yaitu keamanan dan ketertiban masyarakat serta penegakan hukum. Jenderal Sutarman adalah Kapolri warisan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang belum tentu satu aspirasi dengan Jokowi. Kita pasti belum lupa ketika SBY menarik pencalonan Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Panglima TNI oleh Presiden Megawati di masa akhir pemerintahannya pada tahun 2004. Lepas dari Himpitan keempat, memberhentikan Jenderal Sutarman dan menunda pelantikan Budi Gunawan. terakhir inilah yang dipilih Jokowi. ini bisa dikatakan upaya untuk lepas dari himpitan. Sudah menjadi rahasia umum, elite-elite partai pendukung Jokowi menginginkan Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri. Hebatnya keinginan ini didukung pula oleh partai dan elite-elite partai yang selama ini berseberangan dengan Jokowi. Terbukti dengan persetujuan hampir mutlak DPR terhadap pengusulan Komjen Budi Gunawan. Dukungan elite-elite parpol pendukung Jokowi terhadap Komjen Budi Gunawan agaknya juga disertai dengan aspirasi untuk segera mencopot Jenderal Sutarman. Padahal, sang jenderal baru akan pensiun Oktober nanti. Inilah yang agaknya menyebabkan Jokowi sulit memilih skenario ketiga.

Namun, Jokowi agaknya sadar pula bahwa mengangkat seorang tersangka menjadi Kapolri akan menjadi gempa politik. Ia akan dibenci oleh para relawan, para pendukungnya sendiri selama Pilpres 2014. Bahkan, rakyat secara keseluruhan juga bisa menjauh. Mereka akan mencap Jokowi sebagai Presiden yang tidak pro terhadap pemberantasan korupsi, lebih parah dari presiden-presiden terdahulu di era reformasi. Pilihan mencopot Sutarman, bisa jadi menjadi pilihan subyektif sang Presiden untuk meredakan aspirasi elite-elite partai pendukung, ditambah dengan 'penundaan' (bukan 'pembatalan') pengangkatan Komjen Budi Gunawan. Namun, Jokowi juga bisa lepas dari desakan publik untuk tidak menjadikan tersangka sebagai Kapolri. Politik sering disebut sebagai seni dari berbagai kemungkinan (the art of possibilities). Politik juga tidak berada di ruang hampa dan di atas buku teks. Jokowi baru saja mempraktikkan itu. Pro dan kontra sudah pasti akan mengiringi kebijakan yang diambil. Namun, bagi saya pribadi, satu hal yang harus menjadi garis demarkasi: tidak boleh ada pejabat publik yang diangkat dalam status sebagai tersangka!

Refly Harun, Pengamat dan Pengajar Hukum Tatanegara Telah dimuat dalam rubrik Kolom detik.com, Senin 19 Januari 2015: http://news.detik.com/read/2015/01/19/092929/2806802/103/3/jokowi-dan-skenario-kapolri