BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekarang itu pasar modal di negara kita masih konvensional,sementara itu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukannya. Hal ini dikarenakan dividen merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pembangunan di Indonesia kian tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Nugroho, 2014). bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal dengan menggunakan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan. merger, atau menerbitkan saham di pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang memadai. Dana ini tidak hanya dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULAN. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset)

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat menuntut manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal mempunyai peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan atau harga saham perusahaan di pasar modal. Manajer perusahaan harus memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan khususnya mengenai kegiatan operasional dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan perusahaan dan nilai perusahaan, manajer akan mengambil keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. Fenomena yang terjadi dalam kebijakan dividen dapat dilihat dari keputusan yang dilakukan oleh manajer perusahaan dalam hal penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu berapa besarnya bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya bagian laba yang dijadikan sebagai laba ditahan untuk pembelanjaan investasi. Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (asymmetric information), manajer perusahaan dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen. Kebijakan dividen yang akan diputuskan oleh manajer perusahaan ini menyangkut keputusan mengenai berapa besarnya jumlah dividen dan dalam bentuk apa dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada para

2 pemegang saham. Kebijakan dividen ini juga menentukan tentang keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembelanjaan investasi di masa yang akan datang (reinvestasi). Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan yang diharapkan para pemegang saham. Oleh karena itu, manajer perusahaan harus dapat menetapkan dengan seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen itu sangat penting bagi perusahaan karena kebijakan dividen tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh para pemegang saham dan berapa banyak pula keuntungan yang akan diperoleh perusahaan sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu apakah laba akan dibagikan kepada para memegang saham atau dijadikan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali pada masa mendatang. Kebijakan dividen harus mengakomodasikan kepentingan pendanaan perusahaan berupa laba ditahan dan kepentingan investor berupa dividen yang merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham atas dasar persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) baik dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) maupun

3 dalam bentuk dividen saham (stock dividend) (Darmaji dan Fachruddin, 2001:130). Masalah yang terdapat dalam kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi para pemegang saham maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividen kepada investor. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di pihak lain perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan sekaligus harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Jika bagian laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen lebih tinggi daripada bagian laba yang ditahan, maka ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal akan semakin besar. Jika perusahaan ingin menahan sebahagian besar dari pendapatannya sebagai laba ditahan, maka bagian pendapatan yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen semakin kecil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akibatnya akan mengurangi atau menurunkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pertimbangan dalam melakukan kebijakan dividen untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para investor diduga sangat

4 berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yang baik diharapkan mampu untuk menetapkan besarnya pembayaran dividen sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada investor, maka perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik karena perusahaan dapat memberikan keuntungan kepada investor sehingga penilaian investor terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik. Pada umumnya perusahaan yang dapat melakukan pembayaran dividen kepada para investornya merupakan perusahaan yang memiliki laba dan struktur keuangan yang baik. Apabila perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini merupakan bukti semakin membaiknya kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. (Wild, et.al., 2005:36). Dari hasil analisis rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain: profitabilitas, likuiditas, pendanaan, pembayaran pinjaman, tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian aset, dan stabilitas keuntungan. Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar (Sartono, 2001:123). Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka

5 perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2004 : 41). Di dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan, untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham. Pendanaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono, 2001:121). Pendanaan merupakan pendanaan perusahaan melalui hutang erat kaitannya dengan struktur modal dan hutang dalam hal ini leverage merupakan sumber pendanaan ekternal (external financing) untuk membiayai kegiatan perusahaan. Apabila leverage rendah, berarti perusahaan memiliki jumlah utang relatif sedikit daripada modal sendiri, hal ini akan berpengaruh terhadap perolehan laba. Jika jumlah hutang perusahaan relatif sedikit, maka

6 laba yang diperoleh hanya sebagian kecil yang dibayarkan untuk bunga pinjaman sehingga laba bersih akan semakin besar. Perusahaan yang memiliki utang sedikit mengakibatkan kebutuhan dana untuk membayar cicilan hutang dan biaya bunga yang ditanggung menjadi relatif sedikit. Jika perusahaan memperoleh laba bersih sebelum pajak dalam jumlah yang tinggi maka laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin tinggi sehingga dividen yang dibayarkan akan semakin tinggi. Selain variabel-variabel independen di atas, masih banyak faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor-faktor lain tersebut tidak ikut dijadikan sebagai objek penelitian ini. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain: faktor hukum, posisi likuiditas, pembayaran pinjaman jangka panjang, kontrak pinjaman, pengembangan aktiva perusahaan, tingkat pengembalian asset, stabilitas keuntungan, pasar modal, pengendalian terhadap perusahaan, dan keputusan kebijakan dividen. Menurut Riyanto (2001:260), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat perluasan perusahaan, dan pengawasan terhadap perusahaan. Dalam penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Darminto (2008), menyimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, struktur modal, dan struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial,

7 profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara likuiditas dan struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Arilaha (2009), menyimpulkan bahwa secara simultan free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial hanya profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara free cash flow, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Simbolon (2009) menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Objek penelitian ini mengambil sampel perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertimbangan adalah sebagai berikut: 1. Ditinjau dari pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar jauh lebih stabil karena tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi perekonomian sebab industri produk food and beverage tetap dibutuhkan meskipun kondisi perekonomian sedang melesu. 2. Karena pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar lebih stabil, maka saham ini cocok bagi para investor yang bersifat tidak mengambil

8 risiko. Misalnya adalah saham makanan dan minuman, rokok, farmasi, dan barang-barang konsumer, seperti saham Indofood, Unilever dan Kimia Farma. 3. Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada perusahaan food and beverage sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Alasan lain yang menjadi pertimbangan peneliti menjadikan perusahaan food and beverage menjadi sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah karena sektor industri makanan dan minuman memang paling memikat karena setiap orang perlu makan dan minum untuk bisa bertahan hidup, sehingga sektor ini tidak ada matinya. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menyebutkan bahwa industri makanan dan minuman sudah siap meluncurkan produksinya untuk mensubsitusi peluang pasar. Produksi tidak terlalu menjadi masalah, karena saat ini kapasitas seluruh industri makanan dan minuman baru terpakai sekitar 80%. Ia menyebutkan industri susu, tepung, kopi, sereal dan minuman berpeluang meningkatkan produksi sekitar 10%, selain itu industri yang berbasis bahan bakunya banyak dari dalam negeri, seperti coklat, minyak goreng, dan terigu (Majalah SWA 04/XXV/19 Februari-4 Maret 2009). Sesuai dengan Horne dan Wachowicz (2005:2) menyatakan bahwa likuiditas merupakan faktor pertimbangan utama dalam fenomena kebijakan dividen yang rendah, sedangkan profitabilitas dan pendanaan merupakan pertimbangan utama pada kebijakan dividen yang tinggi. Mollah (2003:180) dalam Handoko mengatakan bahwa jika perusahaan mempunyai free cash flow dalam jumlah yang memadai akan lebih baik bila dibagikan pada pemegang

9 saham dalam bentuk dividen. Hal ini dimaksudkan agar free cash flow yang ada tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan agar ketersediaan kas dapat dipakai untuk kemakmuran pemegang saham sehingga free cash flow yang dihasilkan oleh perusahaan akan berhubungan positif dengan dividen yang dibayarkan perusahaan. Kebijakan dividen dibuat sehubungan dengan seberapa besar persentase laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen (dividend payout ratio) dan seberapa besar laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (retained earning). Semakin besar dana yang bersumber dari laba ditahan, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Laba ditahan ini dapat digunakan perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi kerugiankerugian yang dapat timbul di masa mendatang, melunasi hutang perusahaan, menambah modal kerja, dan ekspansi. Di pihak lain, pemilik perusahaan juga menginginkan agar sebahagian dari keuntungan yang diperoleh dibagikan sebagai dividen. Manajer keuangan harus dapat menjaga keseimbangan antara kebijakan dividen dengan kepentingan pemilik. Nilai dari dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham harus diseimbangkan dengan biaya kesempatan (opportunity cost) dari laba ditahan sebagai cara pendanaan melalui ekuitas. Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai bagaimana perusahaan memilih sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai aktivanya. Ada 2 (dua) macam dana atau modal, yaitu: dana sendiri (modal sendiri) dan dana asing (modal asing). Dana sendiri bersumber dari pemilik berupa tambahan modal dan dana dari hasil operasi perusahaan berupa saham dan

10 keuntungan yang tidak dibagi atau laba ditahan. Jumlah laba ditahan tergantung pada kebijakan dividen yang dibuat oleh manajer keuangan perusahaan. Dana yang bersumber dari pemilik perusahaan dan dari hasil operasi perusahaan tersebut disebut equity financing atau internal financing. Dana asing bersumber dari kreditor dalam bentuk kredit (pinjaman) berupa penjualan obligasi, kredit dari lembaga keuangan, dan kreditor lainnya. Pinjaman ini terdiri atas pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang. Dana asing ini disebut juga debt financing atau external financing. Untuk mendapatkan dana, perusahaan juga dapat menjual saham biasa. Dana dari hasil penjualan saham biasa perusahaan berasal dari luar perusahaan. Alasannya, dana yang didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham) di pasar perdana merupakan hasil transaksi antata perusahaan dengan investor (pihak luar perusahaan). Investor menjadi pemilik perusahaan pada saat ia membeli saham perusahaan. Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dana dari emisi saham biasa disebut sebagai external equity financing. Untuk mengukur apakah keputusan-keputusan keuangan yang dibuat oleh manajer keuangan perusahaan sudah baik dan benar dapat dilihat dari nilai perusahaan atau harga pasar saham biasa. Jika nilai investasi perusahaan meningkat atau harga pasar saham biasa meningkat, maka keputusan-keputusan keuangan perusahaan sudah baik dan benar. Untuk itu keputusan-keputusan keuangan yang dibuat manajemen keuangan harus memperhatikan hal bagaimana memperoleh dana untuk membiayai kegiatan perusahaan, bagaimana mengelola

11 dana tersebut sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, dan bagaimana perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif. Pada perusahaan yang menginvestasikan dananya lebih banyak akan menyebabkan jumlah dividen tunai yang dibayarkan berkurang, tetapi likuiditas yang baik mampu mengeliminir (memperlemah) hipotesis tersebut karena saat itu perusahaan dapat menunda pembayaran hutang jangka pendeknya. Sebab, likuiditas yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dan mendanai operasional usahanya sehingga perusahaan dapat membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Selain itu, investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil). Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan dimana mereka yakin dapat mempertahankan dividen masa mendatang. Artinya jika terjadi kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih dapat mempertahankan pembayaran dividennya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji apakah pendanaan (debt to

12 equity ratio) merupakan variabel moderating atau tidak sebagai bentuk pengembangan dari penelitian terdahulu. Penelitian pendanaan sebagai variabel moderating yang memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen masih sedikit ditemukan pada literatur yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pendanaan memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Alur berpikir penulis adalah perusahaan yang memiliki tingkat pendanaan yang baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri sehingga perusahaan akan mampu membayar dividen kepada para investor. Jika perusahaan membukukan keuntungan lebih tinggi atau tingkat profitabilitas yang tinggi ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik, maka semakin besarlah jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham. Mengingat begitu pentingnya penentuan kebijakan dividen yang harus diputuskan perusahaan melalui pemberian dividen kepada para pemegang saham karena pembagian dividen tersebut akan menambah minat para investor terhadap pembelian saham perusahaan, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh variabel profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderasi. Dengan mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya perusahaan melaksanakan kebijakan dividen sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran investor dapat tercapai melalui peningkatan harga saham perusahaan di pasar saham.

13 Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderasi pada perusahaan food and beverage. Penelitian ini hanya memilih profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel bebasnya dan kebijakan dividen sebagai variabel terikatnya dengan pendanaan sebagai variabel moderasi. Kemudian setiap variabel diwakili satu indikator yakni indikator Cash Position mewakili likuiditas, Return on Asset mewakili profitabilitas, dan Debt to Equity Ratio mewakili pendanaan serta Dividend Payout Ratio mewakili kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

14 2. Apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage yang terdaftatar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, antara lain: 1. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah, memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia. 2. Bagi Investor. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan

15 dengan harapan para pemegang saham untuk mendapat dividen atas sejumlah dana yang diinvestasikan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kebijakan dividen. 1.5 Originalitas Penelitian Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada BUMN di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada BUMN di BEI. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah meliputi batasan variabel yang diteliti, jenis perusahaan sampel, dan periode penelitian. Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas (profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan) secara simultan dan parsial terhadap variabel terikat (kebijakan dividen). Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.

16 Penelitian ini menggunakan indikator posisi kas (cash position) untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan yaitu dengan membandingkan saldo kas akhir perusahaan dengan laba bersih setelah pajak. Posisi kas ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan manajemen. Posisi kas mempengaruhi dividen yang merupakan arus kas keluar (cash outflow) sehingga semakin kuat posisi kas, maka semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian terdahulu dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah rasio lancar (current ratio) yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Indikator rasio lancar dirasakan kurang tepat dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan karena di bagian aktiva lancar ini masih terdapat piutang usaha yang merupakan kas yang akan diterima perusahaan pada masa mendatang dan masih terdapat persediaan yang kurang lancar dibandingkan dengan kas. Selain itu, laba setelah pajak yang dijadikan sebagai penyebut dalam menghitung posisi kas dalam mengukur tingkat profitabilitas dalam penelitian ini sangat tepat karena bagian laba yang dijadikan sebagai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian laba setelah dikurangi dengan pembayaran pajak perusahaan. Penelitian ini juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Alur berpikir penulis yang menjadikan pendanaan

17 dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen adalah perusahaan yang memiliki tingkat pendanaan yang baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri sehingga perusahaan akan mampu membayar dividen kepada investor. Pada perusahaan yang membukukan keuntungan yang lebih tinggi atau tingkat profitabilitas yang tinggi ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham. Dalam penelitian ini, peneliti mau melihat perbedaan perusahaan sampel yang diteliti yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan penelitian sebelumnya. Perusahaan sampel penelitian terdahulu BUMN merupakan suatu institusi profit oriented yang dimiliki oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-undang dan merupakan salah satu sumber penerimaan negara nonpajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Intervensi pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas tidak dapat melepaskan perannya dalam penentuan kebijakan dividen perusahaan dimana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah menentukan besarnya target pembayaran dividen yang akan dibayarkan oleh masing-masing perusahaan BUMN tersebut. Penambahan target pembayaran dividen terkadang digunakan oleh pemerintah untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik perusahaan terhadap kebijakan dividen. Jika perekonomian sedang

18 melesu, pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan akan menurun sehingga berpengaruh terhadap pembayaran dividen tunai kepada investor. Atas dasar fenomena tersebut, peneliti termotivasi untuk menganalisis apakah perusahaan food and beverage mempengaruhi pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik perusahaan terhadap kebijakan dividen. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa produk yang dihasilkan oleh perusahaan food and beverage selalu dibutuhkan oleh masyarakat sekalipun keadaan perekonomian sedang melesu sehingga memungkinkan tercapainya profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik. Selain itu, penentuan target pembayaran dividen pada perusahaan food and beverage ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tanpa adanya campur tangan dari pihak pemerintah. Pada penelitian ini penulis memperpanjang periode penelitian dimulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 sehingga dapat menemukan persamaan regresi yang memberikan gambaran yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti dan juga untuk mendapatkan data yang terbaru terhadap perusahaan yang diteliti pada periode dilakukannya penelitian. Sedangkan periode penelitian pada penelitian sebelumnya dimulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 yang dirasakan belum memberikan gambaran yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti dan belum merupakan data terbaru pada periode dilakukannya penelitian.