BERFOKUS KEPADA TUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

FIRMAN MENYATAKAN KESALAHAN & KEBENARAN

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI*

KUSIAPKAN HATIKU, UNTUK MENYAMBUTMU

MENCINTAI DAN MENAATI HUKUM TUHAN

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang lan salam karaharjan tumrap kita sami.

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI

SEPERTI GADIS BIJAKSANA SAAT KEDATANGAN TUHAN

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016

BIWARA BAB NGRIMATI ALAM JEMBAR 1 (Bumi dalah saisinipun sedaya menika kagunganipun Sang Yehuwah, Jabur 24:1)

Tata Ibadah Adven III

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Khotbah Jangkep Minggu, 2 Oktober 2011 Pekan Biasa Ke Dua Puluh Tujuh (Merah) HP I I & H P K D MANISKAH BUAHMU?

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

IBADAH KEBANGSAAN MINGGU, 21 Mei 2017 TERUSLAH BERBUAT BAIK, JANGAN GENTAR!

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN

LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KAJIAN INFERENSI SALEBETING WACANA MURAL BASA JAWI WONTEN ING KITHA YOGYAKARTA. Arif Rohmawan Mulyana

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

DAMEL MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI BASIS WEB TUMRAP SISWA VIII SMP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

MEDIA DOLANAN TELU DADI PARIKAN NGANGGE PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Assalamu alaikum Wr. Wb. Mugi karaharjan, kawilujengan lan kasarasan tansah Kajiwa kasalira kula panjenengan sami.

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

TRADHISI GUSARAN ING DHUSUN CIPABEASAN DESA CILOPADANG KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CILACAP SKRIPSI

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Caranipun Nggegulang Budi Pakarti. Tumrap Generasi Mudha. Lumantar Piwucalan Basa Jawi. Dening : Imam Riyadi. Abstrak

Menemukan Rasa Aman Sejati

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

TEKNIK SPIDER MAP MINANGKA SARANA NGINDHAKAKEN KETRAMPILAN NYERAT PAWARTA BASA JAWI KELAS X SMA 2 BREBES SKRIPSI

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

MENDENGAR SUARA TUHAN

ATUR PANGANDIKAN GUBERNUR JAWI TENGAH ING ADICARA PENGETEN ARI BASA IBU INTERNASIONAL PROVINSI JAWI TENGAH SEMARANG, 25 FEBRUARI 2016

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Hakim Dalam T rang Abadi NKB 146:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Umat yang telah Kubentuk bagi-ku akan memberitakan kemasyhuran-ku."

TATA IBADAH HARI MINGGU XIX SESUDAH PENTAKOSTA

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Di Dalam Tuhan Jerih Lelah Kita Tidak Sia-sia

Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities)

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 08 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH II - PUTIH) KOMUNITAS YANG DIPULIHKAN DAN DIUTUS

Diberikan Allah dengan senang hati.

Seri Iman Kristen (10/10)

GPIB Immanuel Depok Minggu, 08 Januari 2017

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 26 FEBRUARI 2017 (MINGGU TRANSFIGURASI) KEMULIAAN TUHAN MEMULIHKAN KEHIDUPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN. Pnt. : Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah! U : Bapa Pencipta, yang memelihara kehidupan segala bangsa.

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Maret 2018

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Tata Ibadah Hari Minggu V Sesudah Pentakosta

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

MAKNA SIMBOLIS SALEBETING SESAJEN RIKALA DAMEL GRIYA ING DESA SIKASUR KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH. Restian Nur Salikhin

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Pdt. Gerry CJ Takaria

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

#10DAYSPRAYANDFAST18

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

Th A Hari Minggu Adven I

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

2. NYANYIAN JEMAAT Ajaib Nama-Nya PKJ 3 [2x] Semua

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

TATA IBADAH Minggu Adven I

TETANDHINGAN METODE COOPERATIVE SCRIPT SAHA METODE NUMBERED HEADS TOGETHER TUMRAP KASAGEDAN MAOS WACANA AKSARA JAWA SISWA KELAS X SKRIPSI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJASAMA WONTEN ING PAGELARAN DRAMA SANGGAR SASTRA JAWA BAJANG KALADETE MAHASISWA JURUSAN PBD FBS UNY TAUN 2010 SKRIPSI

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN

KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban)

Surat Yohanes yang pertama

Transkripsi:

Khotbah Jangkep Minggu, 7 Agustus 2011 Pekan Biasa Ke Sembilan Belas (Hijau) BERFOKUS KEPADA TUHAN Bacaan I: I Raja-raja 19: 9-18; Tanggapan: Mazmur 85: 8-14; Bacaan II: Roma 10: 5 15; Bacaan III: Injil Matius 14: 22 33 Tujuan: Jemaat memahami bahwa kehidupan yang dijalani meski penuh perjuangan, namun memiliki keberanian menjalaninya serta mengarahkan perhatiannya kepada Tuhan. Dasar pemikiran: Pengalaman batin yang kita miliki dibentuk dari realitas yang tidak sepi dari perjuangan hidup. Menjalani hidup berarti dengan keberanian menghadapi tantangan yang ada. Ada kalanya kita harus dibuat lelah, karena keadaan yang jujur dan manusiawi yang memang sebagaimana adanya membuat kelelahan, dan dengan tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang berhasil mengatasi masalah namun ada juga yang gagal menghadapi masalah. Ada hal yang tidak mungkin ditawar yakni manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa penyertaan Tuhannya. Arah dan perhatian manusia dalam hidup ini tidak bagi dirinya sendiri, akan tetapi bagi Tuhan Penciptanya. Dengan demikian, hidup yang dijalani manusia akan terasa lebih ringan. Keterangan Tiap Bacaan: I Raja-raja 19: 9-18. Kembalilah ke jalanmu Pengaruh Deuteronomis sangat terasa pada liputan perjuangan nabi Elia yang menjadi nabi agung pahlawan Allah, untuk memperjuangkan bangsa Israel agar tetap setia kepada Yahweh Allah mereka. Namun keagungan sang nabi disimpan dulu karena kita mau melihat liputan pelarian sang nabi seperti yang dituturkan oleh redaktor. Setelah melintasi padang gurun Bersyeba dalam pelarian menghindari pembalasan dari Putri Izebel, nabi Elia sampailah pada sebuah gunung Horeb. Di gunung itu, Elia

bertemu dengan Tuhan Allah yang hadir di dalam angin sepoi-sepoi basa. Tidak di dalam gemuruh angin keras yang mampu memecahkan batu, atau dahsyatnya gempa dan api namun di dalam angin sepoi-sepoi basa, kondisi yang berlawanan dari sebelumnya, yang jika menurut pertimbangan manusia, Tuhan berada di dalam kedahsyatan itu, namun ternyata Tuhan berada di dalam angin sepoi-sepoi, angin yang tidak terasa kekuatannya. Dalam kondisi seperti itu Tuhan menyapa Elia dan memerintahkan Elia untuk kembali kepada umat Israel guna menata kehidupan sejarah Israel selanjutnya, apa yang diterima Elia ini berlawanan dengan niat hati Elia yang ingin mengakhiri hidupnya sewaktu berada di tengah gurun Bersyeba sembunyi dari pengejaran prajurit Izebel. Di gunung Horeb itu Elia justru menerima tugas besar dari Tuhan untuk kembali kepada panggilannya guna mempersiapkan kehidupan Israel di masa mendatang. Pemberian titah kepada Elia ini mengulang kembali peristiwa spektakuler ketika Musa juga diperintahkan Tuhan menata kehidupan umat dengan memberikan hukum-hukum-nya. Kali ini Elia diutus dari tempat yang sama untuk mempersiapkan keberlangsungan sejarah umat dengan menetapkan raja baru dan seorang nabi muda bernama Elisa pengganti Elia sendiri. Mazmur 85:8-14 Tuhan memberi kebaikan, negeri memberi hasil Pemazmur mengharapkan kehidupan ini berada di dalam suasana yang penuh keselamatan, kemuliaan, kasih, kesetiaan, keadilan dan damai sejahtera serta kebaikan. Kehidupan dalam suasana tersebut dirindukan oleh umat manusia. Hal-hal yang demikian itulah yang difirmankan Tuhan, Tuhan akan berbicara tentang kedamaian yang diterima dan dirasakan oleh manusia. Kondisi hidup yang sangat didamba oleh umat Israel, karena -pemazmur mewakili umat Israel- kehidupan umat dirasakan dalam kondisi keprihatinan akibat dosa dan mohon pengampunan dari Tuhan. Roma 10:5-15 Dengan hati orang percaya, dengan mulut orang mengaku Pengakuan iman Rasul Paulus ini menegaskan bahwa Tuhan Yesus Sang Kebangkitan itu menjadi jaminan keselamatan bagi setiap orang yang percaya. Karena keselamatan itu sudah ditentukan di dalam Kristus Yesus. Kesatuan hidup manusia dalam kemampuan yang bisa diungkapkan, akan menjadi legitimasi atas apa yang diyakini. Maka ketika kepercayaan manusia itu dideklarasikan, pastinya dengan mulut sebagai perantara isi hati, pengakuan dimediasi lewat mulut atas apa yang sesungguhnya terpendam di hati yakni kepercayaan. Dan kepercayaan itu adalah bagi Kristus.

Injil Matius 14:22-33 Tuhan atau Hantu Jika Yesus sedang berjalan di atas air, pada hakikatnya bukan sedang mendemonstrasikan kekuasaan-nya, meskipun hal berjalan di atas air adalah wujud kuasa-nya juga, akan tetapi ada bagian yang jauh lebih penting, iman kepercayaan manusia yang terhisab di dalam Kristus hendaknya kokoh tidak ada keraguan sedikitpun, tidak seperti keraguan Petrus yang meskipun sudah merasakan kekuasaan Yesus karena diijinkan berjalan di atas air seperti gurunya, namun karena lebih memperhatikan gelombang ia jadi takut dan akhirnya terperosok ke dalam air. Melalui kisah ini, iman kepada Yesus Kristus haruslah bulat dan sepenuh hati, kira-kira begitu logika berpikir penulis Injil ini. Harmonisasi Bacaan: Melintasi jalan kehidupan di dunia ini ada yang menggambarkan bagaikan melintasi padang gurun, kering dan tandus. Penggambaran itu mucul karena realita yang dijalaninya memang berat. Seperti Elia yang berjalan di padang gurun bersyeba. Jika manusia mungkin ada yang mengganggap tidak punya arah, tidak demikian bagi Elia, ia berjalan menuju suatu tempat yang pasti yakni gunung Horeb. Sesampainya di gunung Horeb, Elia menerima tugas baru dari Tuhan. Elia harus mempersiapkan kehidupan baru bagi umat Israel dengan melantik raja baru dan mempersiapkan pengganti Elia sendiri, dengan demikian akan tercipta hidup umat yang kembali dipulihkan untuk berbakti kepada Allah dan menikmati kedamaian, ketenteraman bahkan kemuliaannya sebagai bangsa pilihan. Arah bagi keeyakinan hidup dalam keselamatan, ditegaskan kembali oleh Rasul Paulus, bahwa keselamatan ditentukan di dalam Kristus Yesus, Ia menjadi jaminan keselamatan bagi tiap orang percaya. Hidup orang percaya menjadi jelas ada di dalam kekuatan jaminan itu. Tidak ada lagi keraguan bagi setiap orang yang menyerahkan hidupnya kepada Kristus.

Khotbah Jangkep Berfokus Kepada Tuhan Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pernahkah saudara sekalian berpikir bahwa mengalami penderitaan itu menyenangkan? Pastinya pertanyaan ini dianggap tidak menarik, aneh-aneh, dan tidak masuk akal. Jikalau kita sedang memiliki hutang yang besar, dan dianggap sedang menderita, tapi kok ya diulangi lagi ya? Pernahkah kita berdoa untuk dapat mengalami penderitaan? Pasti tidak ada yang mau. Selamat datang penderitaan, aku sudah lama menunggumu! Ungkapan itu akan terasa aneh! Sekarang biarkanlah hidup ini dengan apa adanya yang terjadi. Namun kita hari ini diajari oleh Tuhan dalam firman-nya untuk mampu melihat bagaimana hidup itu perlu disikapi dengan arif dan bijak. Meskipun tidak ada orang yang berharap agar mengalami derita bagi dirinya sendiri, mungkin ia mengharap bagi orang lain, akan tetapi bahwa penderitaan itu toh dialami manusia. Di saat mengalami derita, manusia membutuhkan kekuatan untuk dapat menahan derita itu, ketegaran hati dan keyakinan. Perjuangan yang dijalani tidak seperti ketika tidak mengalami beban derita, bandingkan dengan keadaan dengan beban derita. Pada kondisi seperti itulah sebenarnya manusia dihadapkan kepada keterbatasannya. Kondisi kelemahan manusiawi ini pun diungkapkan dengan jujur oleh Kitab Suci melalui lakon kehidupan para tokoh di dalam Kitab Suci itu. Nabi Elia dikenal sebagai nabi agung pahlawan Allah, berkat kemampuannya memperjuangkan kesetiaan umat kepada Allah, ia membunuh empat ratus lima puluh nabi baal. Namun nabi Elia tidak serta merta puas dengan mengalahkan para nabi baal itu, ternyata putri Izebel istri raja Akhab tidak dapat menerima tindakan nabi Elia, nabi Elia pun mendapat ancaman pembalasan sehingga nabi Elia melarikan diri sejauh mungkin hingga memasuki kawasan padang gurun Beryeba di selatan otoritas kerajaan Yehuda. Pelariannya sangat jauh ke tengah padang gurun itu, dan di situ pun Elia memilih dipanggil Tuhan atau dengan kata lain memilih mati, namun berkat pemeliharaan Tuhan, ia dimampukan berjalan sampai ke gurun Horeb. Puncak dari kisah nabi Elia ini adalah sang nabi diberi perintah baru untuk menata kehidupan umat pilihan Allah, penugasan ini mengingatkan orang pada penugasan kepada nabi Musa, pendahulunya, untuk membawa bangsa Israel menikmati keberlangsungan hidupnya dengan diberikannya hukum-hukum Tuhan. Sedikit berbeda dengan penyajian tokoh Kitab Suci lainnya yakni Petrus, yang walaupun di dekatnya ada Tuhan Yesus yang memastikan diri bukan hantu yang mengijinkan dan memberi kuasa kepada Petrus untuk berjalan di atas air, sesaat Petrus bisa seperti gurunya berjalan di atas air, akan tetapi Petrus kemudian lebih memberikan perhatiannya kepada gelombang yang besar, maka Petrus terperosok ke dalam air.

Mungkin kita menyalahkan Petrus, karena ia tidak percaya, dan seperti teguran dari Tuhan Yesus kepada Petrus, kita juga ikut latah menegurnya, karena bukankah sikap dan perilaku Petrus merupakan kesamaan sikap dan perilaku kita. Manakala kita menghadapi beban dan gelombang kehidupan ini kita kerap kali lebih memberikan perhatian kita kepada beban dan gelombang kehidupan itu. Suatu hal yang sesungguhnya merenggut energi yang banyak dari kita karena fokus perhatian kita lebih kepada beban itu. Inilah yang menyebabkan letih dan lelah karena beban berat. Kelelahan psikis kerap kali nampak dalam raut muka seseorang sehingga seseorang itu kelihatan tidak bersemangat, layu, bahkan menjadi lebih tua dari usia yang sebenarnya. Kelelahan demi kelelahan memang dirasakan manusia, hal itu hendak menunjukkan bahwa manusia memang amat terbatas. Keterbatasan ini tidak berarti menjadikan manusia tidak mampu mengalahkannya. Hidup dalam dinamika yang demikian memang tidak bisa dihindari. Pada intinya manusia tidak mungkin hidup tanpa segala kemungkinan perubahan yang ada. Oleh karenanya tidak tepat jika manusia memohon kepada penciptanya untuk dihindarkan dari masalah. Hal yang perlu lebih diperhatikan bahwa manusia perlu bergantung kepada Tuhannya. Namun sayangnya untuk hal seperti ini kerap kali Tuhan tidak diakui telah menghantarkan kepada keberhasilan hidup. Manusia akan mengklaim bahwa semua keberhasilan berkat usaha dan kepandaiannya sendiri. Dari perkara inilah maka manusia sulit berbagi dengan sesamanya. Yang berlaku selama ini urusan diri sendiri lebih dikedepankan sedangkan orang lain menjadi urusan orang lain. Kehidupan ini memungkinkan adanya perubahan-perubahan. Manusia tidak mungkin dapat menduga kapan perubahan-perubahan itu terjadi. Sehingga makin nampaklah keterbatasan itu, apalagi jika membahas perihal kematian, manusia tidak mampu mengatasinya. Kesadaran akan relasi atau hubungan antara manusia dengan Tuhannya sangat dibutuhkan bagi manusia itu. Seperti yang terjadi pada hidup nabi agung Elia, atau pemazmur yang mengakui bahwa Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya bagi manusia, maka Tuhanlah pemilik sekaligus pemberi semua yang dibutuhkan manusia. Siapakah manusia sehingga ia tidak membutuhkan Tuhannya? Realitas hidup ini tidak bisa lepas dari kedaulatan kuasa Tuhan. Sangat tidak masuk akal jika manusia tidak berelasi dengan Tuhannya. Sebagai jemaat Kristen, sudah diajari bagaimana kasih Tuhan Allah itu, lebih dalam lagi pemahaman jemaat akan Allah itu ada di dalam Yesus Kristus. Tuhan yang nyata dalam hidup ini, yang menyertai kita jemaat-nya. Tuhan yang memampukan manusia berjalan dalam misteri hidup ini, Tuhan pula yang menjadi pusat perhatian kita. Jika Tuhan sudah dijadikan pusat perhatian kita, maka menjalani hidup ini adalah konsekuensi dari perhatian kita kepada Tuhan. Konsekuensi itu tidak merupakan derita, tetapi kemampuan untuk menjalani hidup ini. Kalau demikian, maka jalani hidup dengan penuh syukur dengan tetap mengarahkan perhatian kita kepada Tuhan. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Kolose 1: 21-22 Petunjuk Hidup Baru : Kol 1: 23a Persembahan : Maleakhi 3: 10 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembuka : KJ no. 10: 1,3, 4. Nyanyian Penyesalan : KJ no. 24a: 1, 2 Nyanyian Kesanggupan : KJ no. 240b: 1, 2 Nyanyian Persembahan : KJ no. 302: 1, 2, 3 Nyanyian Penutup : KJ no. 269: 1, 2, 3.

Khotbah Jangkep Minggu, 7 Agustus 2011 Pekan Biasa Kaping Sangalas (Ijo) ENERING GESANG ANAMUNG DHUMATENG GUSTI Waosan I: I Para Raja 19: 9-18; Tanggapan: Jabur 85: 8-14; Waosan II: Rum 10: 5-15; Waosan III: Injil Mateus 14: 22-33 Tujuwan: Pasamuwan saged ngraosaken bilih nglampahi gesang punika, winengku ing kekendelan lan ngeneraken manahipun tumuju dhumateng Gusti. Khotbah Jangkep: Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Sang Kristus, Punapa nate panjenengan menggalih bilih nampeni karibedan punika mbingahaken? Temtunipun pitakenan punika kaanggep aneh, boten pinanggih nalar. Menawi kita gadhah sambetan ageng, asring kaanggep nembe ngraosaken reribed, ananging dene kok lajeng dipun wangsuli malih? Punapa nate panjenengan nyenyuwun mugi kaparingana karibedan? Temtu boten wonten ingkang purun. Payo mrenea karibedan, aku wus suwe nunggu tekamu! pratela punika badhe kaanggep nyleneh. Samangke kita selehaken rumiyin gesang punika akanthi punapa kemawon ingkang wonten. Ing dinten punika kita dipun-wulang lumantar pangandikanipun Gusti kangge saged nyumerepi kadospundi menggahing gesang punika kedah dipun-adhepi kanthi wicaksana. Sanadyan boten wonten tiyang ingkang ngajeng-ajeng nampeni kasangsaran tumrap piyambakipun, ananging kasangsaran punika boten saged dipun-selaki dening manungsa. Ing wekdal nalika ngalami kasangsaran, manungsa mbetahaken pakiyatan kangge nahanaken kasangsaran wau, tatag, tanggon lan pitados. Krodhaning tiyang sangsaya ketingal boten kados nalika nandhang kasangsaran, katandhingna menawi nandhang kasangsaran. Inggih ing kahanan ingkang makaten punika, kita manungsa dipun

sumerepaken dhateng wewatesan kita. Kahanan ingkang ringkih punika ingkang dipunpratelakaken kanthi jujur dening Kitab Suci lumantar lelampahaning gesangipun para abdinipun Gusti ing Kitab suci. Nabi Elia kondhang dados nabi agung pahlawanipun Allah, lumantar pakaryanipun ngekahi ing bab kasetyanipun umat dhumateng Gusti Allah, piyambakipun mejahi kawan atus seket nabi baal. Nanging nabi Elia boten lajeng rumaos bingah karana sampun mrajaya nabi-nabi baal wau, pranyata Sang Putri Izebel garwanipun Prabu Akhab boten saged nampi tumindakipun nabi Elia, sang nabi lajeng pikantuk pangancamipun Sang Putri Izebel, satemah keplajar ngungsi gesang ngantos plajaripun tebih sanget dumugi wewengkon pasamunan Bersyeba, inggih punika tlatah sisih kidul karajan Yehuda. Plajaripun tebih dumugi ing tengahing pasamunan wau, ing ngriku sang nabi nyuwun kapulunga nyawanipun, kanthi tembung sanes piyambakipun kepingin seda, ananging karana pangrimatipun Allah, sang nabi kaparingan daya kakiyatan mlampah tumuju dhateng redi Horeb. Pucaking cariyosipun nabi Elia, sang nabi kaparingan dhawuh kangge mranata gesangipun umat Israel. Dhawuh punika ngengetaken tiyang dhateng dhawuh ingkang katampi dening nabi Musa, duk ing uni wekdal ingkang sampun kapengker, kangge nuntun bangsa Israel nglajengaken gesang kanthi pepaken-pepakenipun Allah. Pasamuwan ingkang kinasih, Beda sakedhik kaliyan cariyosabdinipun Gusti ing Kitab Suci inggih punika sekabatipun Gusti ingkang nami Petrus. Sanadyan ing sacelakipun Petrus punika Gusti Yesus piyambak, ingkang sampun ngyektosaken bilih sanes memedi, tuwin sampun maringi daya pakiyatan, utawi Petrus ingampilan panguwaosipun Gusti saged mlampah ing sanginggiling toya, ewa samanten karana Petrus langkung nggatosaken prahara, satemah Petrus ambles ing toya. Bok manawi kita badhe nglepataken Petrus, karana piyambakipun boten pitados, kadosdene panyaruwenipun Gusti dhateng Petrus, kita inggih lajeng tumut nyaruwe Petrus, nanging patrapipun Petrus rak inggih sami kaliyan patrap kita. Nalika kita nahanaken momotaning gesang, kita asring nggatosaken dhateng momotan lan kasisahaning gesang wau. Satunggal bab ingkang yektinipun badhe nguras daya pakiyatan karana kita langkung migatosaken dhateng momotan wau. Punika ingkang njalari sayah lan lungkrah jalaran awrating momotan. Sayahing manah badhe numusi ing praupanipun tiyang, satemah tiyang ketingal tanpa lejar, alum, ketingal langkung sepuh katandhingaken kaliyan umuripun. Sayah lan lungkrah pancen dipun alami dening manungsa, bab punika badhe nedahaken pancen manungsa punika winates. Nanging wewatesan wau boten ateges manungsa boten saged ngawonaken. Gesang ing kawontenan ingkang makaten pancen

boten saged dipun-singkiri. Ingkang baku manungsa boten saged gesang tanpa wontenipun sadaya ewah-ewahan kahananing gesang. Karana saking punika boten trep manawi manungsa ngunjukaken pandonga nyuwun supados dipun uwalaken saking prakawis. Ingkang prelu dipun-gatosaken dening manungsa inggih punika manungsa kedah nggumantungaken gesang dhumateng Gusti Allahipun. Emanipun bilih Gusti Allah asring boten dipun-akeni sampun nuntun dhateng karaharjaning gesangipun. Manungsa badhe ngaken bilih sadaya punika awit anggenipun ngupadi lan saking kapinteranipun piyambak. Ing perangan punika manungsa lajeng boten saged dundum dhateng sesaminipun. Ingkang kalampahan engga dinten punika manungsa nengenaken dhateng kabetahanipun piyambak, dene tiyang sanes dados prakawisipun tiyang sanes. Ing gesang punika cinawisan samukawis ewah-ewahan. Manungsa boten saged nduwa ewah-ewahan badhe kalampah. Satemah sangsaya melok wewatesaning manungsa, punapa malih bab pepejah, manungsa babar bisan boten darbe kawasa. Manungsa sanget anggenipun mbetahaken sesambetan kaliyan Gusti Allah. Kados ingkang kalampahan ing gesangipun nabi agung Elia, utawi juru mazmur ingkang ngakeni bilih Gusti Allah nitahaken samukawis kangge manungsa, pramila Gusti piyambak ingkang kagungan saha maringaken samukawis ingkang dipun-betahaken kangge manungsa. Sinten ta manungsa punika dene kok boten mbetahaken Gustinipun? Kasunyataning gesang punika boten saged uwal saking pangreksanipun Allah. Boten pinanggih nalar manawi manungsa boten sesambetan kaliyan Gustinipun. Minangka pasamuwan Kristen, ingkang sampun ginulang ing bab kadospundi katresnanipun Allah, langkung lebet malih panampining pasamuwan ing bab Gusti Allah wonten ing Sang Kristus. Gusti ingkang nyata wonten ing gesang punika, ingkang nyarengi kita pasamuwanipun, Gusti ingkang nyagedaken manungsa mlampah ing sanginggiling prakawis ingkang sinamar lan wigati. Inggih namung Gusti piyambak dados enering gesang punika. Manawi Gusti sampun dados enering gesang kita, mila ingkang nama nglampahi gesang punika pancen sampun samesthinipun yen kedah nanggel punapa kemawon salebeting kita ngenerakaken gesang dhateng Gusti. Punapa ingkang kita tanggel boten ateges pinangka karibedan, ananging kasagedan kangge nglampahi gesang punika. Manawi makaten, inggih nglampahana gesang kanthi kebak panuwun lan tetep ngeneraken gesang lan manah kita dhumateng Gusti. Amin.

Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Kolose 1: 21-22 Pitedah Gesang Enggal : Kolose 1: 23a Pangatag Pisungsung : Maleakhi 3: 10 Rancangan Kidung Pamuji : Kidung Pambuka : KPK BMGJ 31: 1,2,3 Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 44: 1,2,3 Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 174: 1, 2. Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 110: 1,2,3 Kidung Panutup : KPK BMGJ 125: 1, 3

Khotbah Jangkep Minggu, 14 Agustus 2011 Pekan Biasa Ke Dua Puluh (Hijau) YESUS CINTA SEGALA BANGSA Bacaan I: Yesaya 56:1,6-8; Tanggapan: Mazmur 67 Bacaan II: Roma 11:1-2a,29-32; Bacaan III: Injil Matius 15:21-28 Tujuan: Jemaat sadar bahwa ia hidup di tengah dunia yang plural. Dengan demikian selayaknya hidup dengan mewujudkan cinta Allah kepada semua bangsa dan bisa saling membagi berkat. Dasar Pemikiran Di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang plural, sikap eksklusif sangat berbahaya karena bisa memecah persatuan bangsa. Sikap eksklusif itu bisa dimulai dalam hidup beragama, tetapi juga sebaliknya bisa diurai dengan pemahaman akan kasih Tuhan yang universal. Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 56:1,6-8 Puisi ini berisi mengenai keselamatan yang akan diberikan oleh Tuhan, yaitu saat ketika keadilan Tuhan berlaku dalam hidup manusia (ayat 1). Dalam pemberlakuan keselamatan itu Tuhan tidak hanya mengumpulkan kembali orang Israel, melainkan juga orang-orang asing yang menjadi hamba Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan Allah tidak dibatasi oleh ras atau bangsa. Mazmur 67 Mazmur ini adalah mazmur pada waktu panen. Menurut kebiasaan, waktu panen adalah waktu untuk berkumpul. Oleh karena itu panen juga dipakai sebagai gambaran berkumpulnya orang-orang dari segala penjuru dan bangsa. Mazmur ini juga

mengingatkan bahwa saat seseorang diberkati seperti pada waktu panen sebenarnya ia juga sedang dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama. Roma 11:1-2a,29-32 Bagian dari surat Rasul Paulus ini menegaskan bahwa Allah tidak akan menolak atau melupakan umat pilihan-nya. Namun di saat yang sama, seperti orang Israel menerima kemurahan keselamatan saat mereka tidak taat, orang-orang asing pun bisa menerima hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan adalah untuk Israel dan orang asing juga. Matius 15:21-28 Perempuan yang meminta tolong Yesus bukan sekadar orang asing, tetapi juga orang Kanaan yang adalah musuh bebuyutan Israel. Namun dalam dialog antara Yesus dan dia, perempuan itu menunjukkan kebesaran imannya. Ia menunjukkan bahwa orang asing pun layak menerima remah roti dari Israel. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan yang diawali oleh Yesus di Israel akan berlaku pula bagi bangsa-bangsa lain. Renungan atas Bacaan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural. Suku, agama, adat istiadat, bahasa, dan pandangan politik tidak ada yang tunggal. Atas dasar keberagaman itulah bangsa ini didirikan, sehingga kita mengenal semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini, kita sering mendengar, melihat, menyaksikan keberagaman itu dicoreng oleh sikap rakyat Indonesia sendiri yang tidak mau menghargainya. Perselisihan, konflik, bahkan kekerasan hanya karena golongan yang satu berbeda dengan golongan yang lain, sering terjadi dan pada beberapa kasus sulit untuk dipadamkan atau diselesaikan. Perselisihan, konflik, bahkan kekerasan itu bersumber dari pemahaman bahwa golongannyalah yang benar dan karenanya golongan yang lain harus dimusnahkan. Dalam hal ini pembacaan dan penafsiran terhadap teks suci masing-masing agama sering kali berperan besar. Dalam Kekristenan sendiri, pembacaan teks-teks Alkitab mengenai bangsa atau umat yang terpilih bisa menjadi dasar sikap eksklusif yang meniadakan golongan lain. Namun bacaan-bacaan kita hari ini menunjukkan sisi lain dari keterpilihan itu. Tuhan tidak pernah bermaksud memberikan keselamatan hanya kepada umat terpilih. Tuhan melebarkan sayap keselamatan-nya pada orang-orang asing, seperti tampak dalam Yesaya, Roma, dan Matius. Ketiga bacaan itu saling menegaskan bahwa Tuhan tidak

hanya akan menyelamatkan orang Israel, melainkan juga bangsa-bangsa asing, bahkan yang selama ini dikenal sebagai musuh Israel. Lalu untuk apa penyelamatan itu diberikan? Mazmur menggambarkannya sebagai perayaan panen saat semua orang berkumpul dan membagi sukacita. Keselamatan mengajak semua bangsa bersatu dan saling membagi berkat. Saat Yesus cinta segala bangsa, umat-nya pun diajak untuk mencintai segala bangsa dan berbagi berkat dalam hidup setiap hari. Indonesia pun bisa diharapkan pulih kembali. Harmonisasi Bacaan Leksionari Teks dari Yesaya, Roma, dan Matius terkait melalui ide mengenai tercakupnya bangsa asing dalam karya penyelamatan Allah. Teks Mazmur memberi warna yang menunjukkan bahwa keselamatan yang universal itu harus bisa diwujudkan dalam bentuk saling membagi berkat. Pokok dan Arah Pewartaan Kasih Tuhan yang universal memampukan jemaat menerima perbedaan tanpa membeda-bedakan dan merayakan hidup bersama orang-orang yang berbeda. Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan, Hari ini adalah Hari Pramuka Indonesia. Mungkin sebagian di antara kita pernah atau masih mengalami menjadi Pramuka. Atau jika sebelum tahun 1961, dikenal sebagai Pandu. Umumnya Pramuka menjadi hal wajib di sekolah-sekolah, walau pelasanaannya di luar pelajaran sekolah, atau ekstra-kurikuler. Bagi sebagian siswa mungkin Pramuka menjadi beban berat, bagi yang lain menjadi hal yang dicintai. Namun terlepas dari disukai atau tidak, jika kita tilik dalam Dasa Dharma Pramuka yang wajib dihafal dan diwujudkan oleh semua anggota Pramuka, kita bisa melihat semangat yang baik dan sangat dibutuhkan oleh kita semua. Mari kita ingat kembali isi Dasa Dharma Pramuka itu. Pramuka itu: 1. Taqwa kepada Tuhan yang Mahaesa 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia 3. Patriot yang sopan dan ksatria 4. Patuh dan suka bermusyawarah

5. Rela menolong dan tabah 6. Rajin, terampil, dan gembira 7. Hemat, cermat, dan bersahaja 8. Disiplin, berani, dan setia 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan Jika saja kesepuluh darma tadi dihafal dan dilaksanakan oleh setiap anggota dan mantan anggota Pramuka, rasanya kehidupan sehari-hari akan bisa dihidupi dengan nyaman dan menyenangkan. Apalagi jika diterapkan dalam hidup berbangsa Indonesia yang di dalamnya terdapat keberagaman yang sangat besar. Rasanya di Indonesia ini segalanya beragam, tidak ada yang tunggal. Suku, bahasa, adat istiadat, agama, sampai pandangan politik, semuanya beragam. Itulah sebabnya bangsa ini memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika; Berbeda-beda tetapi tetap satu. Jika darma nomor dua dan empat saja dilaksanakan, niscaya keberagaman di Indonesia akan menjadi harta bangsa yang paling berharga. Namun pada kenyataannya, keberagaman di Indonesia sering dijadikan masalah. Golongan-golongan tertentu kadang merasa hanya golongannyalah yang benar, sehingga golongan lain harus dimusnahkan. Sikap seperti ini disebut sebagai eksklusif. Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan, konflik, bahkan kekerasan antar golongan yang ada, baik suku, agama, politik, dan lain-lain. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Salah satu hal yang bisa menjadi dasar sikap eksklusif adalah pada pembacaan Teks Kitab Suci masing-masing agama. Misalnya, pada Kekristenan, pembacaan mengenai umat pilihan bisa menyebabkan sikap eksklusif yang menyebabkan pandangan merendahkan dan upaya menghancurkan pihak lain. Karena merasa diri adalah umat pilihan, orang dari agama lain, atau gereja lain, atau orang Kristen dari suku lain berada di luar umat pilihan sehingga harus ditiadakan. Senada dengan hal itulah pemahaman umum yang ada dalam masyarakat Yahudi zaman Alkitab. Bangsa Yahudi atau Israel adalah bangsa yang sangat eksklusif. Orang yang berbeda dalam pelaksanaan ajaran agama, apalagi orang asing, dianggap sebagai orang yang najis, berada di luar keselamatan, dan itu berarti bisa dianggap bukan sesama manusia. Namun dalam bacaan pertama dari Kitab Yesaya tadi kita mendengar bahwa Tuhan sendiri berfirman bahwa orang-orang asing juga mendapat tempat dalam keselamatan.

Bukan hanya orang Yahudi/Israel, melainkan juga orang asing yang juga takut kepada Tuhan. Hal ini juga mendapat penegasan dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Jika dahulu orang Yahudi menerima kemurahan keselamatan saat mereka tidak taat, orang asing juga bisa menerima hal yang sama. Hal ini menunjukkan pengajaran Rasul Paulus mengenai sifat keselamatan yang berlaku bagi semua orang. Dengan lebih ekstrem, pengalaman Yesus dengan perempuan Kanaan menunjukkan kenyataan bahwa keselamatan juga bagi bangsa asing. Perempuan yang minta tolong pada Yesus bukan sekadar bangsa asing, tetapi termasuk bangsa Kanaan, yang adalah musuh bebuyutan orang Israel. Namun perempuan itu justru disebut sebagai memiliki iman yang besar. Tampaknya tidak ada orang lain yang disebut demikian oleh Tuhan Yesus. Kebesaran imannya tampak pada keyakinan perempuan itu bahwa kasih Tuhan tidak bisa dibatasi oleh bangsa. Orang-orang bukan Israel pun bisa menerima kasih yang sama dengan yang diterima oleh Israel, walau dalam dialog itu digambarkan seperti anjing memakan remah-remah roti anak-anak. Ketiga bacaan tadi saling mendukung dan menegaskan bahwa keselamatan yang merupakan wujud kasih Tuhan kepada manusia tidak bisa dibatasi oleh apapun, termasuk suku atau bangsa yang membatasi hubungan antar manusia. Itu berarti secara lebih umum bisa dikatakan, kasih Tuhan tidak terbatas. Dengan bahasa sederhana yang sering menjadi nyanyian anak-anak sekolah Minggu, Yesus cinta segala bangsa. Jika memang demikian ayat bacaan kita berbicara, sebenarnya sedang berbicara kepada kita yang hidup di tengah keberagaman ini. Jika kasih Tuhan tidak terbatas oleh perbedaan-perbedaan yang ada dalam hidup manusia, tentunya kita pun tidak selayaknya membeda-bedakan manusia hanya karena perbedaan yang ada. Perbedaan itu wajar, tetapi jika dibeda-bedakan, itu menjadi tidak wajar. Namun jika kita sudah belajar untuk tidak membeda-bedakan berdasarkan perbedaan yang ada, apa yang selanjutnya harus kita lakukan? Apa yang seharusnya terwujud dalam hidup keseharian? Jemaat yang dikasihi Tuhan, Mazmur yang menjadi tanggapan bacaan tadi menggambarkan suasana panen. Dalam kebiasaan di Israel, dan di Jawa juga rasanya, panen adalah saat seluruh anggota keluarga dan masyarakat berkumpul untuk merayakan kegembiraan. Tua, muda, miskin, kaya, berkumpul menjadi satu, merayakan berkat Tuhan melalui hasil panen. Dan yang namanya pesta panen atau festival, tidak ada pembedaan antara golongan yang satu dengan yang lain. Semua membaur berbagi kebahagiaan yang dirasakan.

Saat hidup bersama tidak lagi saling membeda-bedakan karena perbedaan, sebenarnya seperti sedang berada dalam pesta atau festival. Semua berkumpul untuk bersama-sama merayakan hidup dan berbagi berkat yang telah diterima. Merayakan hidup berarti menerima semua orang sebagai sesama manusia, apapun golongannya. Berarti pula saling menolong karena masing-masing telah merasa terberkati. Demikian pula bahu-membahu untuk membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bersama dengan segala potensi dan kemampuan masing-masing. Tidak perlu mempertentangkan dogma agama atau adat istiadat masing-masing suku, melainkan berkarya bersama demi kemanusiaan. Asia, termasuk di dalamnya Indonesia, terkenal karena kondisi kemiskinannya yang parah. Maukah kita bersama berjuang untuk mengurangi jumlah orang miskin? Indonesia juga pernah dijuluki sebagai perusak hutan terbesar yang pasti berdampak juga pada pemanasan global. Maukah kita bersama berjuang memelihara alam kita? Indonesia berada di daerah yang rawan bencana alam. Maukah kita bersama-sama siaga untuk mengurangi resiko bencana alam dan bergotong-royong merehabilitasi saat telah terjadi bencana? Indonesia adalah negara yang rawan bencana sosial pula. Maukah kita saling merendahkan diri dan menghargai, sehingga hidup bisa dirayakan bersama dalam kebahagiaan? Jika para Pramuka yang kita peringati hari ini sebagian sudah memulainya melalui Dasa Darma Pramuka yang menjadi tuntunan moralnya, saatnya kita sebagai umat dari Tuhan yang cinta segala bangsa melakukan hal yang senada. Amin. Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Kolose 2: 6-19 Petunjuk Hidup Baru : Hosea 1: 2-10 Dasar Persembahan : Mazmur 138 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembuka :KJ 13: 1-4 Nyanyian Penyesalan :KJ 23: 1-3 Nyanyian Kesanggupan :KJ 375 Nyanyian Persembahan :KJ 293: 1- Nyanyian Penutup :KJ 453: 1-3

Khotbah Jangkep Minggu, 14 Agustus 2011 Pekan Biasa Kaping Kalih Dasa (Ijo) GUSTI YESUS TRESNA SADAYA BANGSA Waosan I: Yesaya 56:1,6-8; Tanggapan: Jabur 67 Waosan II: Rum 11:1-2a,29-32; Waosan III: Injil Mateus 15:21-28 Tujuan: Pasamuwan sadhar bilih gesangipun wonten ing donya kaaben-ajengaken kaliyan mawarni pemanggih, kapitadosan engkang benten (plural). Warganipun pasamuwan kasagedna gesang prasaja, kanthi tansah nengenaken gesang kebak ing sih, mbabaraken berkah lan mujudaken sihing Allah ing tengahing bangsa. Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang dipun kasihi dening Gusti, inten punika pengetan Hari Pramuka Indonesia. Mbok bilih ing antawising Dkita wonten ingkang nate utawi taksih dados Pramuka. Saderengipun taun 1961, Pramuka dipun-sebat Pandu. Padatanipun ingkang ndherek Pramuka punika lare sekolah, dene pramuka wau kawontenaken ing sajawining wekdal sinau ing sekolah, utawi ekstra-kurikuler. Saperangan lare mbok bilih boten remen, nanging sanesipun iinggih wonten ingkang remen sanget. Sanadyan lare remen punapa boten dhateng Pramuka, ingkang nama Dasa Dharma Pramuka ingkang kedah dipun apalaken dening anggota Pramuka punika sae sanget kangge kita. Sumangga kita tingali isining Dasa Darma Pramuka punika wonten ing Bahasa Indonesia Pramuka itu: 1. Taqwa kepada Tuhan yang Mahaesa 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia 3. Patriot yang sopan dan ksatria 4. Patuh dan suka bermusyawarah 5. Rela menolong dan tabah 6. Rajin, terampil, dan gembira 7. Hemat, cermat, dan bersahaja

8. Disiplin, berani, dan setia 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan Menawi sadasa prakawis kala wau dipun-apalaken lan ugi dipun-estokaken dening anggota lan mantan anggota Pramuka, andayani gesang punika badhe kraos ngremenaken. Punapa malih ing satengahing gesangipun bangsa Indonesia ingkang maneka warni punika. Ing Indonesia punika ndarbeni samukawis wewernen. Suku, basa, adat tatacara, agami, lan golongan politik, sadaya warni-warni. Karana saking punika bangsa Indonesia lajeng gadhah sesanti, Bhinneka Tunggal Ika; sanadyan beda-beda nanging tetep satunggal lan manunggal. Menawi Dasa Darma Pramuka kala wau dipun-lampahi ingkang nomer kalih lan sekawan kemawon, badhe karaos beda-bedanipun bangsa Indonesia punika badhe dados bab ingkang aji sanget. Nanging kasunyatanipun, beda-bedanipun bangsa Indonesia punika asring dipun dadosaken reribed. Saperangan golongan rumaos leres piyambak, mila pangangkahipun golongan sanes kedah dipun sirnakaken. Pamanggih ingkang makaten punika dipunwastani eksklusif. Pamanggih kados makaten punika njalari crah utawi malah ngantos ngginakaken kekerasan, ing antawising golongan, sae suku, agami, punapa dene politik, lsp. Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti. Satunggaling prakawis ingkang saged njalari tuwuhipun sikep eksklusif (boten saged nampi bab ingkang beda) inggih punika caranipun maos Kitab Sucinipun piyambakpiyambak. Upaminipun, ing agami Kristen, menawi sami maos bab umat prajanjian, lajeng saged nuwuhaken raos bilih piyambakipun langkung inggil lan leres piyambak. Dados tiyang ingkang beda agami, greja, lan tiyang Kristen ingkang boten nunggal bangsa kedah dipun sirnakaken. Pamanggihipun bangsa Yahudi utawi Israel ing Kitab Suci inggih kados makaten. Sami rumaos bilih bangsa Israel dados bangsa pilihanipun Gusti, temahan bangsa sanes inganggep mapan ing sajawining kawilujengan lan ateges najis, kaanggep sanes sesamining manungsa. Nanging waosan kapisan saking Kitab Yesaya kala wau, nelakaken bilih Gusti medhar sabda bab bangsa manca ingkang tumut mlebet dhateng kawilujengan. Boten namung tiyang Israel, nanging ugi bangsa manca ingkang ajrih asih dhateng Gusti. Prakawis punika dipun-tandhesaken malih nalika kita maos seratipun Rasul Paulus kagem pasamuwan ing kitha Rum. Menawi rumiyin tiyang Yahudi nampeni kamirahaning Gusti arupi kawilujengan, sapunika tiyang manca ugi nampeni kanugrahan

ingkang sami. Punika piwulangipun Rasul Paulus bilih sesipataning kawilujengan punika kangge sadaya tiyang. Kanthi langkung tajem malih, pepanggihanipun Gusti Yesus kaliyan tiyang estri saking Kanaan wau, nelakaken bilih kawilujengan punika ugi kangge tiyang manca. Tiyang Kanaan kala samanten kaanggep satrunipun bangsa Israel wiwit wiwitan mila. Nanging tiyang estri saking Kanaan wau malah dipun-sebat dening Gusti Yesus gadhah pangandel ingkang ageng. Ketingalipun boten wonten tiyang sanes ingkang dipun sebat makaten dening Gusti Yesus. Agenging pangandelipun punika ketawis saking anggenipun pitados bilih katresnanipun Gusti boten winates namung wonten ing satunggal bangsa. Tiyang sajawining Israel inggih saged nampeni katresnan punika. Sanadyan namung dipun-gambaraken kados segawon ingkang nedha cuwil-cuwilaning roti ingkang dhawah saking meja. Waosan ingkang kaping tiga kala wau, nelakaken ugi bilih kawilujengan punika wujuding katresnanipun Gusti dhateng manungsa lan boten saged dipun-watesi punapa kemawon, kalebet bangsa. Menawi lare sekolah minggu punika anggenipun sami tetembangan, Yesus cinta s gala bangsa s gala bangsa di dunia Menawi ayat-ayat wau ngendikakaken bab punika, ateges kita boten pareng amemilah, bilih beda punika sampun limrah. Nanging patrap memilah punika klentu. Dene menawi sampun boten wonten patrap mbedak-bedakaken, lajeng punapa ingkang kedah kita lampahi salajengipun? Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti, Kitab Jabur ingkang dados tanggapan, nggambaraken kawontenan panen. Padatanipun ing Israel, lan ugi ing Jawi, wekdal panen punika wekdalipun sadaya anggotaning brayat lan masyarakat ngempal, sami ngawontenaken pahargyan. Sae ingkang sepuh, anem, mlarat, sugih, sami ngempal, nunggil dados satunggal, boten wonten ingkang dipun bedak-bedakaken. Naminipun wekdal bingah, inggih lajeng pista, tipis tur rata. Sadaya pikantuk bageyan ingkang sami, boten dipun bedakaken. Sadaya ngaturaken panuwun awit berkahipun Gusti lumantar panen ingkang dipun-tampeni. Sadaya kabingahan kaesokaken temahan sadaya ugi ngraosaken kabingahan punika. Menawi ing salebeting gesang boten sami dipun-bedakaken malih, gesang punika ngemperi kados saweg wonten ing salebeting pista. Sadaya mahargya gesang, sadaya andum kabingahan lan berkah ingkang sampun dipun-tampeni. Mahargya gesang ateges nampeni sadaya tiyang minangka sesami manungsa, boten gumantung kaliyan golonganipun. Ugi ateges sami tulung-tinulung amargi sadaya rumaos sampun binerkahan. Makaten ugi sami sesarengan mbekta karaharjan lan kabingahan lumantar kesagedan ingkang dipun paringaken dening Gusti. Boten sisah dredah bab piwulang agami utawi bab adat bangsanipun piyambak-piyambak. Sesarengan makarya kangge manungsa.

Asia, kalebet Indonesia, misuwur amargi kathah tiyang mlaratipun. Lan malih mlaratipun punika boten namung mlarat limrah, ananging mlarat ingkang sanget. Punapa kita sami purun sesarengan mbudidaya ngirangi cacahing tiyang ingkang mlarat sanget punika? Indonesia ugi nate dipun wastani negari ingkang paling kathah ngrisak wana, ingkang damel donya sangsaya benter. Punapa kita sami purun sesarengan njagi kawontenaning bumi kita punika? Indonesia mapan ing panggenan ingkang gampil kenging bencana alam. Punapa kita sami purun sesarengan siyaga temahan menawi wonten bencana boten kathah korban lan menawi sampun ketaman bencana, punapa kita purun gotong-royong mbiyantu mulihaken malih? Indonesia ugi gampil sanget ngalami bencana sosial. Punapa kita purun sami andhap asor lan ngajeni tiyang sanes, temahan gesang punika saged dipun-lampahi sesarengan ing salebeting kabingahan? Dinten punika dinten Pramuka. Para Pramuka punika sampun miwiti kasaenan lumantar Dasa Darma Pramuka ingkang dados tuntunanipun. Sapunika wekdal kangge kita minangka umatipun Gusti ingkang tresna dhateng sadaya bangsa, katimbalan kangge leladi ingkang sami. Amin. Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Kolose 2: 6-19 Pitedah Gesang Enggal : Hosea 1: 2-10 Pangatag Pisungsung : Jabur 138 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK BMGJ 7: 1-3 Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 7: 1-3 Kidung Kesanggeman : KPK BMGJ 46: 1, 2 Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 186: 1- Kidung Panutup : KPK BMGJ 86: 1-3

Khotbah Jangkep Rabu, 17 Agustus 2011 Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 66 ALLAH SUMBER PENGHARAPAN SEGALA BANGSA Bacaan I: Yesaya 11:1-10; Tanggapan: Mazmur 117 Bacaan II: Roma 15:1-13; Bacaan III: Injil Matius 12:15b-21 Tujuan: Jemaat dimampukan untuk dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dan memaknai kepelbagaian bukan sebagai musuh, untuk membangun negeri hidup dalam damai sejahtera. Dasar Pemikiran Kemerdekaan berarti panggilan hidup bagi setiap warga negara untuk memperlihatkan baktinya, menghadirkan damai sejahtera. Rusaknya bangsa adalah rusaknya kehidupan dan spiritualitas. Jemaat diharapkan mampu memperlihatkan spiritualitas hidup berbagi dan bekerja sama dengan berbagai kelompok bagi pembangunan negeri. Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 11:1-10 (Tuhan, Panji bagi segala Bangsa ) Kesaksian ini diberikan ketika umat hidup dalam keterancaman kehancuran, untuk memperlihatkan spiritualitas hidup yang benar. Ayat 1-5 berisi gambaran Ideal Seorang Raja yang akan memimpin negeri. Ayat 6-9 berisi misi Raja tadi, yaitu mengembalikan keadaan menjadi baik kembali. Ayat 10 berisi gerakan yang akan dilakukan oleh raja tadi, yaitu mengembalikan kemuliaan dan kewibawaan negeri.

Mazmur 117 (Pujilah Tuhan segala Bangsa) Mazmur puji-pujian yang berisi tentang kasih Tuhan kepada segala bangsa, yaitu bangsa Yahudi maupun non Yahudi. Dengan kata: hebat atas kita, Pemazmur menyatakan bahwa tindakan kasih Tuhan diperuntukkan bagi kehidupan sejagad. Roma 15:1-13 (Allah memberikan kerukunan) Rasul Paulus menganjurkan umat hidup dalam kerukunan dengan siapapun meski berbeda latar belakang karena kasih Tuhan pun diberikan kepada semua umat manusia. Rasul Paulus menggemakan semangat egaliter, yakni kesamaan di hadapan Tuhan dan kesamaan dalam bertanggungjawab terhadap keutuhan negeri. Dengan demikian kita telah turut memperkenalkan bahwa Tuhan yang disembah adalah Tuhan yang telah memberikan kasih dan kerukunan bagi setiap bangsa. Injil Matius 12:15b-21 (Kepada-Nyalah semua bangsa berharap) Orang Farisi sulit mengakui Yesus sebagai Mesias sehingga berniat menyingkirkan- Nya. Yesus tidak menanggapi dengan kekerasan, melainkan menunjukkan kasih-nya kepada setiap orang, spiritualitas yang bersedia melayani. Padahal pada saat itu orang Yahudi berharap Mesias akan mengembalikan supremasi Raja Daud. Namun bagi Yesus spiritualitas yang bersedia mengasihi dan melayani menghantarkan setiap umat manusia kepada hidup berpengharapan. Harmonisasi Bacaan Perubahan paradigma tentang Allah dan karya-nya penting dilakukan. Yesaya menghadirkan spiritualitas baru mengenai Raja yang akan mengembalikan hidup pada kebaikannya. Pemazmur mengakui bahwa kehadiran Raja adalah untuk semua bangsa. Surat Roma menegaskan bahwa Allah tidak boleh diproyeksikan bagi kepentingan diri atau golongan. Matius mengungkapkan Mesias menjadi Raja bukan dengan kekerasan, melainkan pelayanan. Pokok dan Arah Pewartaan Kesediaan untuk mengubah paradigma bahwa Tuhan adalah Mesias/Raja yang bukan sekadar unjuk kebolehan memampukan umat berkerjasama dengan umat lain dalam membangun negeri.

Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan Hari ini adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia sebab tepat 66 tahun negara indonesia merdeka. Merdeka! Merdeka! Merdeka! Itulah seruan yang pernah menggema pada tanggal 17 Agustus 1945. Seruan yang membuncahkan pengharapan untuk menjadi bangsa yang berdaulat. Sekarang, apa makna seruan itu bagi kita? Tahun ini kita, masyarakat Indonesia, diperhadapan pada persoalan dalam negeri yang tidak ringan. Pergolakan kelompok yang mengatasnamakan NII, berita pejabat negeri yang melakukan tindakan korupsi, petinggi-petinggi yang berebutan kekuasaan kepengurusan organisasi sepak bola, anak-anak yang seharusnya bersekolah malah bekerja karena disuruh orang tuanya, berita tentang kriminalitas, pembunuhan serta penindasan, dan masih banyak berita-berita yang lain. Benarkah kita sudah merdeka? Apa makna berdaulat? Bebas melakukan semaumaunya dan sehabis-habisnya yang penting diri pribadi kaya, senang, dan menang? Bagaimana iman Kristen memaknai dan mengartikan kemerdekaan? Jemaat yang dikasihi Tuhan Mari kita berupaya memberi makna baru terhadap arti kata merdeka. Makna yang lebih bisa sesuai dengan situasi negeri kita. Sehingga kata Merdeka menggemakan kebanggaan saat diserukan. Pemaknaan itu akan bisa terjadi jika kita sebagai masyarakat dan umat beragama berani memulai memaknai ulang konsep ketuhanan. Sebab ketika praktek keagamaan masih dijalankan atas dasar kecurigaan-kecurigaan terhadap pemeluk agama lain dan keegoisan maka yang muncul adalah kepentingan kelompokku dan diriku. Nabi Yesaya dalam pernyataannya telah membantu kita untuk berani melakukan perubahan dalam memaknai kemerdekaan dengan menghadirkan pemaknaan ulang terhadap karya Sang Mesias. Kehadiran-Nya diperuntukkan bagi seluruh bangsa untuk mengembali kan kehidupan ke dalam suasana seperti di firdaus (Yesaya 11:6-9). Sang Mesias tidak digambarkan sebagai yang mengangkat senjata untuk berperang sebagaimana yang diharapkan oleh umat atas kebangkitan kembali dinasti Daud. Pemazmur pun memberikan penegasan bahwa kehebatan kuasa Allah tidak hanya untuk diri kita (agama, kelompok, suku) tetapi untuk seluruh bangsa. Kalau dihubungkan dengan Indonesia, kasih dan kuasa Allah bukan hanya untuk dinikmati oleh kaum Kristen

saja. Melainkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian kasih dan kuasa Allah diperuntukkan bagi setiap umat untuk membangun negeri ini. Jadi jika kita secara sembunyi-sembunyi masih berharap negeri ini dipimpin oleh kaum Kristen atau banyak petinggi-petinggi negeri yang beragama Kristen, apa bedanya kita dengan kelompok yang menggelorakan NII? Selama masih ada kecurigaankecurigaan dan sentimen serta keegoisan, maka yang digemakan oleh Rasul Rasul Paulus, yaitu hidup rukun dengan semua pemeluk agama akan menjadi retorika belaka. Dan jika itu yang terjadi maka kasih dan kuasa Tuhan tidak lagi menjadi milik anak bangsa, masyarakat Indonesia. Jemaat yang dikasihi Tuhan Perubahan paragdima tentang konsep ketuhanan itu harus dimulai dengan hidup yang bersedia rukun dengan sesama. Bekerja sama tanpa harus dibayang-bayangi rasa kecurigaan akan dikristenkan, dsb. Semangat egaliter yang diserukan oleh Rasul Paulus adalah semangat yang harus kita gemakan saat ini: bahwasanya kasih dan kuasa Tuhan adalah untuk kebaikan sesama. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Mengubah paradigma sama artinya dengan memutus mata rantai kecurigaan, sentimen, dan keegoisan. Seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang telah bersedia untuk tidak menuruti keinginankeinginan umat pada waktu itu. Ketika semangat kesukuan menguat dan bahkan bersepakat untuk membunuh, Tuhan Yesus malah menyingkir dan memproklamirkan spiritualitas yang membangkitkan pengharapan. Kecurigaan, sentimen, dan keegoisan tidak ditanggapi dengan hal yang sama melainkan dengan spiritualitas melayani dan mengasihi. Gambaran yang berbeda dengan yang diharapkan umat Yahudi pada waktu itu. Mereka berharap Mesias datang menjadi Raja yang akan mengembalikan supremasi Raja Daud. Sedangkan Yesus adalah Mesias yang menghadirkan Spiritualitas pelayanan. Jati diri sebagai Mesias ditampilkan secara berbeda oleh Yesus. Bukan dengan pedang atau berbantah. Melainkan dengan spiritualitas yang bersedia mengasihi dan melayani. Perubahan ini dapat menghantarkan bangsa-bangsa di luar bangsa Israel dan umat di luar suku Yahudi untuk menaruh harapan dan berharap kepada Tuhan Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Menyambut dan hidup dalam kemerdekaan Indonesia yang ke 66 adalah dengan memperlihatkan wajah Tuhan yang sudah dikenalkan oleh Yesus. Dengan demikian nantinya segala mulut pun memuji bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih dan sumber pengharapan bagi setiap umat manusia. Amin.

Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Yohanes 3:16 Petunjuk Hidup Baru : Nast Persembahan : Markus 12:41-44 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan : Nyanyian Penyesalan : Nyanyian Kesanggupan : Nyanyian Persembahan : Nyanyian Penutup :

Khotbah Jangkep Rebo, 17 Agustus 2011 Tanggap Warsa Kamardikan RI Kaping 66 GUSTI ALLAH PUNIKA TUKING PANGAJENG-AJENGIPUN SADAYA BANGSA Waosan I: Yesaya 11:1-10; Tanggapan: Jabur 117 Waosan II: Rum 15:1-13; Waosan III: Injil Mateus 12:15b-21 Ancas: Pasamuwan kabereg mbangun sesambetan sae kaliyan sadherek-sadherek agami sanes. Ugi kaatag mangertosi bilih beda-beda ingkang wonten ing satengahing masyarakat boten ateges njalari memengsahan, nanging sami mangretosi tanggel jawab mbudidaya tentrem rahayu mawujud ing satengahing Indonesia. Khotbah Jangkep Para sadherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus, Dinten punika mujudaken dinten ingkang adi, awit samangke sampun 66 taun anggenipun bangsa kita mardika. Merdeka, merdeka, merdeka! Minangka panguwuh ingkang sampun ngumandhang rikala 17 Agustus 1945. Minangka panguwuh ingkang nglairaken pangajeng-ajeng saha dados tandha bilih bangsa punika gadhah kuwaos nemtokaken hak gesangipun piyambak. Ananging dumugi wekdal punika, punapa panguwuh mardika taksih nggadhahi makna ingkang adi? Sinaosa sampun mardika nanging kita dipun aben-ajengaken kaliyan prakawisprakawis ingkang sangsaya adamel trenyuhing manah. Bangsa ingkang nggadhahi kuwaos kangge nemtokaken dhirinipun piyambak, punapa kedah ketingal wonten ing tumindak-tumindak ingkang asor? Prakawis ingkang winastanan alit lan ageng gilir gumantos kalampahan wonten ing satengahing negari punika. Tundhonipun nuwuhaken pitakenan menawi kita ngaken sampun mardika, mardika ingkang kados pundi ingkang kababar ing satengahing bangsa punika?

Taksih asring jumedhul pambudidayanipun satunggaling kelompok ingkang badhe nguwaosi pamarentahan, damel ewah-ewahan ing bab ideologi negari, kadosta NII (Negara Islam Indonesia). Lajeng asring kita pireng pawartos para pamimpin negari tumindak nylingkuhaken arta (korupsi), sami rebatan panguwaos ingkang tundhonipun nuwuhaken crah lan padudon antawisipun kelompok satunggal lan satunggalipun. Ontran-ontran wonten ing bab olahraga, mirungganipun bal-balan ingkang boten rampung-rampung. Asiling para olahragawan badminton ingkang sangsaya dangu sangsaya mlorot kaunggulanipun. Para lare ingkang kedahipun ing wekdal enjang wonten ing papan pasionan nanging malah wonten ing margi saprelu ngemis, nyambut damel ndherek tiyang sepuhipun upaminipun pados wedhi ing lepen. Menawi dipun tangleti kenging punapa boten sekolah, wangsulanipun awit dipun dhawuhi dening tiyang sepuhipun supados mbiyantoni nyekapi kabetahan padintenan. Punapa punika boten damel girising manah kita? Lan taksih wonten malih pawartos ingkang damel girising manah kados ta pawartos padudon, sami-dene mejahi, panganiaya sarta sanessanesipun. Ningali kanyataning gesang ingkang makaten punika, punapa ta maknaning mardika tumrap bangsa kita? Punapa mardika punika tegesipun saged tumindak punapa kemawon ngantos nerak pranatan lan sasekecanipun piyambak? Punapa mardika punika tegesipun ugi ngutamekaken dhiri pribadi ngantos pados rejeki kanthi nglirwakaken pranataning masyarakat punapa dene negari? Punapa mardika punika namung kangge kemaremaning pribadi temah gesangipun tiyang sanes punapa malih ingkang saking golongan lan agami sanes boten dipun gatosaken. Boten preduli tiyang sanes sanadyan tiyang sanes ngantos kerapan, sangsara, miskin lan sapiturutipun. Awit saking punika, tumrap kita tiyang Kristen kados pundi anggen kita kedah paring makna bab kamardikan kasebat? Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus, Yektinipun umat Kristen tinimbalan mbudidaya lan nuwuhaken makna ingkang anyar murih kababaring makna mardika ingkang sejati. Temah tembung mardika punika boten namung kandheg ing pangucap. Mardika kedahipun nggadhahi makna kababaring kawontenan ingkang saged dipun raosaken dening sesaminipun ingkang migunani lan maedahi. Supados makna anyar sesambetan kaliyan tembung mardika punika saged kababar, mesthi nipun kawiwitan saking gesangipun pasamuwan anggenipun nganyaraken pangretosanipun magepokan kaliyan pamawas bab Gusti Allah. Awit nalika tiyang ngugemi agami sami nggadhahi raos culika dhateng umat agami sanes, nggadhahi sikep bilih piyambakipun ingkang langkung prayogi tinimbang tiyang sanes, pramila ingkang kababar inggih punika namung pandamel ingkang nengenaken kapentinganipun pribadi, kelompok lan golonganipun. Pangandikanipun Yesaya 11:1-10, paring pambiyantu tumrap kapitadosan kita anggenipun badhe damel ewah-ewahan ing bab mujudaken tembung mardika ingkang