Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

Kajian Termodinamika Adsorpsi Hibrida Merkapto-Silika dari Abu Sekam Padi Terhadap Ion Co(II)

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SILIKA GEL DARI LIMBAH ABU SEKAM PADI (Oryza Sativa) DENGAN VARIASI KONSENTRASI PENGASAMAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PREPARASI DAN APLIKASI SILIKA GEL YANG BERSUMBER DARI BIOMASSA UNTUK ADSORPSI LOGAM BERAT

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

STUDI KARAKTERISTIK SILIKA GEL HASIL SINTESIS DARI ABU AMPAS TEBU DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM KLORIDA

ADSORPSI KADMIUM(II) PADA BAHAN HIBRIDA TIOL-SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI YANG DIIMOBILISASI DENGAN 3-(TRIMETOKSISILIL)-1-PROPANTIOL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan limbah sekam padi menjadi silika gel sebagai penyerap kelembaban udara

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

The preparation and characterization of Sinabung volcanic ash as silica based adsorbent

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI SILIKA GEL

Indo. J. Chem. Sci. 3 (3) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

PENGARUH TEKNIK EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl DALAM EKSTRAKSI SILIKA DARI SEKAM PADI UNTUK SINTESIS SILIKA XEROGEL

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesian Journal of Chemical Science

The preparation and characterization of Sinabung volcanic ash as silica based adsorbent

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hariadi Aziz E.K

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

MODIFIKASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI DENGAN LIGAN DIFENILKARBAZON. I Wayan Sudiarta, Ni Putu Diantariani dan Putu Suarya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

IMPREGNASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI DENGAN 1,8-DIHIDROKSIANTRAKUINON SEBAGAI ADSORBEN BESI (Fe)

ADSORPSI KADMIUM(II) PADA BAHAN HIBRIDA TIOL-SILIKA DARI ABU SEKAM PADI ADSORPTION OF CADMIUM(II) ON THIOL-SILICA HYBRID FROM RICE HULL ASH

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

PENGARUH KEASAMAN MEDIUM DAN IMOBILISASI GUGUS ORGANIK PADA KARAKTER SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

PENGARUH KOMPOSISI DAN WAKTU KONTAK CAMPURAN ANDISOL DAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP ADSORBSI ION LOGAM Pb(II)

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. Metodologi Penelitian

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK ABSTRACT

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

PENGARUH KEASAMAN MEDIUM DAN IMOBILISASI GUGUS ORGANIK PADA KARAKTER SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

PENJERAPAN Ni(II) PADA ABU SEKAM PADI TERMODIFIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

SINTESIS ADITIF SEMEN β-ca 2 SiO 4 DARI ABU SEKAM PADI DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGABUAN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PENGARUH JENIS ASAM PADA SINTESIS SILIKA GEL DARI ABU BAGASSE DAN UJI SIFAT ADSORPTIFNYA TERHADAP ION LOGAM TEMBAGA (II)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

DEALUMINASI ZEOLIT ALAM CIPATUJAH MELALUI PENAMBAHAN ASAM DAN OKSIDATOR

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Indo. J. Chem. Sci. 2 (2) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB IV METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Silika Gel dari Geothermal Sludge dengan Metode Caustic Digestion

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

Mita Rilyanti, Buhani dan Fitriyah. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

Transkripsi:

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 154-162 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PERBANDINGAN KEMAMPUAN SILIKA GEL DARI ABU SABUT KELAPA DAN ABU SEKAM PADI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Cd 2+ AF Yusrin EB Susatyo, FW Mahatmanti Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Agustus 2014 Disetujui September 2014 Dipublikasikan Oktober 2014 Keywords: Cd 2+ metal ion, coconut husk ash, gel silica, rice husk ash Abstrak Penelitian mengenai pembuatan silika gel dari bahan baku abu sabut kelapa (ASK) dan abu sekam padi (ASP) telah dilakukan dengan memanfaatkan kandungan silikanya. Bahan baku ASK dan ASP ditambah larutan NaOH dengan pemanasan dan peleburan pada suhu 500 C selama 30 menit menghasilkan larutan natrium silikat, kemudian larutan natrium silikat masing-masing diasamkan dengan HCl 3 M hingga ph 7 dan dikeringkan hingga menjadi silika gel abu sabut kelapa (SG-ASK) dan silika gel abu sekam padi (SG-ASP). Hasil karakterisasi XRD menyatakan bahwa SG-ASK dan SG-ASP menghasilkan silika berbentuk amorf, sedangkan hasil analisis FT-IR menyatakan bahwa silika gel memiliki gugus fungsi Si-OH, Si-O dan Si-H. Hasil penelitian mengenai uji penyerapan ion logam Cd 2+ menunjukkan bahwa penyerapan optimum ion logam Cd 2+ dalam larutan oleh SG-ASK adalah pada ph 6, waktu kontak 60 menit dan konsentrasi optimum 7,45 ppm. Hasil uji penyerapan optimum ion logam Cd 2+ dalam larutan oleh SG-ASP pada ph 7, waktu kontak 90 menit dan konsentrasi optimum 11,78 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan SG-ASP lebih besar dibandingkan dengan kemampuan SG-ASK dalam menurunkan kadar ion logam Cd 2+ dalam larutan. Abstract Research on the manufacture of gel silica from coconut husk ash (ASK) and rice husk ash (ASP) has been conducted by utilizing their silica contents. ASK and ASP were added by an NaOH solution, then by heated and melted at temperature 500 C for 30 minutes to produce sodium silicate solution. The solution was then acidified separately with HCl 3 M up to ph 7 and dried into silica gel of coconut husk ash (SG-ASK) and silica gel of rice husk ash (SG-ASP). The result of XRD characterization showed that SG-ASK and SG-ASP both produced amorphous silica, while the result of FT-IR analysis showed that silica gel had functional groups of Si-OH, Si-O and Si-H. The research on the test adsorption of Cd 2+ metal ions showed that the optimum adsorption of Cd 2+ metal ions in solution by SG-ASK was occured at ph of 6, contact time of 60 minutes and concentration optimum of 7.45 ppm. Results of adsorption Cd 2+ metal ions in solution by SG-ASP showed that the optimum adsorption was occured at optimum ph of 7, contact time optimum of 90 minutes and concentration of 11.78 ppm. This means that the ability of SG-ASK is larger than the SG-ASP to decrease the levels of Cd 2+ metal ions in solution. 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung D6 Lantai 2, Kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: arfita_n2f@yahoo.co.id ISSN 0215-9945 154

PENDAHULUAN Sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil abu melalui proses peleburan. Alexander & Mukhlis (2011) yang melakukan pengujian pada Abu Sabut Kelapa (ASK) memperoleh komposisi (dalam satuan persen berat) terdiri atas oksida Si sebanyak 42,98%; Al 2,26% dan Fe 1,16%. Limbah pertanian yang lain, misalnya sekam padi dapat dibuat menjadi abu yang dikenal sebagai Abu Sekam Padi (ASP). Hasil penelitian Yulianto (2011) menyatakan bahwa abu sekam padi secara umum mengandung silika amorf yang cukup tinggi sekitar ± 90% sehingga abu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber silika pada pembuatan material berbasis silika. Abu sabut kelapa (ASK) dan abu sekam padi (ASP) dapat dimanfaatkan sebagai sumber silika untuk pembuatan silika gel. Silika gel telah banyak digunakan sebagai adsorben pada proses adsorpsi karena adanya suatu gugus aktif silanol ( Si-OH) dan siloksan ( Si-O-Si ). Silika gel dalam aplikasi sehari-hari digunakan sebagai adsorben pada makanan, karena memiliki kemampuan menyerap kelembaban sehingga mencegah kerusakan makanan selama penyimpanan (Prastiyanto et al. 2005). Silika gel juga dibutuhkan sekali untuk menyimpan alat-alat laboratorium dan alat-alat elektronik agar tidak lembab. Silika gel yang disebut sebagai agen pengering, banyak diminati oleh para konsumen. Oleh karena itu, pembuatan silika gel perlu dikembangkan dengan bahan baku yang relatif murah dan mudah didapat. Salah satunya adalah pemanfaatan abu sabut kelapa dan abu sekam padi untuk menghemat biaya pembelian tanpa meminimalisir penggunaan silika gel. Silika gel tidak hanya digunakan menyerap kelembaban, tetapi juga dapat menurunkan kadar ion-ion logam berat. Salah satu ion logam berat yang dapat diadsorpsi oleh silika gel adalah ion logam Cd 2+. Ion logam Cd 2+ merupakan ion logam berat yang berpotensi sebagai polutan bagi lingkungan perairan sehingga perlu diupayakan untuk menurunkan kadarnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti telah membandingkan kemampuan silika gel abu sabut kelapa (SG-ASK) dan silika gel abu sekam padi (SG- ASP) untuk menurunkan kadar logam Cd 2+ dalam larutan. Pembandingan antara SG-ASK dan SG-ASP dilakukan dengan karakterisasi menggunakan FT-IR untuk mengetahui gugus fungsi di dalamnya dan XRD untuk mengetahui kristalinitasnya. Setelah itu, SG-ASK dan SG-ASP diuji kemampuannya untuk menurunkan kadar logam Cd 2+ dalam larutan yang berbentuk silika gel. METODE PENELITIAN Pembuatan SG-ASK dan SG-ASP dilakukan dengan membuat natrium silikat terlebih dahulu dengan cara 20 gram abu lolos ayakan 100 mesh dicuci dengan 150 ml HCl 2M, kemudian dinetralkan dengan aquademin dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C. ASK yang bersih kemudian ditambahkan dengan 158 ml NaOH 4 M (berdasarkan stoikiometrisnya). Campuran tersebut dididihkan sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Setelah cukup kering, larutan dileburkan pada temperatur 500 C selama 30 menit serta didiamkan hingga dingin. Hasil yang didapatkan, ditambahkan 200 ml aquademin dan dibiarkan selama semalam. Setelah campuran dibiarkan semalam, endapan disaring menggunakan kertas saring whatman 42. Filtrat yang dihasilkan merupakan larutan natrium silikat ASK dan dianalisis menggunakan SSA (Perkin Elmer) untuk mengetahui komposisi kimianya. Perlakuan yang sama dilakukan menggunakan ASP menjadi larutan natrium silikat ASP. Larutan natrium silikat ASK sebanyak 40 ml ditambah larutan HCl 3M tetes demi tetes sambil diaduk hingga terbentuk gel dan dilanjutkan sampai ph=7 (hidrogel). Hidrogel dioven pada temperatur 80 C selama 18 jam untuk menghasilkan gel silika kering (serogel). Silika serogel digerus dan dicuci dengan aquademin sampai air bekas cuciannya bersifat netral. Langkah selanjutnya silika serogel dioven pada temperatur 80 C selama 9 jam sehingga terbentuk kembali gel silika kering (serogel). Silika serogel digerus dan diayak hingga lolos ayakan 100 mesh. Hasil ayakan yang merupakan SG-ASK dianalisis dengan FT-IR. Perlakuan yang sama dengan menggunakan natrium 155

silikat ASP menjadi SG-ASP (Sriyanti et al. 2005a). Setelah itu, SG-ASK maupun SG-ASP dikarakterisasi menggunakan XRD (Shimadzu XRD 6000) untuk mengetahui kristalinitasnya dan FT-IR (Shimadzu- 8201 PC) untuk mengidentifikasi gugus fungsinya. Uji penyerapan logam Cd 2+ dengan pengaruh ph dilakukan dengan cara larutan Cd 2+ 5 ppm sebanyak 100 ml diatur keasamannya pada ph 1; 2; 4; 6; 7 dan 8 dengan menambahkan larutan HCl 0,1 M atau NaOH 0,1 M untuk menstabilkan ph. Kemudian sebanyak 25 ml larutan Cd 2+ dicampurkan dengan 0,01 gram adsorben SG-ASK dan digoyang dengan shaker selama 60 menit pada suhu kamar kemudian disaring. Konsentrasi ion logam mula-mula dan ion logam tersisa dalam larutan ditentukan dengan AAS. Langkah tersebut diulangi dengan menggunakan SG-ASP. Pengaruh variasi waktu kontak antara logam Cd 2+ dengan silika gel diselidiki dengan cara larutan logam Cd 2+ 5 ppm pada ph optimum diinteraksikan dengan 0,01 gram adsorben SG-ASK pada variasi waktu kontak selama 10; 30; 60; 90; 120 dan 150 menit dan digoyang dengan shaker pada suhu kamar kemudian disaring. Konsentrasi logam yang tersisa dalam larutan ditentukan dengan AAS. Langkah tersebut diulangi dengan menggunakan SG-ASP. Variasi konsentrasi pada adsorpsi SG-ASK dan SG-ASP terhadap Cd 2+ dilakukan dengan cara menginteraksikan 0,01 gram adsorben SG-ASK dengan 25 ml larutan Cd 2+ pada berbagai konsentrasi, yaitu 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15 ppm dilakukan pada ph optimum. Campuran digoyang dengan shaker selama waktu kontak optimum kemudian disaring. Langkah tersebut diulangi dengan menggunakan SG-ASP. HASIL DAN PEMBAHASAN Abu yang telah lolos ayakan 100 mesh dicuci menggunakan larutan HCl 2 M dengan tujuan untuk menurunkan kadar pengotor yang berupa oksidaoksida logam dan dinetralkan dengan aquademin agar terjadi perubahan ph menjadi ph= 7. Selanjutnya dilakukan proses pelarutan dengan penambahan larutan NaOH 4 M (secara stoikiometri) menjadi natrium silikat. Penambahan NaOH bertujuan untuk melarutkan atau mereaksikan SiO2. Pelarutan dilakukan dengan peleburan pada suhu 500 C selama 30 menit untuk mempercepat pelarutan dan memaksimalkan hasil natrium silikat yang diperoleh. Reaksi pembuatan natrium silikat (Sugiyarto & Suyanti 2010) menurut persamaan reaksi: SiO2(s) + 2NaOH(aq) Na2SiO3(l) +H2O(l) Reaksi tersebut dilakukan pada suhu tinggi sehingga NaOH meleleh dan terdisosiasi membentuk ion natrium (Na + ) dan ion hidroksida (OH - ). Ion hidroksida mempunyai peranan penting dalam pembuatan natrium silikat. Ion hidroksida mampu menyerang atom Si pada SiO2 membentuk silikat. Atom Si dengan adanya orbital d kosong mampu menerima pasangan elektron dari O pada OH -. Selain itu pada SiO2, elektronegativitas atom O yang tinggi menyebabkan Si lebih elektropositif dan terbentuk intermediat [SiO2OH] - yang tidak stabil sehingga terjadi dehidrogenasi dan ion hidroksil yang kedua akan berikatan dengan hidrogen membentuk molekul air. Ion natrium akan menyeimbangkan muatan negatif yang terbentuk dan berikatan dengan ion SiO3 2- sehingga membentuk natrium silikat. Reaksi pembentukkan silika gel dilakukan dengan penambahan larutan HCl 3 M yang digunakan untuk pembentukan gel. Larutan natrium silikat mempunyai ph 11-12 sehingga dengan adanya penambahan HCl tersebut membentuk monomer-monomer asam silikat yang membentuk gel. Reaksi antara natrium silikat dan HCl dapat diasumsikan sebagai berikut. Na2SiO3(l) + 2HCl(aq) +H2O(l) Si(OH)4(aq) + 2NaCl(s) Larutan HCl ditambahkan agar terbentuknya gel asam silikat dengan ph =7. Sriyanti et al. (2005a) menyatakan bahwa asam silikat bebas akan membentuk dimer, trimer dan selanjutnya sampai terbentuk polimer asam silikat serta bergabung membentuk bola polimer yang disebut primary silica particle. Primary silica particle pada ukuran tertentu akan mengalami kondensasi membentuk fasa padatan yang disebut alkogel. Alkogel yang didiamkan akan mengalami sinerisis dan pelepasan NaCl sehingga dihasilkan gel kaku yang disebut hidrogel. Hidrogel yang terbentuk dikeringkan 156

dengan oven pada suhu 80 C selama 18 jam. Pengeringan dilakukan untuk melepaskan garamgaram natrium. Setelah itu, dilakukan pencucian dengan menggunakan aquademin hingga netral membentuk serogel. Serogel yang telah netral dikeringkan kembali pada suhu 80 C selama 9 jam untuk mengeliminasi kandungan air dalam bahan dengan menguapkan air dari permukaan bahan sehingga dihasilkan silika gel. Karakterisasi hasil SG- ASK dan SG-ASP dilakukan dengan spektrometer inframerah. Spektra inframerah dari SG-ASK dan SG- ASP disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1. Hasil spektra infra merah; silika gel standar (Kiesel-60), SG-ASK (A) dan SG-ASP (B) Menurut Sriyanti et al. (2005a) terlihat karakteristik silika gel standar (Kiesel 60) sebagai pembanding yang tampak adanya serapan yang lebar pada bilangan gelombang 3448,5 cm -1 menunjukkan vibrasi OH dari Si-OH. Serapan lebar dan tajam pada 1101,3 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi ulur simetri Si-O dari Si-O - Si yakni pada 1629,7 cm -1 mengindikasikan adanya virasi tekuk OH dari molekul air dan pada 974,0 cm -1 mengindikasikan adanya vibrasi ulur Si-O dari Si-OH. Serapan 800,4 cm -1 mengindikasikan adanya vibrasi ulur simetri dari Si-O dari Si-O-Si. Serapan 472,5 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi tekuk dari Si-O-Si. Bila dibandingkan antara silika gel abu sabut kelapa (SG- ASK) dengan silika gel abu sekam padi (SG-ASP), keduanya mempunyai kemiripan pola diikuti dengan penurunan intensitas beberapa pita serapan, pergeseran beberapa pita dan munculnya pita-pita serapan baru. Penggambaran pita serapan infra merah pada SG-ASP dan SG-ASK terlihat pada Gambar 1 (A) dan (B). Kedua pola serapan memiliki kemiripan dengan sedikit perbedaan intensitas. Serapan lebar pada bilangan gelombang 3448,72 cm -1 mengindikasikan vibrasi OH dari Si-OH, serapan lebar dan tajam pada 1095,57 cm -1 mengindikasikan adanya vibrasi ulur simetri Si-O dari Si-O-Si, dan serapan 1635,64 cm -1 mengindikasikan adanya vibrasi OH dari molekul air. Pita serapan pada 956,69 cm -1 mengindikasikan adanya vibrasi ulur Si-O dari Si-OH dan serapan 157

794,67 cm -1 mengindikasikan adanya deformasi ikatan Si-O pada SiO2. Serapan 470,63 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi tekuk Si-O-Si. Gambar 1 menunjukkan adanya gugus-gugus yang terdapat pada masing-masing silika gel hasil sintesis yakni berupa gugus Si-O, Si-C, Si-H dan OH. Karakterisasi hasil untuk mengetahui kristalinitas SG-ASK dan SG-ASP dilakukan dengan difragtometer Sinar-X. Difraktogram Sinar-X dari SG- ASK dan SG-ASP disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2. Hasil difraktogram sinar-x; A. SG-ASK dan B. SG-ASP Gambar 2 menunjukkan bahwa pola difraktogram SG-ASK memiliki pola puncak melebar pada 2θ=22,40 o, sedangkan pola difraktogram SG- ASP mirip dengan SG-ASK yakni keberadaan puncak lebar pada 2θ=22,04 o. Pola tersebut dibandingkan dengan nilai puncak-puncak pada sampel mendekati hasil penelitian Yahya (2012) yang menghasilkan difraktogram silika gel terletak pada puncak 2θ=22,68 yang menginformasikan bahwa silika gel berbentuk amorf. Difragtogram dicocokkan dengan data dari puncak-puncak standar SiO2 dari hasil JCPDS (Joint Committee for Powder Difraction Standard) sehingga dapat dikatakan SG-ASK dan SG- ASP menunjukkan fase amorf (puncak yang tidak tajam) berupa silika. Silika amorf terbentuk sebagai akibat penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu suhu 600 C. Silika amorf yang dihasilkan dapat memberikan reaktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan silika dalam bentuk kristal (Sriyanti et al. 2005b). Hasil penentuan ph optimum adsorpsi Cd 2+ oleh SG-ASK dan SG-ASP ditunjukkan pada Gambar 3. Penyerapan optimum ion logam Cd 2+ oleh SG-ASK adalah pada ph 6 dan penyerapan ion logam Cd 2+ pada SG-ASP adalah pada ph 7. Jumlah massa terserap untuk ion logam Cd 2+ pada SG-ASK dan SG- ASP masing-masing sebesar 5,3857 mg/g dan 5,7331 mg/g. 158

[Cd] terserap (mg/g) AF Yusrin, EB Susatyo, FW Mahatmanti / Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 154-162 Grafik [Cd] terserap terhadap pengaruh ph 7 6 SG-ASK SG-ASP 5 4 3 2 1 0 0 2 4 6 8 10 ph Gambar 3. Grafik hubungan antara ph larutan dengan konsentrasi Cd 2+ terserap. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi ph atau semakin basa larutan maka semakin banyak ion logam Cd 2+ yang terikat. Akan tetapi, jika telah mencapai harga konstanta hasil kali kelarutan (Ksp), ion logam Cd 2+ akan mengalami pengendapan dengan diikuti penyerapan ion logam Cd 2+ yang semakin berkurang. Penyerapan ion logam Cd 2+ dalam larutan oleh SG-ASK dan SG-ASP masing-masing telah mencapai puncak optimum pada ph 6 dan ph 7. Sriyanti 2005a menjelaskan bahwa pada ph rendah ion H + akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan diserap karena gugus OH - dalam keadaan terprotonasi (permukaan adsorben dikelilingi ion H + ) sehingga terjadi tolakan antara ion logam Cd 2+ yang bermuatan positif. Akan tetapi, pada saat mencapai puncak optimum, gugus OH - terdeprotonasi membentuk muatan parsial negatif sehingga terjadi tarik menarik antara ion OH - dengan ion logam Cd 2+ dalam larutan yang bermuatan positif dan menghasilkan serapan ion logam Cd 2+ yang tertinggi. Setelah mencapai puncak optimum pada ph=8, jumlah ion logam Cd 2+ terserap mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena ion logam Cd 2+ mengalami reaksi pengendapan menjadi Cd(OH)2 yang dibuktikan dari harga konstanta hasil kali kelarutan (Ksp) Cd(OH)2 sebesar 7,2x10-15 pada konsentrasi 5 ppm maka ion logam Cd 2+ akan mengendap sebagai Cd(OH)2 pada ph 7,60. Hasil penentuan massa terserap menggunakan variasi waktu kontak disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan interaksi antara ion logam Cd 2+ pada adsorben SG-ASK, yakni mencapai puncak terserap optimum pada kisaran 60 menit dengan massa terserap sebesar 6,8217 mg/g kemudian mengalami penurunan pada kisaran 90 menit sampai kisaran 150 menit. Interaksi antara ion logam Cd 2+ pada adsorben SG-ASP semakin meningkat dengan bertambahnya waktu interaksi. Interaksi antara ion logam mencapai optimum pada kisaran 90 menit menghasilkan massa terserap 6,9178 mg/g dan bertambahnya waktu interaksi hingga 150 menit mengalami penurunan penyerapan ion logam Cd 2+. Hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu kontak optimum SG-ASK lebih cepat dibandingkan dengan waktu kontak optimum SG- ASP. Hal ini mungkin disebabkan karena luas permukaan SG-ASK lebih besar dibandingkan luas permukaan SG-ASP sehingga lebih cepat berinteraksi dengan ion logam Cd 2+ untuk mencapai puncak optimumnya. 159

[Cd] Terserap (mg/g) AF Yusrin, EB Susatyo, FW Mahatmanti / Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 154-162 Grafik [Cd] terserap terhadap pengaruh waktu kontak 8 7 6 5 4 3 2 1 0 SG-ASK SG-ASP 0 50 100 150 200 Waktu Kontak Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu kontak adsorpsi dengan konsentrasi Cd 2+ terserap Pada awal penerapan, permukaan adsorben masih belum terlalu banyak menyerap ion logam Cd 2+ sehingga proses penyerapan berlangsung efektif. Gambar 4 menunjukkan bahwa grafik saat akan mencapai puncak optimum terjadi penyerapan ion logam Cd 2+ dengan peningkatan sangat cepat (<30 menit). Hal ini diduga merupakan interaksi aktif antara ion logam Cd 2+ dengan permukaan SG-ASK dan SG-ASP sampai mencapai puncak tertinggi atau waktu optimum. Setelah mencapai waktu optimum kurva cenderung menurun. Penurunan adsorpsi disebabkan adanya interaksi yang lewat jenuh dimana ion logam Cd 2+ yang teradsorpsi oleh SG-ASK maupun SG-ASP terlalu lama atau melewati waktu kontak optimum sehingga terlepas kembali (Yulianto 2011). Gambar 5 merupakan grafik hubungan antara konsentrasi larutan dengan banyaknya ion logam terserap atau kapasitas adsorpsi silika gel. Variasi konsentrasi larutan yang diadsorp mengunakan adsorben SG-ASK ternyata menunjukkan bahwa jumlah ion logam yang teradsorp meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ion logam dan mencapai puncaknya pada konsentrasi 7,45 ppm dengan kapasitas adsorpsi Cd 2+ sebesar 6,4589 mg/g kemudian mengalami penurunan yang disertai peningkatan secara signifikan pada konsentrasi Cd 2+ 12,46 ppm. Selain itu, adsorben SG-ASP mencapai puncak tertinggi pada konsentrasi Cd 2+ 11,78 ppm dengan kapasitas adsorpsi Cd 2+ sebesar 7,0289 mg/g. 160

[Cd] Terserap (mg/g) AF Yusrin, EB Susatyo, FW Mahatmanti / Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 154-162 Grafik [Cd] Terserap Terhadap Pengaruh Kosentrasi 8 7 6 5 4 3 2 1 0 SG-ASK SG-ASP 0 2 4 6 8 10 12 14 Konsentrasi (ppm) Gambar 5. Hasil konsentrasi Cd terserap terhadap pengaruh konsentrasi Gambar 5 menunjukkan bahwa pada konsentrasi rendah (di bawah 7,45 ppm pada SG-ASK dan di bawah 11,78 ppm pada SG-ASP), berat terserap ion logam dalam larutan kurang efektif sehingga hanya sedikit ion logam yang membentuk ikatan dengan adsorben. Semakin banyak jumlah ion logam, semakin tinggi ion logam yang terikat hingga mencapai optimum. Pada konsentrasi rendah tersebut, semua ion logam Cd 2+ telah berikatan dengan adsorben SG-ASK maupun SG-ASP. Penambahan konsentrasi yang berarti menambah jumlah ion logam Cd 2+ dalam larutan ternyata menurunkan kemampuan adsorpsi. Hal ini terjadi karena ion-ion logam bersaing untuk berinteraksi dengan adsorben sehingga menyebabkan ion-ion logam yang telah terikat terlepas kembali. Akan tetapi, pada konsentrasi 9,95 ppm sampai 12,46 ppm adsorpsi pada SG-ASK mengalami kenaikkan yang signifikan. Kenaikkan tersebut disebabkan oleh adanya suatu interaksi yang bersifat sementara dan nantinya akan mengalami penurunan kembali pada saat konsentrasi di atas 12,46 ppm. Pada konsentrasi tinggi (di atas 12,5 ppm) kemampuan atau daya serap adsorben SG-ASP mengalami penurunan karena adanya persaingan untuk berinterakasi dengan SG- ASP sehingga mengalami kejenuhan larutan. Selain itu, dimungkinkan adanya fenomena fisisorpsi yakni 161 adsorpsi dengan ikatan kurang kuat antara ion logam Cd 2+ dengan permukaan SG-ASP. PENUTUP Karateristik adsorben berupa silika gel yang digunakan untuk penyerapan ion logam Cd 2+ adalah SiO2 berupa senyawa amorf. Spektra sinar infra merah SG-ASK dan SG-ASP menunjukkan vibrasi Si- OH, Si-O, Si-C yang mengindikasikan adanya gugus fungsi Si(CH3)2 dan Si-H. Hasil uji penyerapan ion logam Cd 2+ dalam larutan oleh SG-ASK adalah potimum pada ph=6, waktu kontak 60 menit dalam konsentrasi awal ion logam Cd 2+ sekitar 7,45 ppm. Uji penyerapan ion logam Cd 2+ dalam larutan oleh SG- ASP adalah optimum ph= 7, waktu kontak 90 menit dalam konsentrasi awal ion logam Cd 2+ sebesar 11,78 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan SG-ASP lebih besar dibandingkan dengan kemampuan SG-ASK dalam menurunkan kadar ion logam Cd 2+ dalam larutan. DAFTAR PUSTAKA Alexander H & Mukhlis. 2011. Kajian kuat tekan beton (compressive strength) pada beton dengan campuran abu sabut kelapa (ASK). Jurnal Rekayasa Sipil Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang 7: 68

Prastiyanto A, Choiril A & Adi D. 2005. Pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol (MBT) terhadap kemampuan adsorpsi gel silika dari kaca pada ion logam Kadmium. Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, Jurusan Kimia UNDIP. Sugiyarto KH & Suyanti RD. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sriyanti, Choiril & Taslimah. 2005a. Adsorpsi Kadmium(II) pada bahan hibrida Tiol-Silika dari abu sekam padi. JKSA 8(2): 1-12. Sriyanti, Taslimah, Nuryono & Narsito. 2005. Sintesis bahan hibrida amino-silika dari abu sekam padi melalui proses sol gel. JKSA 8(1): 1-10. Yahya FN. 2012. Penurunan kadar Cr dan Pb dalam sumur galian di wilayah industri elektroplating menggunakan silika gel kering dari sekam padi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Yulianto RT. 2011. Sintesis zeolit dari abu sekam padi dan aplikasinya untuk menurunkan kadar ion logam Cr pada limbah eleltroplating. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. 162