BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Pasal 3 Tahun tentang tujuan pendidikan nasional yaitu;

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bersama bahwasannya pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam semua aspek kehidupan, karena dengan pendidikan semua orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula seseorang akan menjadi berwibawa diantara kumpulan orang-orang yang berada disekelilingnya. Pada era globalisasi sekarang ini, pendidikan dipandang sebagai identitas suatu negara, sehingga hampir semua negara memposisikan pendidikan sebagai indikator utama dalam kemajuan bangsanya. Hal ini dilakukan karena dalam pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan indah untuk dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam fungsi pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di atas, telah terlihat dengan jelas bahwa pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam menghadapi berbagai persoalan

2 kehidupan dimasa depan, dimana pendidikan diletakan sebagai posisi sentral dalam pembangunan, karena sasaran dalam pendidikan itu sendiri adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan yang dimaksud pada dasarnya identik dengan pemberian pengetahuan dan keterampilan dari seseorang kepada orang lain, dimana pemberian pengetahuan dan keterampilan ini hanya dapat dilaksanakan dengan pembelajaran yang bersifat terus menerus. Pelaksanaan proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan jenis pendidikan formal, non formal dan informal. Untuk jenis pendidikan formal, proses pembelajaran dilakukan di sekolahsekolah yang telah menargetkan ukuran keberhasilan untuk setiap jenis pembelajaran yang dilaksanakannya. Dalam keseluruhan proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok, hal ini berarti proses pembelajaran menjadi ukuran utama mengenai berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Namun pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik (feed back) antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif. Dalam hal ini siswa sebagai peserta didik diperlakukan sebagai subyek utama dalam proses pembelajaran di sekolah dan guru menempati posisi yang cukup sentral dan strategis untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga dapat dengan mudah mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

3 Pada kenyataanya di lapangan, konsep kegiatan belajar mengajar di atas belum terlaksana dengan baik, karena masih banyak hambatan dan kendalakendala yang harus dihadapi oleh siswa dan guru sebagai pelaksana pendidikan. Apalagi masih terdapatnya persepsi diantara sebagian bersar siswa yang mempunyai anggapan bahwa mata pelajaran akuntansi adalah salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi oleh siswa, karena dianggap susah, kurang menarik dan membuat bosan para siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil ulangan siswa yang belum mencapai angka yang diharapkan, yaitu masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah 6,00, padahal syarat kelulusan nilai yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran akuntansi adalah lebih dari 6,00. Oleh karena itu dapat kita identifikasi bahwasannya sebagian besar siswa kelas XI IPS belum memenuhi standar kelulusan yang ditetapkan oleh sekolah, hal ini merupakan indikasi yang kurang baik bagi prestasi yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Padahal lokasi SMAN 6 Bandung terletak di salah satu pusat perkotaan, seharusnya hal ini menjadi kelebihan bagi sekolah tersebut, karena dengan letaknya yang berada di pusat kota akan memudahkan sekolah tersebut dalam penyerapan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Dalam melakukan suatu proses pembelajaran, terdapat beberapa komponen pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran itu sendiri termasuk kualitas dan prestasi belajar. Tim Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas Pendidikan Indonesia

4 (2002:5) telah memberikan penjabaran mengenai komponen pembelajaran tersebut, yaitu: a. Raw input, yaitu kondisi keberadaan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Yang terkait dengan raw input adalah kapasitas dasar siswa, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain sebagainya. b. Instrumental input, yaitu sarana dan prasarana yang terkait dengan proses pembelajaran. Yang terkait dengan instrumental input adalah guru, metode dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain. c. Environmental input, merujuk pada situasi dan keberadaan lingkungan, baik fisik, sosial maupun budaya dimana kegiatan pembelajaran (sekolah) dilaksanakan. d. Expected output, merujuk pada rumusan normatif yang harus menjadi milik siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang optimal dipengaruhi oleh dua faktor, yatiu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern siswa berkaitan dengan segala sesuatu yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya motivasi, dengan motivasi siswa akan menjadi bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Sedangkan faktor ekstern muncul dari beberapa hal di luar diri siswa, seperti faktor lingkungan, sosialisasi antar siswa, metode mengajar guru dan lain sebagainya. Khusus dalam faktor metode mengajar seorang guru dalam menyampaikan materinya, maka dari faktor tersebut akan menentukan bagaimana cara siswa untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh gurunya, dalam hal ini cara belajar siswa lebih ditekankan kepada langkahlangkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

5 Untuk menggunakan metode cooperative learning ini, seorang guru yang berfungsi sebagai instruktur tentunya harus terlebih dahulu menguasai cara dan bagaimana merencanakan, menerapkan, melaksanakan dan mengevaluasi metode belajar ini, karena dalam pembelajaran dengan metode cooperative learning ini tidak sama dengan belajar kelompok siswa yang sekarang-sekarang ini sering dilaksanakan di sekolah. Pada umumnya metode cooperative learning ini bertujuan untuk terjadinya sosialisasi pengetahuan antar siswa dalam satu kelompok, sehingga siswa yang memiliki pengetahuan kurang akan merasa terbantu oleh temannya yang lebih cerdas, dengan demikian siswa yang lemah tersebut mempunyai kesempatan untuk berpikir dalam memecahkan masalah yang sama yang sedang dihadapi oleh kelompok tersebut. Tetapi menurut hasil pengamatan, metode cooperative learning ini masih jauh dari apa yang diharapkan, karena masih banyak guru yang belum memahami metode belajar ini. Selain dari beberapa alasan di atas, berdasarkan wawancara terhadap sebagian besar obyek penelitian yaitu sebanyak 75 responden, dihasilkan sebesar 76% menyatakan bahwa mereka menginginkan proses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning, sedangkan sisanya sebesar 24% dengan menggunakan model konvensional. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan metode belajar dengan menggunakan cooperative learning terhadap hasil belajar siswa, penulis mengajukan penelitian dengan judul: pengaruh penggunaan metode

6 cooperative learning terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi..2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:. Bagaimana penerapan metode cooperative learning dalam pembelajaran akuntansi di SMAN 6 Bandung. 2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPS terhadap mata pelajaran akuntansi di SMAN 6 Bandung. 3. Bagaimana pengaruh metode cooperative learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 6 Bandung..3. Maksud dan Tujuan Penelitian.3.. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh metode cooperative learning terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 6 Bandung..3.2. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode cooperative learning dalam pembelajaran akuntansi di SMAN 6 Bandung.

7 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPS terhadap mata pelajaran akuntansi di SMAN 6 Bandung. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode cooperative learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 6 Bandung..4. Kegunaan Penelitian Dari informasi yang terdapat dalam penelitian ini, diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:. Secara Teoritis a. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dengan lebih mendalam dikemudian hari. b. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, penulis akan memperoleh pengalaman berfikir dalam memecahkan persoalan pendidikan dan pengajaran. 2. Secara Praktis a. Bagi sekolah ) Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas pembelajaran yang ditunjukan oleh keberhasilan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 6 Bandung khususnya kelas XI IPS dan XI IPS 2 pada mata pelajaran akuntansi.

8 2) Sebagai acuan bagi guru dalam menentukan metode mengajar yang lebih baik, sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat secara lebih optimal. 3) Menjadi umpan balik terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan di SMA Negeri 6 Bandung. b. Bagi Penulis ) Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kependidikan. 2) Memberikan pengalaman berharga dengan mengetahui kondisi nyata di lapangan, sehingga dapat membandingkannya dengan teori yang didapat selama perkuliahan..5. Kerangka Pemikiran Dalam melaksanakan suatu kegiatan belajar mengajar, prestasi belajar siswa merupakan output yang selalu diharapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses belajar mengajar tersebut, baik itu bagi siswa, guru, maupun bagi orang tua siswa yang secara tidak langsung ikut andil dalam pembelajaran tersebut. Prestasi belajar ini merupakan hasil dari usaha guru yang bertugas untuk mengajar dan siswa yang berfungsi sebagai subjek pengajaran. Menurut Sudjana (987:49) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah merupakan keseluruhan pola prilaku baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan Nasrun Harahap (dalam Syaiful Bahri

9 Djamarah, 994:2) memberikan batasan bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Merujuk kepada dua pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap perkembangan dan kemajuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah siswa berhasil menyelesaikan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru yang terdapat dalam kurikulum. Prestasi belajar siswa bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui sejauhmana perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor siswa setelah melakukan aktivitas pembelajaran, tetapi fungsi lain yang lebih penting dari prestasi belajar siswa ini adalah sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk memotivasi siswa agar dapat meningkatkan kemauannya dalam belajar. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar ini senantiasa tidak selalu berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tetapi seringkali mengalami kendala-kendala dan hambatan yang dapat mengganggu kemajuan belajar siswa. Kendala-kendala yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri, berikut ini penjelasan dari beberapa orang ahli: Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal, penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) yaitu adanya kemungkinan disfungsi fisiologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak

0 membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat (Mulyono Abdurahman, 2003:3). Sedangkan menurut hasil penelitian Crother (dalam M. Surya, 987:99) sebab-sebab kesulitan belajar itu adalah:. Tindakan guru yang diluar batas, di dalam atau di luar sekolah. 2. Kurang minat murid. 3. Kurang adanya pemahaman terhadap murid oleh guru. 4. Kurang cakapnya murid-murid mengerjakan tugas-tugas yang diharapkan. 5. Sikap acuh tak acuh terhadap orang tua. 6. Renggangnya hubungan rumah dengan sekolah. 7. Kurang cakapnya sekolah dalam mengatur pertumbuhan anak-anak dalam melaporkan pertumbuhan belajar siswa terhadap orang tua murid dan masyarakat. 8. Kurikulum yang kurang fleksibel. Terdapatnya kendala-kendala dalam proses belajar mengajar yang dihadapi siswa akan mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa itu sendiri, dengan kata lain siswa tidak akan mencapai tingkat keberhasilan atau tingkat kualifikasi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran oleh pihak sekolah. Pada dasarnya kesulitan yang dialami oleh siswa dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern, tetapi Oemar Hamalik (983:2) mengemukakan adanya empat faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, yaitu:. Faktor yang bersumber dari diri sendiri a. Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas b. Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran c. Kesehatan yang sering terganggu d. Kecakapan dalam mengikuti pelajaran 2. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah a. Cara memberikan pelajaran b. Kurangnya alat-alat c. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan d. Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat

3. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga a. Masalah kemampuan ekonomi b. Masalah broken home c. Kurangnya kontrol orang tua 4. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat a. Gangguan dari jenis kelamin lain b. Bekerja disamping sekolah c. Tidak mempunyai teman belajar bersama Faktor-faktor tersebut akan terus menjadi penghambat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam belajar jika siswa tersebut tidak segera berusaha untuk mengatasinya. Jika dikaitkan dengan pendapat Oemar Hamalik mengenai faktor-faktor penghambat dalam belajar siswa, maka dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terletak pada faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, yaitu mengenai cara memberikan pelajaran oleh seorang guru kepada siswa atau lebih dikenal dengan metode mengajar guru yang nantinya akan menentukan salah satu cara belajar siswa yang dalam hal ini difokuskan kepada cara belajar siswa yang menggunakan metode cooperative learning. Metode cooperative learning ini sebenarnya telah banyak dipraktekan oleh guru-guru kepada siswa di lapangan, namun praktek tersebut masih belum mendekati konsep yang dirumuskan dalam teori-teorinya. Anita Lie (2004:2) menjabarkan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning.

2 Metode Cooperative Learning berbeda dengan kerja kelompok (Group Working), dalam metode Cooperative Learning setiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan suatu pemikiran dan perbuatan guna tercapainya tujuan kelompok. Sedangkan dalam kerja kelompok (Group Working) setiap anggota kelompok lebih menekankan kepada keberhasilan kelompok, artinya metode kerja kelompok ini tidak memperhatikan perbedaan peranan dan fungsi setiap anggota kelompok, sehingga jika terjadi kepasifan salah satu anggota kelompok akan terganti oleh anggota kelompok yang lainnya. Untuk melaksanakan metode cooperative learning ini dibutuhkan peran seorang guru, Adam & Dickey (dalam Oemar Hamalik, 2004:23) mengemukakan peran guru yang meliputi:. Guru sebagai pengajar (teacher as instruction), 2. Guru sebagai pembimbing (teacher as consellor), 3. Guru sebagi ilmuwan (teacher as scientist), dan 4. Guru sebagai pribadi (teacher as person). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu peran guru adalah harus menjadi pembimbing anak didiknya dalam proses belajar dan harus mampu mengelola program belajar mengajar, sehingga dapat membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi anak didiknya. Terdapat banyak persoalan-persoalan yang mungkin dihadapi oleh siswa ketika mereka menerapkan metode cooperative learning dalam proses pembelajarannya. Selain persoalan-persoalan yang ditimbulkan dari ekstern siswa seperti keterbatasannya sarana dan prasarana untuk melaksanakan metode cooperative learning ini, mereka juga dituntut untuk dapat menghadapi persoalan-persoalan yang muncul dari intern siswa itu sendiri.

3 Persoalan yang paling utama yang muncul dari intern siswa dan harus segera di atasi adalah mengenai proses penyesuain diri. Di sini siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda dengan sebelumnya, dengan kata lain siswa tersebut harus mampu bergaul dengan teman barunya dalam satu kelompok yang terbentuk. Muhammad Ali (2004:0) menjelaskan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai pembaharuan pada dasarnya muncul seiring dengan adanya sikap positif untuk mau meningkatkan diri dalam karir prosfesionalnya. Yang dimaksud karir profesional adalah keberadaan siswa dalam kelas yang berkeinginan untuk meningkatkan pengetahuannya dengan cara menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan teman-teman barunya dalam satu kelompok. Muhibbin Syah (2002:22) memberikan batasan tentang belajar sosial. Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. Kemampun siswa dalam menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan teman sekelompoknya bertujuan agar siswa mampu berpikir rasional terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh kelompoknya. Karena setiap siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tanggung jawab masing-masing atas tugas yang diemban oleh kelompoknya, yang nantinya setiap tugas dari masing-masing anggota kelompok tersebut akan disatukan untuk dikaji sebagai tugas kelompok.

4 Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah (Muhibbin Syah, 2002:20). Dengan berpikir rasional dan kritis, setiap siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut diharapkan mampu memecahkan dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelompoknya. Tuntutan lain yang harus dihadapi siswa dalam melaksanakan metode cooperative learning ini adalah tuntutan agar siswa mampu menggali kreativitasnya. Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya (E. Mulyasa, 2004:26). Salah satu tujuan dari metode cooperative learning adalah memotivasi siswa agar dapat menggali kreativitasnya masing-masing, dalam hal ini setiap siswa dituntut untuk memberikan suatu solusi yang dihasilkan dari kreativitas berfikir siswa tersebut atas masalah yang dikaji oleh kelompoknya masing-masing. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat suatu paradigma penelitian. Menurut Sugiyono (2006:6) yang dimaksud dengan paradigma penelitian adalah: Pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis. Metode cooperative learning Hasil belajar siswa Gambar.: Paradigma Penelitian

5 Variabel X : Metode cooperative learning Variabel Y : Hasil belajar siswa : Menunjukan adanya pengaruh dari metode cooperative learning terhadap hasil belajar siswa..6. Asumsi dan Hipotesis.6.. Asumsi Asumsi merupakan persyaratan hipotesis, yaitu sebagai dasar untuk mempertegas variabel-variabel. Menurut Komarudin (994:22), Asumsi adalah suatu yang diangggap tidak mempengaruhi atau dianggap konstan. Asumsi menetapkan faktor-faktor yang dievaluasi, asumsi berhubungan dengan syarat-syarat kondisi dan tujuan. Asumsi memberikan hakikat dan arah argumentasi. Maka dari itu asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:. Setiap siswa menerima materi pembelajaran dari guru yang sama dengan metode yang berbeda sesuai dengan kelompoknya. 2. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak terdapat hal-hal luar biasa yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. 3. Hal-hal yang berhubungan erat dengan hasil belajar siswa selain metode cooperative learning dianggap konstan..6.2. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dipertanyakan. Hipotesa yang dimaksud mestinya menjadi landasan logis dan memberi arah kepada proses pengumpulan data serta

6 proses penyelidikan itu sendiri. Suharsimi Arikunto (2002:64) mengungkapkan bahwa: Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja atau H, sedangkan untuk melakukan pengujian diberlakukan kepada H 0 yang menyatakan tidak ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir. Maka dari itu H atau hipotesis dalam penelitian ini adalah: Metode cooperative learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMAN 6 Bandung.