GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

SKRIPSI. Oleh Moh Galang Eko Wibowo

AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT. Oleh: Khrisna Nugraha G

Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN Jurnal Ilmiah. Konservasi Hayati. Papilio polytes

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

STRUKTUR KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821) DAN INTERAKSINYA DENGAN PENDUDUK SEKITAR SUAKA MARGASATWA PALIYAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

BAB III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS ADIMAS BRAMANTYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Deskripsi Monyet Ekor Panjang a. Klasifikasi dan penyebaran monyet ekor panjang

Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan dan Tingkah Laku Sosial Macaca di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 METODE Jalur Interpretasi

BAB III METODE PENELITIAN

Azhari Purbatrapsila, Entang Iskandar, Joko Pamungkas. Kata Kunci: Macaca fascicularis, pola aktivitas, stratifikasi vertikal, Pulau Tinjil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura

I. PENDAHULUAN. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) telah hidup berdampingan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, KABUPATEN BADUNG, BALI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :47-53 ISSN : Agustus 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

Strategi Adaptasi Macaca nigra (Desmarest, 1822) Melalui Perilaku Makan di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

" Fakultas Kedokternn Hewtln IPB, Bogor

TINGKAH LAKU SOSIAL BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA-BOGOR WULAN DEWI WIDIANI

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Suaka Margasatwa Paliyan dengan luas total 434,834 Ha berada di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

PERILAKU HARIAN PECUK HITAM (Phalacrocorax sulcirostis) SAAT MUSIM BERBIAK DI SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT, JAKARTA

Perilaku Harian Owa Jawa (Hylobtes Moloch Audebert, 1798) Di Pusat Penyelamatan Dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center), Bodogol, Sukabumi

IV. METODE PENELITIAN

Pola Aktivitas Harian Lutung (Presbytis cristata, Raffles 1821) di Hutan Sekitar Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

TINGKAH LAKU HARIAN KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BATU ANGUS

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

IDENTIFIKASI TINGKAH ALPHA MALE MONYET HITAM (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO

Struktur populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

Aktivitas Harian Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

BENTUK INTERAKSI INTRASPESIFIK LUTUNG BUDENG (Trachypithecus auratus) DI KAWASAN HUTAN ADINUSO KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT ANDOKO HIDAYAT

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEMILIHAN PAKAN DAN AKTIVITAS MAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN PUSAT PENYELAMATAN SATWA, GADOG - CIAWI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Transkripsi:

Pola Perilaku Berselisik... (Moh Galang Eko Wibowo) 11 POLA PERILAKU BERSELISIK (GROOMING BEHAVIOUR) MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis, RAFFLES 1821) DI SUAKA MARGASATWA PALIYAN, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Oleh: Moh Galang Eko Wibowo, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY mohgalangekowibowo@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pola perilaku grooming monyet ekor panjang di Suaka Margasatwa Paliyan, (2) mengetahui waktu dan frekuensi perilaku grooming monyet ekor panjang di Suaka Margasatwa Paliyan, (3) mengetahui perbandingan perilaku autogrooming dan allogrooming monyet ekor panjang di Suaka Margasatwa Paliyan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif eksploratif dengan metode ad-libitum dan scan sampling. Pengambilan data dilakukan dengan 2 metode agar data yang didapat akurat. Hasi penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pada monyet ekor panjang dewasa membentuk pola perilaku terlihat pada pagi dan sore hari baik autogrooming maupun allogrooming. Monyet ekor panjang juvenil terlihat lebih banyak pola perilaku pada allogrooming. Monyet ekor panjang infant terlihat pola perilaku allogrooming terjadi pengulangan aktivitas namun berbeda waktu. (2) Perilaku grooming yaitu autogrooming dan allogrooming lebih sering dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan sore hari (pukul 15.01-17.00). Perilaku autogrooming lebih sering dilakukan oleh betina dewasa, sedangkan perilaku allogrooming lebih sering dilakukan oleh induk betina dan anak. Betina dewasa lebih sering menjadi pelaku selisik dan juvenil sebagai penerima selisik. Monyet dewasa lebih lama dalam melakukan autogrooming dan allogrooming. Ranting pohon lebih sering dijadikan lokasi grooming dengan sesekali di bawah pohon. Posisi memunggungi dan berhadapan lebih sering terlihat pada perilaku allogrooming. Posisi duduk sebagai posisi yang terlihat ketika terjadi perilaku autogrooming. (3) Perilaku allogrooming durasinya lebih panjang dan juga frekuensinya lebih tinggi dibandingkan autogrooming. Kata kunci: Grooming, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Autogrooming, Allogrooming, Pola Perilaku. Abstract This research aims to study: (1) grooming behaviour pattern of long-tailed macaque in Paliyan Wildlife Sanctuary, (2) know and frequency of grooming behaviour pattern long-tailed macaque in Paliyan Wildlife Sanctuary, (3) compare between autogrooming and allogrooming behaviour of long-tailed macaque in Paliyan Wildlife Sanctuary. This research was a descriptive explorative with the methods of ad-libitum and scan sampling. The result shows that: (1) Adult long-tailed macaque that seen in the morning and evening of autogrooming and allogrooming. Juvenile long-tailed macaque shows that they are doing more allogrooming. Infant long-tailed macaque have an only pattern of allogrooming behaviour. (2) Grooming behaviour are autogrooming and allogrooming that seen in the morning (6-11 am) and evening (03.01-05.00 pm). The autogrooming was more doing by an adult female, while allogrooming was more doing by a pair of adult female and her kid. Adult female was more to be a groomer and juvenile to be a groomee. Adult long-tailed macaque was more doing an autogrooming and allogrooming. Branch of tree is the most favorite place to do grooming with sometimes under the tree. Backing up and facing position is the most favorite to do allogrooming. Sitting down position have more seen at autogrooming. (3) The duration and frequency of allogrooming is longer and higher than autogrooming. Keywords: Grooming, Long-Tail Macaque, Macaca fascicularis, Autogrooming, Allogrooming, Behaviour Pattern.

12 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 2 Tahun 2017 PENDAHULUAN Paliyan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kecamatan Paliyan, terdapat Suaka Margasatwa. Suaka Margasatwa adalah suatu tempat yang digunakan untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri khas ekosistem yang unik ditinjau dari aspek fisik dan biotiknya. Letaknya yang berada di kawasan karst Gunung Sewu menyebabkan kondisi ekosistem Suaka Margasatwa Paliyan sangat spesifik. Kawasan karst Gunung Sewu menjadi spesifik karena daerah tersebut sangat tidak menguntungkan bagi kebanyakan tumbuhan. Terlihat dari kondisi tanah yang tipis, unsur hara yang terbatas, air yang sangat terbatas, cuaca yang kurang bersahabat, kondisi panas terutaman pada musim kemarau. Tumbuhan yang hidup dikawasan ini tentunya akan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan. (Ibnu Maryanto, 2006: 106). Hal ini berdampak pada perilaku adaptasi tiap jenis satwa yang ada di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan menjadi lebih spesifik, sehingga tidak setiap jenis satwa mampu hidup pada kondisi ekosistem yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan. Salah satu satwa yang dapat ditemukan di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Monyet ekor panjang di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan merupakan satwa khas di Suaka Margasatwa Paliyan. Monyet ekor panjang termasuk dalam ordo primata. Salah satu ciri khas primata adalah kehidupan sosialnya. Kehidupan sosial primata sangat unik karena terdapat hirarki dalam suatu kelompok yang berpengaruh terhadap perilaku individu di kelompok tersebut. Selain itu, primata juga memiliki bentuk perilaku sosial yang unik yaitu perilaku grooming. Perilaku grooming terjadi sebagai penanda bahwa monyet ekor panjang merupakan hewan sosial. Grooming adalah kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit pada permukaan kulit dan rambut (Smuts, et al., 1987: 3). Masyarakat sering menyebut grooming tersebut dengan istilah mencari kutu. Grooming terbagi menjadi dua yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming yaitu grooming yang dilakukan secara individu (tanpa adanya partner). Sedangkan allogrooming yaitu grooming yang dilakukan dengan berpasangan (dengan adanya partner) (Khrisna, 2006: 1). Allogrooming biasanya dilakukan oleh minimal dua individu yang mempunyai peran berbeda. Peran tersebut yaitu penerima grooming (groomee) dan pemberi grooming (groomer). Pada saat melakukan grooming, monyet ekor panjang menggunakan mulut, tangan dan kakinya untuk mencari dan mengambil kotoran atau parasit pada tubuhnya. Bagi primata perilaku grooming merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan menggunakan sentuhan (Napier dan Napier, 1985: 60). Pada genus Macaca, grooming mempunyai fungsi untuk memperkuat hubungan antar individu pada suatu kelompok serta meredakan ketegangan ketika terjadi konflik diantara individu pada suatu kelompok (Matheson dan Bernstein, 2000). Menurut Khana dan Yadav (2005: 57) perilaku pada primata diakibatkan adanya rangsangan yang datang berupa internal atau eksternal dengan cara tertentu. Lebih jauh dijelaskan bahwa habitat

monyet yang sering bersentuhan dengan manusia (semi range) berpengaruh terhadap perilaku monyet. Keadaan ini dapat berpengaruh terhadap perilaku hewan tersebut, terutama aktivitas (perilaku) hariannya (Budayasih, 1993: 87). Suaka Margasatwa Paliyan yang merupakan kawasan perlindungan satwa liar merupakan tempat yang masih alami dan relatif lebih sedikit aktivitas manusia didalamnya. Kondisi ini memungkinkan monyet ekor panjang hidup dalam keadaan yang masih alami. Namun demikian, belum adanya penelitian tentang pola perilaku grooming di Suaka Margasatwa Paliyan. Pola perilaku grooming di Suaka Margasatwa Paliyan dapat memberikan gambaran bagaimana perilaku monyet ekor panjang di alam liar. Penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui hubungan perilaku grooming dengan perilaku lainnya mendukung keberhasilan kegiatan konservasi. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif eksploratif dimana penelitian ini dilakukan dengan metode eksploratif yang kemudian dideskriptifkan didalam sebuah laporan. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2016. Tempat dilakukannya penelitian di Suaka Margasatwa Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta. Topografi kawasan Suaka Margasatwa Paliyan berupa perbukitan karst dengan lapisan tanah yang tipis, memiliki kelerengan diatas 40 % serta pada ketinggian antar 100 300 m dpl. Lokasi pengamatan Pola Perilaku Berselisik... (Moh Galang Eko Wibowo) 13 monyet ekor panjang berada pada selatan dan timur kawasan, berada pada petak 141 dan 139. Kawasan ini dipilih karena aksesnya dapat dijangkau oleh peneliti sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mengamati perilaku grooming monyet ekor panjang. Alat dan Bahan Penelitian Peralatan dan bahan yang digunakan untuk penelitian terdiri atas: alat tulis, clipboard, binokuler, kamera, counter, GPS (Global Positioning System). Sampel Penelitian Pada penelitian ini berupa kelompok monyet ekor panjang, pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana pemilihan berdasarkan kondisi habitat, pohon tidur, klimatik, jumlah anggota dalam kelompok. Jenis Data yang Dihimpun Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada beberapa kelompok monyet ekor panjang yang terlihat pada stasiun pengamatan 1 dan 2 dari pukul 06.00 sampai dengan 17.00 dan akan berhenti bila kondisi tidak mendukung seperti hujan atau monyet berada pada tempat yang sulit diamati. Data sekunder merupakan data pelengkap dan diperoleh melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: wawancara pada masyarakat di sekitar hutan dan pihak polisi hutan resort Paliyan, mempelajari literatur sebelumnya yang telah dilaksanakan di Suaka Margasatwa Paliyan serta literature yang berkaitan dengan data yang diperlukan.

14 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 2 Tahun 2017 Data primer berupa: 1. Perilaku grooming pada jantan dewasa dan betina dewasa 2. Perilaku grooming pada juvenile 3. Perilaku grooming pada infant 4. Perilaku grooming pada pagi, siang dan sore hari 5. Perbandingan perilaku autogrooming dan allogrooming Data sekunder berupa keadaan cuaca secara umum dan topografi. Metode Pengumpulan Data Pengamatan kelompok dilakukan dengan mengikuti kelompok dari pagi (pukul 06.00) sampai dengan sore (pukul 17.00). Pengamatan lebih sering dilakukan di tempat yang sering disinggahi dari satu kelompok. Pengamatan berhenti apabila monyet berada pada tempat yang sulit diamati atau keadaan alam yang buruk seperti hujan. Pengambilan data dilakukan dengan metode ad-libitum dan scan sampling. Pengambilan data dilakukan dengan 2 metode agar data yang didapat akurat. Metode ad-libitum adalah pencatatan perilaku sebanyak mungkin dari anggota kelompok yang teramati. Metode scan sampling adalah mencatat perilaku individu yang pertama kali terlihat pada suatu interval waktu. Scan menunjukan banyaknya data dari perilaku yang teramati dalam suatu interval waktu. Interval waktu yang digunakan adalah satu menit. Kedua metode tersebut digunakan secara bersamaan dalam satu waktu dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Pola Perilaku Allogrooming Monyet Ekor Panjang Pola Perilaku pada monyet ekor panjang terjadi pada allogrooming monyet dewasa saja karena pada juvenil tidak terdapat pengulangan perilaku serta pada infant tidak terdapat aktivitas. Pola perilaku autogrooming terjadi pada monyet ekor panjang dewasa dan juvenil. Pada monyet ekor panjang dewasa yaitu pada jantan dewasa terlihat 1 kali pada pukul 15.45. pada betina dewasa terlihat 1 kali pada pukul 16.00 dan 2 kali

pada pukul 15.45. Pada juvenil terlihat hanya 1 kali yaitu pukul 08.45. Tidak terlihat pola perilaku pada infant karena grooming merupakan perilaku yang dihasilkan dari proses belajar. Pola perilaku allogrooming terlihat bahwa monyet ekor panjang terlihat pada waktu tertentu serta frekuensi yang berbeda-beda. Pada monyet ekor panjang dewasa terlihat pada pukul 09.30; 10.00; 10.45; 11.30; 16.15 masing-masing sebanyak 1 kali, pada pukul 10.15 sebanyak 2 kali, pada pukul 16.00 sebanyak 3 kali. Pada monyet ekor panjang juvenil terlihat pada pukul 09.00; 09.15; 10.00; 10.45 masing masing sebanyak 1 kali, pada pukul 16.00 sebanyak 4 kali. Pada monyet ekor panjang infant pukul 11.15 dan 16.00 masing-masing sebanyak 1 kali. Terlihat pola bahwa tidak semua waktu terdapat aktivitas grooming, hanya pada waktu-waktu tertentu terdapat aktivitas grooming. Perilaku grooming terjadi di sela-sela istirahat pada dewasa dan juga disela-sela waktu bermain pada juvenil dan infant. Pola perilaku autogrooming pada infant tidak terlihat. Tabel 1. Persentase Autogrooming dan Allogrooming pada Pagi, Siang, dan Sore Hari Persentase (%) Waktu Autogrooming Allogrooming Pagi 17 45 Siang 17 10 Sore 67 45 Total 100 100 Pola Perilaku Berselisik... (Moh Galang Eko Wibowo) 15 Autogrooming dan allogrooming dicatat dalam tiga pembagian waktu yaitu pagi hari (pukul 06.00 11.00), siang hari (pukul 11.01 15.00) dan sore hari (pukul 15.01 17.00) semua waktu tersebut dalam waktu indonesia barat. Data yang diperoleh yaitu pada pagi hari perilaku autogrooming yaitu 17% dan allogrooming yaitu 45%. Pada siang hari perilaku autogrooming yaitu 17% dan allogrooming yaitu 10%. Pada sore hari perilaku autogrooming yaitu 67% dan allogrooming yaitu 45%. Tingkah laku grooming hampir dilakukan sehari penuh yaitu sejak pagi hari hingga sore hari, biasanya dilakukan sambil istirahat (Erie, dkk., 2011: 193). Banyak perilaku grooming yang terlihat di sela-sela istirahat dan waktu bermain. Perilaku autogrooming tertinggi yaitu pada sore hari sementara perilaku allogrooming tertinggi pada pagi dan sore hari. Berdasarkan data tersebut menurut Cooper dan Bernstein (2000: 78) mengemukakan frekuensi selisik tertinggi Macaca assamensis terjadi pada pagi hari. Pada siang hari terlihat sedikitnya perilaku grooming. Ini karena pada siang hari cuaca sangat panas serta monyet ekor panjang yang masuk ke dalam hutan sehingga sulit dijangkau oleh peneliti. Menurut Khrisna (2006: 4) pada penelitiannya mengemukakan bahwa autogrooming paling banyak dilakukan pada sore hari sementara allogrooming paling banyak dilakukan pada pagi hari. Ini diduga karena pada sore hari dengan banyaknya kegiatan sehari penuh menyebabkan masing-masing individu sibuk dengan membersihkan dirinya sendiri dibanding untuk membantu individu lain untuk melakukan allogrooming sedangkan pada pagi hari terlihat lebih banyak melakukan allogrooming dikarenakan pada pagi hari terlihat

16 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 2 Tahun 2017 banyak juvenil menjadi partnernya, ini sebagai bentuk kekerabatan dan kasih sayang antara induk dan anaknya. Kedua waktu tersebut digunakan sebagai sarana membersihkan diri dari kotoran yang menempel. Jenis Selisik Tabel 2. Perbandingan Frekuensi, Waktu Autogrooming dan Allogrooming Data tersebut terlihat yaitu terlihat perilaku autogrooming sebanyak 6 kali dengan waktu total 12 menit. Sedangkan perilaku allogrooming terlihat 36 kali dengan waktu total 119 menit. Data tersebut terlihat perbedaan antara autogrooming dengan allogrooming. Kegiatan allogrooming terlihat lebih banyak yaitu antara induk dengan anaknya. Hal ini sesuai dengan Shumaker dan Beck (2003: 78), individu yang sering terlibat dalam tingkah laku menelisik adalah induk dan anak yang masih kecil atau antara juvenil dan dewasa. Zamma (2002: 45) mengemukakan Macaca fuscata mempunyai persentase autogrooming lebih kecil dari seluruh perilaku. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh yaitu perilaku allogrooming lebih banyak dan lebih lama dibandingkan perilaku autogrooming. Frekuensi Autogrooming 6 Allogrooming 36 Total 42 Waktu Total (menit) Perilaku grooming dilakukan secara tertentu dan tidak acak. Ini dimaksudkan bahwa perilaku 12 119 131 grooming dilakukan pada bagian tertentu tubuhnya. Menurut Koichiro Zamma (2002: 48) bahwa Macaca fuscata melakukan grooming tidak secara acak, melainkan berdasarkan banyaknya kotoran dan parasit berada. Bagian luar tubuh merupakan yang paling banyak dibandingkan bagian dalam tubuh dikarenakan bagian tersebut sering terpapar oleh kegiatan perilaku. Banyaknya telur kutu yaitu pada lengan bagian luar serta bagian punggung atas lebih sering dikenai allogrooming. Bagian luar kaki lebih sering dikenai autogrooming. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Pola perilaku grooming monyet ekor panjang yaitu banyak terlihat pada pagi dan sore hari baik autogrooming maupun allogrooming. Perilaku autogrooming lebih sering dilakukan oleh betina dewasa. Perilaku allogrooming lebih sering dilakukan oleh pasangan induk dan anak. Perilaku allogrooming durasinya lebih panjang dan juga frekuensinya lebih tinggi dibandingkan autogrooming. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penelitian grooming dengan karakterisasi masingmasing individu monyet ekor panjang agar pendataan semakin mudah dan juga hubungannya dengan perilaku agonistik. Perlu adanya peralatan yang mendukung dapat membantu memudahkan pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA Pola Perilaku Berselisik... (Moh Galang Eko Wibowo) 17 Cooper M. A., Bernstein I. S. 2000. Social grooming in assamese macaque (Macaca assamensis). AM J Primatol 50: 77-85. Erie, K. N. Swandyastuti, SNO. dan Wiryanto. 2011. Aktivitas Harian dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) di Kawasan Wisata Cikakak, Wangon. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2011. ISBM 978-602- 19161-0-0. Khrisna, N. 2006. Aktivitas Grooming (Selisik) Monyet Ekor Panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Departemen Biologi, FMIPA IPB. Matheson MD, Bernstein IS. 2000. Grooming, social bonding, and agonostic aiding in rhesus monkey. Am J Primatol 51:177-186. Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History Of The Primates. London: British Museum. Shumaker, R. W. dan Beck, B. B. 2003. Primates in Question. London: The Smithsonian Answer Book. Smuts et al. 1987. Primate Societies. USA: The University of Chicago. Zamma, K. 2002. Grooming Site Preferences Determined by lice Infection among Japanese Macaques in Arashiyama. Primates 43: 41-49.