I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

I. PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Abstrak. Kata kunci : aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dari waktu ke

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB III METODE PENELITIAN. Way Kandis, Jalan Bunga Sedap Malam Raya Kecamatan Tanjung. Senang Kota Bandar Lampung.

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, proses pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan pemahaman secara nyata. Pada pelajaran fisika, media

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik. berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran langsung, sehingga masih diperoleh hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan pada mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang hasil belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pada SMA 12 ini pembelajaran Fisika masih berjalan secara monoton dan membosankan, siswa belum dibiasakan untuk aktif dalam pembelajaran dan melakukan kerjasama sesama siswa, proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru yang aktif memberikan materi. Penyampaian materi di kelas menggunakan metode ceramah atau menggunakan model pembelajaran langsung (DI), demonstrasi dan tanya jawab hanya berlangsung secara cepat didalam kelas, siswa tidak diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan ke sesama dan memecahkan masalah secara mandiri. Siswa hanya menerima materi kemudian diberi contoh soal dan mengerjakan latihan, siswa belum diberi kesempatan untuk bisa mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara mandiri dengan berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru yang aktif memberikan materi, bukan pada siswa yang

2 aktif belajar untuk memperoleh pengetahuan yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan, sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan. Fisika adalah salah mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa, kebanyakan dari mereka memperoleh hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran ini. Sebab banyak menggunakan rumus yang matematis dan penguasaan konsep serta proses pembelajaran yang berlangsung secara monoton sehingga siswa merasa jenuh dengan pelajaran fisika. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata ulangan semester ganjil siswa kelas X5 dan kelas X7 masih belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), standar ketuntasan belajar fisika yang ditetapkan sekolah adalah 67,00. Informasi yang diperoleh dari guru fisika SMA Negeri 12 Bandar Lampung, siswa kelas X5 berjumlah 35 siswa dengan 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, hanya 2 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan siswa kelas X7 berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, hanya 10 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan, masih banyak siswa yang belum mendapatkan ketuntasan dalam belajar. Meskipun telah ditetapkan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang rendah. Proses berfikir dan berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran fisika masih kurang serta rendahnya pemahaman konsep fisika siswa dan keaktifan siswa

3 dalam memecahkan masalah secara mandiri dikarenakan guru masih menggunakan proses pembelajaran yang bersifat pembelajaran langsung sehingga proses pembelajaran fisika berjalan monoton dan membosankan. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan meninggalkan kesan bahwa belajar fisika itu sangat membosankan, dan sulit. Untuk menghindari kejenuhan, guru sebagai penyampai pesan pembelajaran harus mempunyai keterampilan dan strategi pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan tidak terkesan monoton dan membosankan sehingga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran fisika dapat memberikan variasi dalam pembelajaran fisika dan memperbanyak aktivitas siswa bekerjasama dengan teman dalam menemukan pengetahuan baru dan memecahkan masalah secara mandiri, guru sebagai fasilitator atau tempat bertanya, mengarahkan dan menguatkan setiap pendapat-pendapat baru serta meluruskan suatu pemikiran yang salah. Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran fisika antara lain model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) dan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri, siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil sehingga siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada dengan efektif dalam masing-masing kelompok.

4 Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan pembelajaran yaitu dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). (Kunandar, 2007: 344) Langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) menurut Slavin (2005: 218) 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain (seleksi topik). 4. Melakukan investigasi (mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan). 5. Menyiapkan hasil pembahasan (laporan akhir) dan mempresentasikan laporan akhir. 6. Evaluasi. Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak aktif belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah secara mandiri. Salah satu tipe Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

5 Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjukpetunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaanpertanyaan yang membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172), sebagai berikut: 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah. 2. Membuat hipotesis 3. Merancang percobaan 4. Melakukan percobaan untuk memperoleh data. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data 6. Membuat kesimpulan Dari kedua model pembelajaran ini masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi memiliki langkah-langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok kecil, sehingga semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selain model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi ada juga model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai teknik belajar untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar. Inkuiri terbimbing merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

6 menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing mendidik siswa untuk berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat memacu keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan sedikit membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar merangsang pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah dan memperoleh data. Untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran fisika dan dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan, penulis melakukan penelitian dengan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut di kelas penelitian dan melihat hasil belajar yang didapat siswa dengan model kooperatif tipe grup investigasi dan inkuiri terbimbing serta membandingkannya. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar yang diperoleh dan efektif digunakan sebagai proses pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang diatas, telah diadakan penelitian yang membandingkan model pembelajaran Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan judul untuk melakukan penelitian yang berjudul Belajar Fisika Siswa antara Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan Inkuiri Terbimbing B. Rumusan Masalah

7 Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing? 2. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar fisika siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 2. Hasil belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan alternatif model pembelajaran yang bervariasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas siswa dan mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa.

8 2. Sebagai kontribusi positif dalam pemilihan model belajar yang sesuai dengan pembelajaran fisika. 3. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa dan sebagai wawasan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran. E. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah maka ruang lingkup penelitian secara jelas memiliki batasan sebagai berikut: 1. Perbandingan hasil belajar adalah perbandingan hasil belajar fisika siswa ranah kognitif yang dilakukan pada kelas X5 SMAN 12 Bandar Lampung (untuk model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI)) dan kelas X7 (untuk model pembelajaran inkuiri terbimbing). 2. Pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) adalah pembelajaran dengan beberapa kelompok yang heterogen dan beranggotakan 2-6 siswa, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. 3. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan berkelompok yang heterogen dengan anggota disesuaikan dengan banyaknya siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam tahap, yaitu ), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis,

9 merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. 4. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa setelah mempelajari fisika yang ditunjuk dengan nilai tes hasil belajar. 5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor. 6. Penelitian ini membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.