ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II (IKAPENDA) PEMBUKAAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR TATA LINGKUNGAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

K O M I S I I N F O R M A S I

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

Halaman PEMBUKAAN

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

ANGGARAN DASAR ORARI H A S I L M U N A S U S

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

TAHUN : 2006 NOMOR : 03

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KEHORMATAN DAN PROSEDUR OPERASIONAL KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL RAPAT PLENO PENGURUS PUSAT YANG DIPERLUAS DI BALIKPAPAN, 12 JANUARI 2017

ANGGARAN DASAR ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKARAJA KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA CIPTA BINA MANDIRI

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN PT PEMERINGKAT EFEK INDONESIA (PEFINDO) KOPPEFINDO BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN DASAR BADAN SEMI OTONOM TEKNOLOGI INFORMASI DAN MULTIMEDIA HIMATIKA UNY

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA (ASLI)

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB. I UMUM. Pasal. 1 LANDASAN PENYUSUN. Pasal.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 13

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN ALUMNI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAB 1 KEANGGOTAAN. Pasal 1 Anggota

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA. Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA MAX OWNERS (IMO) BAB I PRINSIP DASAR DAN KODE KEHORMATAN. Pasal 2 Kode Kehormatan

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN DASAR YAYASAN GEDHE NUSANTARA

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN MOTOR INDONESIA NOMOR : 060/IMI/SK Organ/A/III/2016

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

Transkripsi:

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA Pasal 1 (1) Ikatan Pensiunan Pelabuhan Indonesia II disingkat IKAPENDA sebagaimana tersebut pada Pasal 1 Anggaran Dasar, adalah organisasi yang menghimpun semua Pensiunan Pelabuhan Indonesia II (2) Penghimpunan para Pensiunan dimaksudkan untuk melanjutkan dan mempertahankan jalur pembinaan yang masih diperlukan bagi para Pensiunan. (3) Wilayah kerja IKAPENDA meliputi seluruh wilayah Pelabuhan Indonesia II BAB II UPAYA Pasal 2 Dalam melaksanakan misinya, IKAPENDA berupaya: a. Mewujudkan sinergi berbagai potensi, pengalaman, keahlian dan pengetahuan para Pensiunan untuk mempercepat tercapainya tujuan organisasi serta menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional; b. Mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam beraktivitas; c. Mengadakan kerja sama sebaik-baiknya dengan organisasi seasas yang aspirasinya searah dengan IKAPENDA. d. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan Lembaga, Intansi Pusat dan Daerah serta organisasi lain; e. Mewujudkan keberlanjutan pembinaan IKAPENDA oleh Direksi PT.Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC 1

BAB III KODE ETIK, ATRIBUT DAN PIAGAM PENGHARGAAN Pasal 3 (1) Penjabaran Kode Etik IKAPENDA sebagaimana tersebut pada pasal 8 ayat (1) huruf b Anggaran Dasar, diatur oleh Pengurus Pusat. (2) Atribut sebagaimana tersebut pada pasal 8 ayat (1) huruf b Anggaran Dasar, ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah Besar. (3) Cara penggunaan atribut sebagaimana tersebut pada ayat (2), diatur oleh Pengurus Pusat BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 4 (1) Keanggotaan IKAPENDA bersifat STELSELL PASIVE (2) Anggota luar biasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (3) bersifat STELSELL AKTIF atau untuk menjadi anggota luar biasa harus mendaftarkan diri (3) Untuk pembuatan Kartu Tanda Anngota (KTA) IKAPENDA setiap anggota mengisi formulir yang disediakan oleh Pengurus dengan melampirkan pas fhoto ukuran 3 X 4 sebanyak 3 (tiga) lembar, rekaman KTP dan SK pensiun masing-masing 1 (satu) lembar. (4) Formulir sebagaimana tersebut ayat (1) beserta kelengkapan lampirannya diserahkan kepada Pengurus IKAPENDA, di wilayah tempat tinggalnya sebagai dasar pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA), setelah memenuhi syarat dan selesai diprose; KTA diserahkan kepada yang bersangkutan. (5) Pengurus pemproses KTA memberikan Nomor Induk Anggota berdasar ketentuan kodefikasi nomor yang telah ditetapkan oleh Pengurus Pusat (6) Dengan telah menerima KTA yang bersangkutan dan istri/suaminya resmi menjadi anggota biasa IKAPENDA (7) Ketentuan tentang format, bentuk, warna dan redaksi KTA ditetapkan oleh Pengurus Pusat (8) Seseorang pensiunan hanya terdaftar sebagai anggota IKAPENDA pada satu wilayah IKAPENDA. Pasal 5 (1) Berkas formulir pendaftaran dan lampiran-lampirannya sebagaimana tersebut pada pasal 4 ayat (2), disimpan di kantor Pengurus yang memproses sebagai dokumen, nama dan keterangan lain anggota dicatat dalam Buku Induk Anggota untuk selanjutnya dilaporkan ke pengurus Pusat IKAPENDA secara berkala. 2

(2) Pengurus Cabang menghimpun data di wilayahnya dalam Buku Induk Anggota Cabang, untuk selanjutnya melaporkan secara berkala kepada Pengurus Pusat. (3) Pengurus Pusat IKAPENDA menghimpun laporan data keanggotaan IKAPENDA dari semua Cabang Berakhirnya keanggotaan: Pasal 6 (1) Seseorang anggota yang meninggal dunia dilaporkan oleh keluarganya kepada pengurus, unit di wilayah tempat tinggalnya untuk dicatat dan dihapus dari Buku Induk Anggota serta melaporkannya ke Pengurus Pusat dan memproses penyelesaian kemungkinan masih adanya hak dan kewajiban yang bersangkutan berkaitan dengan keanggotaannya (2) Dalam hal anggota yang meninggal dunia sebagaimana tersebut ayat (1) tercatat sebagai anggota wilayah tertentu sebagai penerbit KTA, maka pengurus penerima laporan sebagaimana tersebut ayat (1) menyerahkan proses penghapusannya kepada pengurus yang menerbitkan KTA serta penyelesaian hak dan kewajibannya; (3) Apabila anggota yang meninggal dunia sebagaimana tersebut ayat (1) menjabat pengurus IKAPENDA pada tingkat tertentu, maka pengurus IKAPENDA menerima laporan berkoordinasi dengan pengurus yang bersangkutan terkait dengan kemungkinan penyelesaian hak dan kewajibannya; (4) Anggota IKAPENDA yang berkehendak mengakhiri keanggotaannya mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus yang menerbitkan KTA disertai alasanalasannya. (5) Pengurus yang menerbitkan KTA memproses permohonan dengan menetapkan pengakhiran keanggotaan dengan hormat dalam rapat pleno pengurus setelah yang bersangkutan menyelesaikan kemungkinan adanya kewajiban keanggotaan serta mendapatkan haknya. (6) Pengurus mencatat dan menghapus keanggotaan dari Buku Induk Anggota dan melaporkan kepada pengurus setingkat di atasnya. Pasal 7 Pengakhiran keanggotaan bagi anggota luar biasa, dan anggota kehormatan dilakukan oleh pengurus yang mengangkatnya. 3

BAB V PENGURUS DAN PEMILIHAN PENGURUS Pasal 8 (1) Pengurus Cabang sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang, yaitu Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beserta Anggota Pengurus. (2) Pengurus Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya 17 (tujubelas) orang yaitu Ketua Umum, beberapa Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara serta beberapa Anggota Pengurus. (3) Dalam setiap tingkat kepengurusan organisasi sebagaimana tersebut dalam ayat (1) dan (2), terdapat unsur Kerta IKAPENDA. Pasal 9 (1) Pengurus Pengurus Pusat dan Cabang masing-masing dipilih oleh Musyawarah Besar dan Musyawarah Cabang, dengan cara yang ditetapkan oleh masing-masing musyawarah tersebut. (2) Calon pengurus disyaratkan : a. Bersedia secara sukarela menjadi pengurus IKAPENDA b. Sehat dan mampu mengelola organisasi c. Mempunyai jejaring kerja yang baik dengan pembina. (3) Susunan Pengurus Cabang disahkan oleh Pengurus Pusat Pasal 10 (1) Dalam Pengurus Pusat diadakan pembidangan tugas yang mengurus soal-soal : a. Organisasi b. Advokasi dan Hubungan antar lembaga c. Pembinaan dan Pengembangan Profesi d. Kesejahteraan, Kesehatan dan Kerohanian e. Sosial, Kesenian dan Olah raga f. Kerukunan Wanita (Kerta) IKAPENDA (2) Unsur Sekretariat membidangi kegiatan penunjang yaitu hubungan masyarakat dan publikasi, perencanaan,administrasi dan umum. (3) Sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat, pembidangan tugas dalam kepengurusan di Cabang merujuk kepada pembidangan dalam Pengurus Pusat. 4

Pasal 11 (1) Masa bhakti Pengurus Pusat, Pengurus Cabang adalah 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal pemilihan dalam musyawarah dan sesudahnya dapat dipilih kembali maximal 3 (tiga) periode masa bhakti. (2) Pemiliha Pengurus Cabang harus segera diadakan apabila: a. Masa bhakti sebagaimana tersebut pada ayat (1) telah berakhir b. Karena alasan tertentu tidak jelas keberadaan serta kegiatannya c. Sebelum masa bhaktinya berakhir, pengurus yang bersangkutan mengundurkan diri atau diberhentikan oleh Pengurus yang berwenang mengesahkannya dan berstatus demisioner sampai terpilihnya Pengurus baru. (3) Apabila musyawarah pemilihan Pengurus tidak dapat dilaksanakan tepat waktu, pengurus yang bersangkutan harus mengajukan pemberitahuan dan permohonan perpanjangan masa bhakti disertai alasan-alasan kepada pengurus yang berhak mengesahkan. Pasal 12 (1) Pengurus Pusat berkedudukan di wilayah dan semua anggota pengurusnya bertempat tinggal di wilayah atau sekitarnya (2) Pengurus Cabang berkedudukan di wilayah Cabang Pelabuhan dan semua anggota pengurusnya bertempat tinggal di wilayah tersebut (3) Susunan Pengurus Pusat ataupun Pengurus Cabang dapat diadakan penggantian antar waktu (PAW) yang disebabkan karena meninggal dunia, berhalangan tetap dan atau mengundurkan diri secara tertulis. Pasal 13 (1) Apabila dipandang perlu untuk memperpendek rentang kendali Pengurus dapat mengangkat Koordinator Wilayah yang diserahi tugas mengkoordinasikan dan membina dalam wilayah kerjanya. (2) Koordinator wilayah sebagaimana tersebut ayat (1) ditetapkan sesuai prosedur (3) Susunan Pengurus Koordinator Wilayah terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan 3 (tiga) atau lebih anggota pengurus sesuai keperluan, salah satunya Pengurus Kerta IKAPENDA Pasal 14 (1) Untuk mencegah kekosongan dalam kepengurusan akibat kesulitan dalam membentuk Pengurus Cabang menurut ketentuan yang berlaku, dapat ditentukan dan disahkan sementara oleh Pengurus Pusat kepada Pengurus Cabang 5

(2) Pengesahan yang bersifat sementara sebagaimana tersebut pada ayat (1) ditetapkan dengan ketentuan bahwa pengurus yang disahkan itu harus selekas mungkin menyelenggarakan pemilihan Pengurus baru sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 15 (1) Pengukuhan dan Pelantikan, kepengurusan dilakukan oleh Pengurus Pusat IKAPENDA. (2) Naskah Pengukuhan dan Naskah Pelantikan serta tata laksananya ditetapkan oleh Pengurus Pusat IKAPENDA. Pasal 16 (1) Pemilihan Ketua Umum pengurus Pusat, Ketua Pegurus Cabang dipilih secara langsung oleh peserta Musyawarah. (2) Penetapan Ketua terpilih sebagaimana tersebut ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan pencalonan dan pemilihan (3) Ketua Umum atau Ketua Terpilih ditetapkan sebagai Ketua Formatur (4) Penyusunan Pengurus Pusat, Cabang dilakukan oleh Ketua Formatur dibantu beberapa Anggota Formatur (5) Tata cara Pemilihan Pengurus Pusat, Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib Musyawarah. BAB VI BADAN DAN LEMBAGA DI LINGKUNGAN IKAPENDA Pasal 17 (1) Pengurus Pusat membentuk badan-badan dan lembaga-lembaga sebagaimana tersebut pada Pasal 15 ayat (1) Anggaran Dasar, yang bergerak di bidang tertentu (Seperti Koperasi, Yayasan, Badan Usaha, Lembaga Pendidikan, Lembaga Bantuan Hukum dan badan-badan lain), yang pengurusnya, termasuk wewenang dan tanggung jawabnya ditetapkan oleh Pengurus Pusat IKAPENDA sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Di Cabang, Pengurus Badan dan Lembaga-lembaga sebagaimana tersebut pada ayat (1) termasuk wewenang dan tanggung jawabnya ditetapkan oleh Pengurus Pusat IKAPENDA setingkat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (3) Anggota Pengurus dapat menjadi Ketua Badan di tingkat Pusat kecuali Ketua Umum dan Sekretaris Umum, serta Ketua dan Sekretaris di tingkat Cabang (4) Masa bhakti Pengurus Badan atau Lembaga dilingkungan IKAPENDA sesuai dengan akte pendirian masing-masing 6

(5) Semua ketentuan mengenai kedudukan, tugas, wewenang, tanggung jawab struktur serta akte pendirian sebagai badan hukum, difasilitasi oleh Pengurus Pusat IKAPENDA, harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan lain yang berlaku. Apabila terjadi penyimpangan, pengurus IKAPENDA setingkat berwenang mengambil tindakan yang dipandang perlu. (6) Penetapan dan pengesahan terhadap badan-badan usaha dan sosial dilakukan oleh pengurus IKAPENDA pada tingkat wilayah masing-masing dan dilaporkan kepada pengurus Pusat IKAPENDA. BAB VII KERUKUNAN WANITA IKAPENDA Pasal 18 (1) Untuk menampung aspirasi wanita di lingkungan IKAPENDA dibentuk Kerukunan Wanita yang anggotanya terdiri atas semua anggota wanita dan anggota luar biasa wanita IKAPENDA dan dinamakan Kerukunan Wanita Ikatan Pensiunan Pelabuhan Indonesia II disingkat KERTA IKAPENDA, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari IKAPENDA. (2) Kerta IKAPENDA dimaksudkan untuk memberikan dukungan dan dorongan ke arah tercapainya tujuan dan upaya IKAPENDA, terutama yang menyangkut kepentingan wanita. Pasal 19 (1) Pada setiap tingkat kepengurusan IKAPENDA diadakan Pengurus KERTA IKAPENDA yang disebut Pengurus IKAPENDA, Pengurus Cabang KERTA IKAPENDA, yaitu Pengurus Pusat Kerta. (2) Pengurus Pusat KERTA IKAPENDA dipimpin oleh Ketua Pengurus Pusat IKAPENDA Bidang Kerta IKAPENDA dibantu oleh seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan beberapa Anggota (3) Setiap tingkat kepengurusan KERTA IKAPENDA dipimpin oleh seorang Ketua yang duduk sebagai Ketua Bidang KERTA IKAPENDA dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota wanita yang duduk dalam kepengurusan IKAPENDA, sedangkan anggota pengurus lainnya dapat diambil dari anggota Kerta Ikapenda yang bukan pengurus Pasal 20 (1) Pengurus Kerta IKAPENDA dibentuk dengan Keputusan Pengurus IKAPENDA setingkat dan disahkan oleh pengurus Kerta Ikapenda dari organisasi IKAPENDA setingkat di atasnya (2) Ranting Kerta IKAPENDA dapat didirikan oleh para Kerta Ikapenda lebih dari satu kepengurusan Ranting IKAPENDA namun masih dalam wilayah kerja satu Cabang. 7

Pasal 21 (1) Pengurus Cabang Kerta mempimpin, membimbing dan mengkoordinasikan segenap pengurus KERTA IKAPENDA diwilayah kerjanya. (2) Pengurus Pusat Kerta Ikapenda memimpin, membimbing dan mengkoordinasikan segenap Pengurus Kerta Ikapenda tingkat pusat. Pasal 22 (1) Kerta Ikapenda mempunyai adminsitrasi keuangan tersendiri (2) Di samping Mars IKAPENDA dan Hymne IKAPENDA, Kerta Ikapenda mempunyai Mars Kerta Ikapenda yang ditetapkan oleh Musywarah Besar (3) Surat menyurat Kerta Ikapenda, baik antar Kerta Ikapenda sendiri maupun antara Kerta dengan organisasi wanita di luar IKAPENDA, menggunakan kertas dengan kepala surat dan cap Kerta Ikapenda dan ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris Kerta Ikapenda. (4) Surat-menyurat antara Kerta Ikapenda dengan instansi yang bukan organisasi wanita, harus dibuat di atas kepala surat dan cap IKAPENDA, ditandatangani oleh Sekretaris Umum atau Sekretaris dan Ketua Pengurus Pusat IKAPENDA bidang Kerta Ikapenda atas nama Ketua Umum Pengurus Pusat IKAPENDA atau Ketua di tingkat yang bersangkutan (5) Tembusan atau salinan surat menyurat sebagaimana tersebut pada ayat (3) disampaikan kepada Ketua IKAPENDA ditingkat yang bersangkutan. Pasal 23 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerta diatur dalam Pedoman Kerta Ikapenda, yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat Ikapenda (2) Kebijaksanaan lainnya yang menyangkut Kerta Ikapenda, ditentukan oleh Pengurus Ikapenda setingkat BAB VIII MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 24 (1) Musyawarah Besar sebagaimana tersebut pada pasal 17 Anggaran Dasar, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam IKAPENDA diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun (2) Musyawarah Besar Luar Biasa dipimpin oleh Pimpinan dari unsur Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang berjumlah 5 sampai dengan 7 orang yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota 8

(3) Musyawarah Besar Luar Biasa diselenggarakan atas usul Pengurus Pusat dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah, Pengurus Cabang dan Pusat (4) Musywarah Besar Luar Biasa dihadiri : 1. Anggota Pengurus Pusat 2. Utusan Pengurus Cabang 3. Wakil Badan dan Lembaga di tingkat Pusat 4. Peninjau 5. Nara Sumber yang ditetapkan Pengurus Pusat (5) Tempat dan waktu penyelenggaraan Musyawarah Besar Luar Biasa ditetapkan oleh Pengurus Pusat setelah mendengar pendapat Pengurus Cabang, Pelaksanaan Musyawarah Besar Luar Biasa yang menyangkut jadwal dan tatalaksana diatur dalam Peraturan Tata Tertib Musyawarah Besar Luar Biasa yang disetujui oleh peserta Pasal 25 (1) Di antara dua Musyawarah Besar diadakan Rapat Kerja Nasional sebagaimana tersebut pada Pasal 17 Anggaran Dasar, atas prakarsa dan dipimpin oleh Pengurus Pusat (2) Tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat Kerja ditetapkan oleh Pengurus Pusat (3) Rapat Kerja diselenggarakan dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan keputusan Musyawarah Besar yang lalu dan membahas hal-hal yang bermanfaat bagi organisasi dan anggota (4) Apabila dipandang perlu dapat diselenggarakan Rapat Kerja Terbatas yang diatur oleh Pengurus Pusat. Pasal 26 (1) Musyawarah Cabang sebagaimana tersebut pada Pasal 25 ayat (1) huruf g Anggaran Dasar yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam wilayah kerja Cabang, diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun, dipimpin oleh pimpinan dari unsur Pengurus Cabang Musyawarah Cabang diselenggarakan dengan tujuan : a. Mengevaluasi pelaksanaan program 3 (tiga) tahun berjalan dalam bentuk laporan Pertanggung jawaban b. Memilih dan menetapkan kepengurusan 3 (tiga) tahun masa bhakti mendatang c. Menetapkan program 3 (tiga) tahun mendatang d. Membahas hal-hal yang bermanfaat bagi kemajuan organisasi di wilayahnya 9

(2) Musyawarah Cabang dihadiri oleh a. Peserta: 1. Anggota Pengurus Cabang 2. Anggota Pensehat Pengurus Cabang b. Wakil Badan dan Lembaga di tingkat Cabang c. Peninjau d. Narasumber yang ditetapkan Pengurus Cabang (3) Musyawarah Cabang dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat (4) Tempat dan waktu penyelenggaraan Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pengurus Cabang (5) Pelaksanaan Musyawarah Cabang yang menyangkut jadwal dan tata laksana diatur dalam Peraturan Tata Tertib Musyawarah Cabang yang disetujui peserta Pasal 27 (1) Musyawarah Cabang Luar Biasa mempunyai kewenangan sama dengan Musyawarah Cabang dilaksanakan dengan tujuan untuk membahas dan memutuskan persolan-persoalan penting dan mendesak yang tidak dapat dilakukan oleh Lembaga lain di luar Muscab, dipimpin unsur Pengurus Cabang, diselenggarakan atas usul: - Rapat Kerja Cabang, yang disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah suara dari peserta rapat yang berhak dan menandatangani daftar hadir (2) Musyawarah Cabang Luar Biasa dihadiri oleh peserta yang terdiri dari : a. Peserta: 1. Anggota Pengurus Cabang 2. Penasehat Pengurus Cabang b. Wakil Badan dan Lembaga di tingkat Cabang (3) Musyawarah Cabang Luar Biasa dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat. (4) Tempat dan waktu penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar Biasa ditetapkan oleh pengurus Cabang (5) Pelaksanaan Musyawarah Cabang Luar Biasa yang menyangkut jadwal dan tata laksana diatur dalam Peraturan Tata tertib Musyawarah Cabang Luar Biasa yang disetujui Peserta Pasal 28 (1) Rapat Kerja Cabang sebagaimana tersebut pada Pasal 17 Anggaran Dasar, diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali diantara dua Musyawarah Cabang, atas prakarsa dan dipimpin oleh Pengurus Cabang 10

(2) Tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang ditetapkan oleh Pengurus Cabang (3) Tujuan Rapat Kerja Cabang ialah untuk mengevaluasi pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang dan membahas hal-hal yang bermanfaat bagi organisasi dan anggota (4) Pelaksanaan rapat Kerja Cabang yang menyangkut jadwal dan tata laksana diatur dalam Peraturan Tata tertib Rapat Kerja cabang yang disetujui peserta. Pasal 29 (1) Rapat Pengurus Pusat, Rapat Pengurus Cabang sebagaimana tersebut pada Pasal 17 Anggaran Dasar, dihadiri oleh anggota pengurus menurut tingkatnya sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) Rapat Koordinasi sebagaimana tersebut pada pasal 25 Anggaran Dasar, adalah rapat yang diselenggarakan oleh internal pengurus, antar pengurus, ataupun oleh pengurus dengan pihak-pihak lain untuk membahas hal-hal yang bersifat teknis, pelaksanaan dan diadakan sewaktu-waktu diperlukan (3) Rapat Koordinasi, dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 25 Anggaran Dasar secara lebih teknis untuk kemajuan dan perkembangan organisasi. Pasal 30 (1) Rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah undangan rapat yang berhak dan menandatangani daftar hadir (kuorum) (2) Jika pada waktu pembukaan rapat yang telah ditetapkan rapat tidak memenuhi kuorum sebagaimana ditentukan dalam ayat (1), rapat ditunda paling lama satu jam dan jika pada akhir waktu penundaan hadir sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah peserta rapat maka rapat dinyatakan sah. (3) Rapat diselenggarakan sejauh mungkin secara musyawarah untuk mencapai mufakat dalam suasan kekeluargaan tanpa meninggalkan semangat demokrasi (4) Apabila dilakukan pemungutan suara, keputusan rapat dinyatakan sah jika disetujui oleh lebih dari separuh jumlah suara peserta rapat yang berhak dan menandatangani daftar hadir Pasal 31 (1) Yang dimaksud dengan peserta rapat dalam musyawarah dan rapat organisasi sebagai tersebut pada Pasal 17 Anggaran Dasar ialah mereka yang menghadiri rapat atas undangan dan yang menandatangani daftar hadir (2) Yang dimaksud dengan jumlah suara peserta rapat dihitung menurut Peraturan Tata Tertib yang ditetapkan oleh Rapat yang bersangkutan 11

BAB IX FORUM MUSYAWARAH DAN FORUM KOMUNIKASI Pasal 32 (1) Forum Musyawarah Pengurus Pusat sebagaimana tersebut pada pasal 17 Anggaran Dasar, dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Pusat atau Ketua Organisasi, sedangkan Forum Musyawarah Pengurus Cabang dipimpin oleh Ketua Pengurus Cabang yang bersangkutan (2) Ketua Forum Musyawarah sebagaimana tersebut pada ayat (1), memimpin rapat bersama Sekretaris Jenderal di tingkat Pengurus Pusat dan Sekretaris Pengurus Cabang di tingkat Cabang (3) Forum Musyawarah sebagaimana tersebut pada ayat (1), mengadakan rapat sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan, di kantor Pengurus Pusat, Pengurus Cabang. (4) Forum Komunikasi diselenggarakan sesuai kebutuhan dengan jadwal dan agenda yang disepakati antara Pengurus Pasal 33 Keputusan dan kesepakatan rapat Forum Musyawarah dan Forum Komunikasi, sebagaimana tersebut pada Pasal 17 Anggaran Dasar, dimaksudkan untuk memajukan dan mengembangkan,serta meningkatkan kinerja organisasi dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara khususnya dalam kesejahteraan para pensiunan. Pasal 34 Harta kekayaan milik organisasi sebagaimana Pasal 18 ayat (2) Anggaran Dasar baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak dicatat dan dibukukan serta diberikan tanda-tanda sesuai ketentuan yang berlaku dalam administrasi perbendaharaan materil BAB X SEKRETARIAT Pasal 35 (1) Untuk keperluan tata usaha dan menunjang kegiatan organisasi, pengurus pada semua tingkat membentuk sekretariat (2) Sekretariat disusun menurut tata cara yang diterapkan oleh Pengurus Pusat baik mengenai bidang tugas/urusan, keanggotaan, keuangan dan lain-lain yang dipandang perlu, maupun mengenai laporan berkala yang harus dibuat 12

(3) Tenaga sekretariat sedapat mungkin diambil dari anggota IKAPENDA dan atau petugas/tenaga bantuan Pasal 36 (1) Surat-menyurat antara pengurus pada semua tingkat dilakukan dengan menghindahkan tata jenjang (2) Untuk mempercepat hal-hal yang bersifat mendesak, pengurus di setiap tingkatan dapat langsung mengadakan surat-menyurat dengan pengurus dua tingkat di atasnya sampai Pengurus Pusat BAB XI PENGAWASAN Pasal 37 Pada setiap tingkatan Pengurus melekat fungsi pengawasan internal dan juga pengawasan kepada pengurus satu tingkat di bawahnya. Untuk melaksanakan fungsi tersebut pengurus menunjuk pemeriksa Internal yang terdiri dari dua orang pengurus atau lebih Pasal 38 Dalam hal Pengurus pada suatu tingkatan organisasi tidak berfungsi secara efektif sebagaimana mestinya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat teknis, administratif atau lainnya, maka pengurus satu tingkat diatasnya wajib mengambil langkah dan tindakan tertentu untuk menyelematkan kepentingan organisasi Pasal 39 (1) Terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota pengurus, diberikan sanksi: a. Peringatan b. Pernyataan tidak puas c. Pengakhiran jabatan (2) Pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan dijatuhkan sanksi adalah: a. Pelanggaran Kode Etik, Anggaran dasar dan Anggaran Rumah tangga b. Melalaikan tugas organisasi c. Menyalahgunakan wewenang d. Menyalahgunakan harta milik organisasi e. Mencemarkan nama baik organisasi f. Melakukan tindakan tercela g. Dihukum pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap 13

(3) Yang berwenang memberikan sanksi adalah pengurus tempat yang bersangkutan berperan, atau pengurus satu tingkat lebih tinggi apabila yang melanggar adalah Ketua Pengurus (4) Pengurus sebagaimana tersebut pada ayat (3) membentuk Tim Pemeriksa (atau Tim Kode Etik) yang bertugas: a. Mengumpulkan informasi dan bukti pelanggaran yang dilakukan oleh yang bersangkutan b. Membuat berita acara pemeriksaan dan rekomendasi c. Melaporkan kepada sidang Pleno Pengurus (5) Berdasarkan rekomendasi Pemeriksa, sidang Pelno Pengurus menetapkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh yang bersangkutan BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 (1) Bilamana ada kesangsian tentang suatu ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga ini, perumusannya ditetapkan oleh Pengurus Pusat (2) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah tangga ini ditetapkan lebih lanjut oleh Pengurus Pusat (3) Anggara Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. PENGURUS PUSAT IKAPENDA Jakarta, 19 Februari 2016 KETUA UMUM SEKRETARIS DRS.AZREAL TEMI M.SYAEFULLAH,AS 14