BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 109 TAHUN 1999 TENTANG

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. tanam, berusaha dan tempat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

PERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Nega

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Upik Hamidah. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembar

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (2) UUPA menyatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 793 TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

Sertifikat hak guna..., Fransiska KrisnaniBudi Utami, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 10 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kesatuan, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

KEPUTUSAN BERSAMA MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BENTUK DAN ISI SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN TENTANG PEMBENTUKAN TIM PERCEPATAN SATUAN TUGAS FISIK DAN SATUAN TUGAS YURIDIS PRONA

BAB I PENDAHULUAN. Pressindo, Jakarta, 2009, hlm Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, Minerva Athena

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG

alam, retribusi, sumbangan, Bea dan Cukai, laba dari BUMN dan sumber golongan yang terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung; (2) pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia

TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktifitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah, dapat dikatakan kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit terjadi pertumpahan darah akibat sengketa kepemilikan tanah. Oleh karena itu tanah perlu dikelola dan diatur untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas bidang tanah melalui pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah merupakan hal yang penting dalam pengadministrasian tanah guna untuk mengamankan hak-hak seseorang atas tanah dan demi terwujudnya ketertiban administrasi pertanahan. Sesuai dengan amanat pada pasal 19 Undang- Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yaitu untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut selanjutnya dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang merupakan pelaksanaan dari pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Di Indonesia kegiatan Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN). Dalam pasal 3 Peraturan Presiden No. 63 tahun 2013 tentang 1

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, salah satu tugas pokok BPN yaitu menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang dilaksanakan BPN dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah atau peraturan perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain. Hal tersebut guna memberikan pelayanan yang baik dibidang pertanahan. Mengenai tugas pokok BPN dalam rangka peningkatan pelayanan pendaftaran peralihan hak sesuai dengan standar operasional pelaksanaan dibidang pertanahan, BPN menerbitkan suatu Kebijakan berupa Surat Edaran tanggal 10 April 2013, Nomor: 5/SE/IV/2013, tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Terkait Dengan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan keluarnya kebijakan tersebut dimaksudkan agar pelayanan dapat lebih baik dan maksimal. Berdasarkan Surat Edaran BPN tersebut, setelah akta ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tidak dipersyaratkan terlebih dahulu melakukan pengecekan tanda bukti setoran pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada kegiatan pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah dan dapat langsung melakukan proses pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah pada Kantor Pertanahan dengan melampirkan tanda bukti setoran pembayaran BPHTB. 2

BPHTB ditetapkan sebagai salah satu jenis Pajak Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dan ketentuan lebih lanjut tentang BPHTB tersebut diatur dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 1 tahun 2011 tentang pajak daerah. Berdasarkan kewenangan yang dimilikinya tersebut, Pemerintah Kota Bandar Lampung membuat Surat Edaran Walikota Nomor: 590/937/14.45/2013 tentang BPHTB yang salah satu ketentuannya adalah mewajibkan pada orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan untuk melakukan pengecekan/verifikasi tanda bukti setoran pembayaran BPHTB kepada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), sebagai satuan kerja yang ditunjuk untuk mengelola Pajak BPHTB. Tujuan pengecekan/verifikasi tanda bukti setoran pembayaran BPHTB tersebut adalah untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan pembayaran, manipulasi pembayaran, atau pemalsuan pembayaran BPHTB, yang berkibat merugikan keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada proses kegiatan pendaftaran peralihan hak atas tanah PPAT wajib menyampaikan akta PPAT dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran peralihan hak yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatanganinya akta yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan pasal 40 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pasal 103 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pasal 61 ayat (1) Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 1 Tahun 3

2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dan berdasarkan Surat Edaran Walikota tersebut diwajibkan pada orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan untuk melakukan pengecekan/verifikasi tanda bukti setoran pembayaran BPHTB kepada Dispenda. Setiap daerah Kabupaten/Kota di Indonesia pelaksanaan pengecekan/verifikasi tanda bukti setoran pembayaran BPHTB dimaksud sering kali memperlambat peralihan hak atas tanah di Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) maupun di Kantor Lelang yang juga berakibat menghambat pelaksanaan pendaftaran tanah hak atas tanah dan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, karena pelaksanaan pengecekan/verifikasi tersebut melalui prosedur yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama, seperti pengecekan lokasi untuk menentukan luas tanah dan bangunan, menentukan nilai pasar atau nilai transaksi. Sehingga tujuan hukum yang dinginkan tidak tercapai yaitu diperolehnya kepastian hukum pada orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan karena belum didaftarkan ke kantor pertanahan. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan perbandingan efisiensi dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang melaksanakan Kebijakan Hukum BPN berupa Surat Edaran BPN RI tanggal 10 April 2013, Nomor : 5/SE/IV/2013, tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Terkait Dengan Pelaksanaan Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan 4

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang belum melaksanakan Surat Edaran tersebut. I.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1. Permasalahan Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Mengapa diterbitkannya kebijakan hukum BPN Nomor : 5/SE/IV/2013, tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Terkait Dengan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah? b. Bagaimanakah implikasi kebijakan hukum BPN Nomor : 5/SE/IV/2013, tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Terkait Dengan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah? 1.2.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam bidang keilmuan Hukum Administrasi Negara. Substansi kajian tentang hukum pendaftaran tanah yang dibatasi pada pendaftaran peralihan hak atas tanah untuk bidang tanah yang sudah terdaftar atau sudah bersertipikat sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria No. 3 Tahun 1997, dan mengapa diterbitkannya kebijakan hukum BPN Nomor : 5/SE/IV/2013 tentang pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah terkait 5

dengan pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta bagaimana implikasi dari kebijakan tersebut terhadap pemerintah dan masyarakat selaku pemohon. I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis Kebijakan Hukum BPN dalam pendaftaran peralihan hak atas tanah terkait dengan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah b. Untuk menganalisis dampak efisiensi dari kebijakan hukum BPN dalam pendaftaran peralihan hak atas tanah terkait dengan Pelaksanaan Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap BPN, PPAT, dan masyarakat selaku pemohon. 1.3.2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dari tesis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pengkajian ilmu hukum, dan pengembangan kemampuan daya pikir kritis serta memberikan sumbang pemikiran bagi khasanah ilmu hukum mengenai dampak dari kebijakan hukum BPN dalam pendaftaran peralihan hak atas tanah terkait 6

dengan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap BPN, PPAT, dan masyarakat selaku pemohon. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat dan saran serta masukan terutama bagi Kantor Pertanahan dan PPAT dalam rangka dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah khususnya peralihan hak atas tanah terkait dengan pembayaran BPHTB. I.4. Kerangka Konseptual Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsepkonsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti atau diketahui. 1 Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : a. Konsep Kebijakan Hukum Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat. 2 b. Konsep Pendaftaran Tanah Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dirumuskan definisi pendaftaran tanah. Pendaftaran Tanah adalah 1 Dirjdjosiswori, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986 2 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981 7

rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. 3 c. Konsep Peralihan Hak Atas Tanah Peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau berpindahnya hak kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari pemilk semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum tertentu. Perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untyuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain untuk selama-lamanya (dalam hal ini subyek hukumnya memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah). 4 d. Konsep BPHTB Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang BPHTB dikemukakan bahwa Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak. 3 A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 70. 4 Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Jakarta: Universitas Trisakti, 2005, cet I, hlm. 56. 8