Bagaimana tanggapan Anda dengan UU Kesehatan yang disahkan DPR 14 September lalu?

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia.

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

Terjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem?

Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ratu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI

Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka Penulis berkesimpulan sebagai berikut: Seksual Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Indonesia

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kondisi umat Islam pada Ramadhan ini sepertinya tak berubah. Pandangan Anda?

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara HTI

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DASAR &HUKUM ASURANSI KESEHATAN BAB 10

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN (UU NO.36 TAHUN 2009)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

Sebagai warga Bogor, tidakkah Anda bangga acara puncak kontes Miss World digelar di kota Anda?

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

Mengapa Amerika menyebarkan demokrasi ke negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia?

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

Bambang Wirahyoso, Ketua DPP Serikat Pekerja Nasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Institute for Criminal Justice Reform

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RELEVANSI Skm gatra

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mendamaikan Pengaturan Hukum Penyadapan di Indonesia

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

Transkripsi:

{mosimage} Febrianti Abassuni, Jubir Muslimah HTI Bila dibanding dengan UU yang lama jelas UU Kesehatan ini patut diapresiasi karena menjadikan norma agama sebagai asas penyelenggaraan kesehatan sehingga tidak dibolehkan adanya pelanggaran terhadap ajaran agama dalam penyelenggaraan kesehatan. Benarkah demikian? Atau ini hanya pasal-pasal tidak bergigi? Karena mencampuradukan antara yang haq dan bathil, seperti lazimnya produk demokrasi lainnya? Untuk membahasnya, Wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Febrianti Abassuni. Berikut petikannya. Bagaimana tanggapan Anda dengan UU Kesehatan yang disahkan DPR 14 September lalu? Di satu sisi kita harus mengapresiasi UU Kesehatan yang baru ini antara lain karena: Pertama, UU ini menjadikan norma agama sebagai asas penyelenggaraan kesehatan sehingga tidak dibolehkan adanya pelanggaran terhadap ajaran agama dalam penyelenggaraan kesehatan. Kedua, UU ini lebih baik dari UU Kesehatan yang lama karena sudah menggunakan paradigma sehat di dalam penyelenggaraan kesehatan. Kalau dengan UU yang lama pemerintah dan masyarakat didorong untuk lebih memperhatikan bagaimana menyembuhkan orang yang sakit saja, UU yang baru ini mengarahkan pemerintah dan masyarakat untuk menyelenggarakan kesehatan secara lebih komprehensif: baik secara promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Ketiga, UU ini memposisikan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Jadi posisi pemerintah tidak hanya sekadar regulator, tapi juga sebagai penyelenggara upaya kesehatan (Pasal 17). Ini sesuai dengan hadist riwayat Bukhari dan Muslim: Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan dimintai pertanggungjawban terhadap rakyatnya 1 / 5

Keempat, UU ini juga memuat pasal-pasal yang mengatur perlindungan terhadap masyarakat yang sebelumnya belum dilindungi undang-undang. Misalnya hak pasien mendapatkan informasi dan edukasi, menerima atau menolak tindakan medis setelah mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan, hak untuk menggugat apabila ada tindakan medis yang merugikan dirinya, juga hak akan kerahasiaan kondisi kesehatannya. Apakah benar UU Kesehatan memberi legitimasi seks bebas, pelacuran, homoseks, dan aborsi? Kita tahu memang ada upaya untuk mengarahkan ke sana dalam prosesnya, tapi Alhamdulillah kalau kita pelajari UU yang disahkan, kita akan lihat bahwa tidak benar ada legitimasi seks bebas, pelacuran, homoseks, dan aborsi. Kita bisa lihat lengkapnya dalam bab X tentang Kesehatan Reproduksi dan di bab XVII tentang ketentuan pidana. Apakah Anda setuju pasal-pasal mengenai aborsi sebagaimana yang tercantum dalam UU? Saya setuju bahwa aborsi harus dilarang sebagaimana dalam pasal 84 karena aborsi adalah bentuk pembunuhan (QS Al an Aam :151). Karenanya pelakunya harusnya dikenakan sanksi berupa qishas atau diyat sesuai hukum pidana Islam. Saya juga tidak setuju aborsi dibolehkan dengan alasan korban perkosaan dan indikasi kedaruratan medis dalam hal janin menderita penyakit genetik, berat dan/atau cacat bawaan yang tidak dapat diperbaiki. Saya setuju dengan pendapat bahwa aborsi dibolehkan dengan alasan apa pun apabila dilakukan sebelum 40 hari usia kehamilan karena pada masa itu yang ada baru segumpal darah yang belum dikatakan sebagai janin dan belum diharuskan ada diyat apabila ada ketidaksengajaan yang menyebabkan gugurnya janin tersebut. Selain itu, aborsi boleh dilakukan setelah usia kehamilan 40 hari hanya apabila menurut ahli kehamilan membahayakan jiwa ibu dan berarti juga membahayakan jiwa janin. Dengan dua ketentuan ini masalah yang timbul karena pemerkosaan dan cacat genetik juga dapat diatasi, tanpa perlu melanggar ketentuan dalam Alquran dan Hadist. 2 / 5

Saya mengerti bahwa ada perbedaan pendapat mengenai pengecualian kebolehan aborsi. Yang tidak benar dalam hal ini adalah proses pengambilan keputusannya. Syariah Islam mengajarkan ketentuan pengambilan keputusan dalam musyawarah sebagai berikut: apabila menyangkut perkara yang menyangkut hukum berdasarkan Alquran dan Hadist maka harus diputuskan berdasarkan dalil/argument terkuat. Apabila menyangkut perkara berdasarkan ilmu tertentu maka harus diputuskan berdasarkan pendapat ahlinya. Dan apabila menyangkut pelaksanaan teknis yang tidak terkait hukum atau ilmu tertentu, maka diputuskan berdasarkan suara terbanyak. Dalam pasal-pasal yang menyangkut aborsi ini, kita berhadapan dengan perkara hukum yang digali dari Alquran dan Hadist, karenanya tidak benar mengambil keputusan berdasarkan kompromi sebagaimana yang terjadi di DPR kemarin. Harusnya pengambilan keputusannya berdasarkan dalil/argumen pemahaman Alquran dan Hadist terkuat menurut orang yang berwenang mengambil keputusan. Anda menyebutkan masih ada ketidaksesuaian UU Kesehatan dengan syariah, yang mana yang dimaksud? Ada ketidaksesuaian beberapa pasal dengan syariah, selain ketidaksesuaian sanksi pidana dan proses pengambilan keputusan yang telah saya ungkapkan, ada juga ketidaksesuaian lain yang menyangkut pembiayaan kesehatan. Ketidaksesuaian ini terjadi karena kita belum mengadopsi sistem ekonomi Islam dalam kehidupan kita, yang sebenarnya merupakan bagian dari pilar agar syariah Islam terealisasi sebagai rahmatan lil alamin, tidak hanya bagi kaum Muslimin saja. Dalam UU Kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan publik dibiayai oleh masyarakat melalui kewajiban asuransi kesehatan sosial bagi tiap warga Negara (pasal 16), Pemerintah Pusat maupun daerah berupa kewajiban minimal 5 persen APBN/APBD untuk kesehatan di luar gaji tenaga kesehatan (pasal 50) dan perusahaan/ majikan bagi pekerja (pasal 106). 3 / 5

Ini tidak sesuai dengan syariah. Seharusnya pemerintah membiayai pelayanan kesehatan publik dengan kas negara yang didapatkan dari pengelolaan sumberdaya milik umum seperti barang tambang, minyak, gas, kekayaan hutan, laut, sungai, dan yang lain. Jadi tidak dengan mematok berapa persen dari APBN/APBD tanpa melihat persentase itu cukup atau tidak, tapi harus mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh warga negara, termasuk kebutuhan informasi dan edukasi kesehatan. Pemerintah juga seharusnya tidak membebankan tanggung jawabnya kepada masyarakat termasuk pengusaha dalam pembiayaan kesehatan. Tidak dikelolanya ekonomi sesuai dengan sistem ekonomi Islam yang menyebabkan negara tidak punya jaminan ketersediaan dana yang cukup untuk pembiayaan kesehatan juga menyebabkan tidak ada jaminan realisasi/implementasi beberapa pasal yang ada di UU Kesehatan. Contohnya pasal kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan menolong pasien dalam kondisi darurat tanpa meminta uang muka terlebih dahulu (pasal 34), tidak disertai dengan kejelasan sanksi bagi yang melanggar pasal tersebut. Kalau pelakunya disanksi pidana atau administratif kemudian tidak mau lagi memberikan pelayanan kesehatan, karena kekurangan biaya, pemerintah tidak bisa mengganti pelayanan kesehatan yang diberikan lembaga tersebut. Karenanya pasal 34 UU Kesehatan terasa tak bergigi. Demikian juga pasal-pasal lain seperti dalam bab Gizi, Makanan, dan Minuman; Kesehatan Lingkungan; dan Kesehatan Kerja. Pasal-pasalnya terasa tak bergigi, tidak menggambarkan jaminan realisasi, yang kalau diusut akan berujung pada masalah yang timbul karena tidak ada jaminan pembiayaan yang cukup. Jadi agar terealisasi kesehatan bagi warga negara, perlu penerapan syariah tidak hanya di bidang kesehatan saja? Ya, benar. Kesehatan masyarakat hakiki, yaitu kesehatan fisik, mental, spiritual dan sosial, 4 / 5

adalah buah dari pengelolaan ekonomi, pendidikan, dan penegakan hukum sesuai syariah. Pengelolaan semua itu dengan syariah mengharuskan tegaknya sistem pemerintahan yang sesuai dengan syariah pula, yang kita kenal dengan istilah Khilafah.[] 5 / 5