BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia nyata. Hal ini yang dikemukakan oleh Cockcroft et al

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Wahana tersebut diharapkan mampu mengantarkan siswa untuk mempermudah pencapaian tujuan. Matematika sebagai salah satu wahana pendidikan harus mampu berperan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yaitu mencerdaskan siswa dan juga mampu membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan mereka dengan pembelajaran nilai-nilai kehidupan melalui matematika. Dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (2003), diungkapkan bahwa Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Standar Kompetensi bahan kajian matematika yaitu kecakapan atau kemahiran

2 matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA atau MA yaitu Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah; menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam penyelesaian masalah; memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Kurikulum tersebut memiliki konsekuensi logis bagi guru matematika untuk dapat membantu siswa agar mau dan mampu berpikir aktif dan kreatif dalam memecahkan soal-soal matematika, sehingga bisa mencapai kompetensi yang seharusnya dimiliki. Peneliti menyadari betapa pentingnya kegiatan latihan mengerjakan dan menemukan sendiri pemecahan dari soal melalui kegiatan berpikir aktif dan kreatif. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari. Salah satu cakupan dalam mata pelajaran matematika adalah kemampuan serta keterampilan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan seharihari secara logis. Keterampilan menyelesaikan soal matematika secara cepat

3 dan tepat diharapkan dapat diterapkan sehingga tidak terpaku pada teori saja, seperti yang terjadi selama ini. Pembelajaran matematika tidak hanya sekedar teori pengantar semata, tetapi lebih pada pemahaman konsep yaitu kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan cara atau strategi yang tepat dan logis secara langsung. Salah satu cabang dari matematika yang sering digunakan untuk memecahkan permasalahan sehari-hari adalah mengenai aritmatika yaitu mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Salah satu bentuk operasi pada himpunan yang bersesuaian dengan jumlah dan kurang adalah operasi irisan dan gabungan himpunan. Sebagai contohnya, untuk menentukan kelulusan tes seleksi pegawai dibutuhkan konsep irisan himpunan dan untuk menghitung jumlah seluruh peserta seleksi dibutuhkan konsep gabungan himpunan. Contoh lain adalah untuk mendata jumlah siswa yang lolos sebagai tim MIPA sekolah, seorang siswa harus lulus tes materi dan juga lulus tes presentasi, sehingga dibutuhkan konsep irisan himpunan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Permasalahan mengenai irisan dan gabungan himpunan seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan itu seringkali menjebak siswa dalam mengambil solusi atau jalan penyelesaian. Misalnya saja kasus yang terjadi di sekolah peneliti yaitu di kelas VII Madrasah Tsanawiyah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, saat siswa dihadapkan pada permasalahan atau soal mengenai jumlah peserta yang lulus ujian seleksi penerimaan CPNS, mereka masih bingung mau diselesaikan dengan cara apa

4 soal tersebut. Saat mereka menemukan cara penyelesaian soal dengan konsep himpunan, mereka masih kebingungan lagi untuk menentukan apakah soal tersebut diselesaikan dengan konsep irisan, gabungan atau malah komplemen himpunan. Kejadian di atas tentu saja tidak diinginkan oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran Matematika. Ilmu Matematika khususnya membutuhkan banyak latihan dan ketelitian yang akan memacu otak untuk berpikir aktif dan kreatif dalam menemukan konsep dan menerapkannya dalam penyelesaian masalah, sehingga siswa akan terbiasa dengan penyelesaian soal-soal baik yang mudah maupun rumit. Hal ini bisa tercapai jika lembaga pendidikan menerapkan Active Learning atau pembelajaran aktif dalam sistem pembelajarannya, agar siswa terbiasa menjadi stake holder sejak dini, yang tentu saja membutuhkan banyak latihan dan percobaan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Oleh karena itu, sistem pembelajaran sangatlah penting untuk segera dibenahi. Peneliti mempunyai anggapan bahwa budaya siswa yang hanya belajar jika ada PR atau tugas dari guru, menjadi salah satu realita yang perlu segera disikapi. Selain itu, berdasarkan pemantauan empirik di kelas VII Madrasah Tsanawiyah Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh fakta bahwa (1) para siswa belum memperoleh kegiatan pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan pemecahan masalah dengan berpikir aktif dan kreatif dalam sistem pembelajaran Active Learning, (2) kompetensi guru cukup

5 memadai untuk menerapkan pendekatan pemecahan masalah dalam sistem pembelajaran Active Learning, (3) siswa diharapkan untuk mampu berpikir aktif dan kreatif dalam menemukan pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan masalah sehari-hari tentang irisan dan gabungan himpunan, (4) sarana perpustakaan memadai, (5) kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan menemukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah sehari-hari tentang irisan dan gabungan himpunan karena siswa berada di lingkungan asrama sehingga harus memanage atau mengatur pengeluaran keuangan maupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri, sehingga siswa terbiasa mengambil keputusan secara mandiri (6) adanya persyaratan wajib bagi siswa kelas IX untuk mengikuti UNAS yang salah satu mata pelajaran wajib lulus adalah matematika, sehingga siswa harus terbiasa berpikir aktif dan kreatif dalam menemukan pemecahan masalah matematika agar tidak gagap dengan soal-soal UNAS, (7) kemudahan dan keterbukaan semua komponen baik pimpinan, guru, maupun karyawan sehingga kegiatan berpikir aktif dan kreatif dalam menemukan pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan masalah sehari-hari sebagai dasar pengembangan kegiatan lainnya perlu dibudayakan. Kondisi-kondisi itu sebenarnya dapat dioptimalkan dengan berbagai upaya, antara lain penggunaan strategi pembelajaran dan pelatihan yang bervariasi. Salah satu strategi yang dapat dipilih oleh guru adalah penelitian (research). Dengan melakukan penelitian, guru bisa nelihat dan memahami cara kerja sekolah sehingga bisa melakukan perubahan atau peningkatan

6 peranannya, yang sangat penting dimengerti adalah segala hal yang terjadi di dalam kelas. Sebagian besar dari wujud nyata kegiatan pendidikan di sekolah dapat diamati di dalam kelas. Oleh karena itulah perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap perlunya Active Learning atau pembelajaran aktif dengan mengembangkan pola berpikir aktif dan kreatif siswa dalam pemahaman konsep tentang irisan dan gabungan himpunan secara mandiri yang akan digunakan dalam pemecahan soal matematika yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Hal ini dilakukan karena masih sangat sering siswa merasa kebingungan dalam mencari koneksi dan solusi saat menemukan permasalahan seperti apa mereka harus menggunakan konsep dan penyelesaian tentang irisan dan gabungan himpunan. Perlu diperhatikan bahwa penelitian yang akan dilakukan adalah terhadap para siswi, karena sekolah yang digunakan adalah sekolah khusus putri. 2. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: sejauh mana siswa berpikir aktif dan kreatif dalam memahami konsep matematika tentang irisan dan gabungan pada himpunan dengan sistem pembelajaran Active Learning, sehingga mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Mu`allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan masalah sehari-hari.

7 Rumusan masalah tersebut selanjutnya dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu: (1) Strategi apakah yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penggunaan konsep irisan dan gabungan himpunan? (2) Kesulitan apakah yang dihadapi siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penggunaan konsep irisan dan gabungan himpunan? (3) Pada permasalahan seperti apakah siswa menggunakan konsep irisan dan gabungan himpunan? (4) Situasi belajar mengajar seperti apakah yang memudahkan siswa dalam memahami konsep irisan dan gabungan himpunan? 3. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan dan keterampilan siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Mu`allimaat Muhammadiyah Yogyakarta untuk menemukan pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan masalah sehari-hari tentang irisan dan gabungan himpunan secara cepat dan tepat dengan berpikir aktif dan kreatif dengan sistem pembelajaran Active Learning. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan: (1) Strategi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penggunaan konsep irisan dan gabungan himpunan. (2) Kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penggunaan konsep irisan dan gabungan himpunan.

8 (3) Permasalahan-permasalahan sehingga siswa menggunakan konsep irisan dan gabungan himpunan. (4) Situasi belajar mengajar yang memudahkan siswa dalam memahami konsep irisan dan gabungan himpunan. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis berkaitan dengan pengembangan teori peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika tentang irisan dan gabungan himpunan secara cepat dan tepat dengan berpikir aktif dan kreatif dengan sistem pembelajaran Active Learning. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain: a. Guru memperoleh pengalaman dan wawasan baru berkenaan dengan: (1) konsep dan model pembelajaran Active Learning melalui rancangan penelitian yang dilakukan (2) kolaborasi kegiatan penelitian. Perolehan itu diharapkan dapat memotivasi guru melakukan penelitian tentang berbagai strategi pembelajaran pemecahan masalah matematika tentang irisan dan gabungan himpunan secara cepat dan tepat. b. Selama kegiatan penelitian berlangsung, siswa yang diteliti diharapkan memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman tentang dasar-dasar pemecahan masalah matematika tentang irisan dan gabungan himpunan secara cepat dan tepat, sehingga mampu memberikan kontribusi positif dan motivasi kuat untuk selalu meningkatkan kompetensinya.

9 c. Lembaga pendidikan tempat penelitian dilakukan dapat memanfaatkan untuk: (1) bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan kebijakan kependidikan di sekolah, (2) memotivasi pimpinan dan guru agar mau mengkaji dan mengembangkan inovasi pembelajaran bagi peningkatan profesionalisme guru dan kualitas pendidikan, (3) bahan supervisi dan penilaian kompetensi guru praktisi penelitian ini. d. Peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan strategi, sistem dan model pembelajaran dan pelatihan serupa atau berbeda. e. Pengambil kebijakan bidang pendidikan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan kebijakan pendidikan, khususnya masukan dan pertimbangan bagi pengembangan atau penyempurnaan kurikulum dan silabus standar kompetensi mata pelajaran MIPA khususnya Matematika.