KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

PSAP NO 08 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 12 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BAB IX AKUNTANSI KONTRUKSI DALAM PENGERJAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

Makalah Konstruksi Dalam Pengerjaan BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

LAPORAN KEUANGAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP DALAM KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAB XII KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

BAB IX SISTEM AKUNTANSI ASET TETAP

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

LAPORAN KEUANGAN POKOK

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: 1. Dr. Arifuddin, SE., M.Si., Ak., CA 2. Dr. Andi Kusumawati, SE., M.Si., Ak., CA 3. Dr. Kartini Hanafi Idris, SE., M.Si., Ak.

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BUNGA RAMPAI 2016 STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Untuk Periode Januari s.d. Juni Tahun 2016 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

LAPORAN KEUANGAN POKOK

01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan kontraktor.

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

LAPORAN KEUANGAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KANTOR KECAMATAN SANANKULON

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

-1- KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN, DAN PERISTIWA LUAR BIASA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB IV KONSEP PENANDINGAN DAN PROSES PENYESUAIAN

Transkripsi:

Lampiran III.10 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi konstruksi dalam pengerjaan adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi konstruksi dalam pengerjaan dan informasi relevan lainnya. 2. Akuntansi konstruksi dalam pengerjaan disusun untuk memenuhi tujuan akuntabilitas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen Pemerintah Kabupaten Bungo. I.2. Ruang Lingkup 1. Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas akuntansi/pelaporan Pemerintah Kabupaten Bungo yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan daerah. 2. Kebijakan ini diterapkan dalam konstruksi dalam pengerjaan dalam penyusunan Neraca. 3. Perlakuan akuntansi konstruksi dalam pengerjaan mencakup definisi, pengakuan, pengukuran, dan penyajian/pengungkapan. II. DEFINISI DAN KLASIFIKASI II.1. Definisi 1. Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan. II.2. Klasifikasi 1. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta asset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai pada saat akhir tahun anggaran. 2. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut biasanya kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. 3. Perolehan asset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. 1

III. PENGAKUAN 1. Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika: 1) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh; 2) Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan 3) Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. 2. Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam asset tetap. 1) Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan kepos asset tetap yang bersangkutan jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 2) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan 3) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan; 3. Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke asset tetap yang bersangkutan (peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; asset tetap lainnya) setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya. IV. PENGUKURAN 1. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. 2. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi: 1) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi; 2) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan kekonstruksi tersebut; dan 3) biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang bersangkutan. 3. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan konstruksi antara lain meliputi: 1) biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; 2) biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi; 3) biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan kelokasi pelaksanaan konstruksi; 4) biaya penyewaan sarana dan peralatan; 5) biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan konstruksi. 4. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan kekegiatan konstruksi pada umumnya dan dapat dialokasikan kekonstruksi tertentu meliputi: 1) asuransi; 2) biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; 2

3) biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi. 5. Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik yang sama. Metodealokasi biaya yang digunakan adalah metode ratarata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung. 6. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak konstruksi meliputi: 1) termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan; 2) kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar padatanggal pelaporan; 3) pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. 7. Kontraktor meliputi kontraktor utama dan kontraktor lainnya. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatatsebagai penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan. 8. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal. 9. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai konstruksi. 10. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang dibayar dan yang masih harus dibayar pada periode yang bersangkutan. 11. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi. 12. Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi. 13. Pemberhentian sementara pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi karena beberapa hal seperti kondisi force majeur atau adanya campur tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika pemberhentian tersebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga pada periode yang bersangkutan. 14. Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan. 15. Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang masing-masing dapat diidentifikasi. Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu 3

yang berlainan maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi sebagai biaya pinjaman. V. PENGUNGKAPAN 1. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi: 1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya; 2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya; 3) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar; 4) Uang muka kerja yang diberikan; 5) Retensi. PENYAJIAN 1. Konstruksi Dalam Pengerjaan disajikan sebagai bagian dari asset tetap. Berikut adalah contoh penyajian Konstruksi Dalam Pengerjaan dalam Neraca Pemerintah Daerah. 4

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) Uraian 20X1 20X0 ASET ASET LANCAR ASET TETAP Tanah xxx xxx Pe ralatan dan Me sin xxx xxx Ge dung dan Bangunan xxx xxx Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx Ase t Te tap Lainnya xxx xxx Konstruksi dalam Pe nge rjaan xxx xxx Akumulasi Pe nyusutan (xxx) (xxx) Jumlah Aset Tetap xxx xxx DANA CADANGAN ASET LAINNYA KEW AJIBAN EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR EKUITAS DANA INVESTASI Diinve stasikan dalam Inve stasi Jangka Panjang xxx xxx Diinve stasikan dalam Ase t Te tap xxx xxx Diinve stasikan dalam Ase t Lainnya xxx xxx Dana yang Harus Dise diakan untuk Pe mbayaran Utang (xxx) (xxx) Jumlah Ekuitas Dana Investasi xxx xxx EKUITAS DANA CADANGAN Diinve stasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx Jumlah Ekuitas Dana Cadangan xxx xxx JUM LAH EKUITAS DANA xxx xxx JUM LAH KEW AJIBAN DAN EKUITAS DANA xxxx xxxx BUPATI BUNGO, dto H. SUDIRMAN ZAINI 5