STATUS GIZI TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 12 PURWODADI Musyafak 1, Sutiyono 2 Staff pengajar DIII Keperawatan STIKES An Nur Purwodadi mstiono@gmail.com Abstrak Latar Belakang : Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah. Gizi kurang dapat mengganggu motivasi anak, kemampuannya untuk berkonsentrasi, dan kesanggupannya untuk hal belajar. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah. Sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula, sebaliknya jika seseorang memiliki status gizi kurang atau lebih akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran disekolah Tujuan : Mengetahui hubungan status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada siswa kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi. Metode Penelitian : Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V sebanyak 84 siswa. Selanjutnya masing-masing siswa di ukur tinggi badan dan meningmbang berat badan, untuk mengetahui IMT nya. Masing-masing siswa di beri kuesioner yang berisi tentang tes kemapanan emosi yang di isi siswa sesuai dengan sikap emosinya. Hasil : Dari 84 responden di dapatkan hasil sebanyak 75 responden (89.3%) berumur 11 tahun, sedangkan yang berumur 10 tahun sebanyak 9 responden (10.7%). Terdapat siswa laki-laki sebanyak 39 orang (46.4%), siswa perempuan sebanyak 45 orang (53.6%). Terdapat 30 orang (35.7%) siswa dengan status gizi sangat kurus, sebanyak 16 orang (19.0%) siswa dengan status gizi kurus, sebanyak 25 orang (29.8%) siswa dengan status gizi normal, sebanyak 5 orang (6.0%) siswa dengan status gizi gemuk, sebanyak 8 orang (9.5%) siswa dengan status gizi obesitas. Untuk status gizi gemuk dengan emosi mapan terdapat 3 siswa dan 2 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi kurus terdapat 13 siswa dengan emosi mapan dan 3 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi obesitas terdapat 4 siswa dengan emosi mapan dan 4 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi sangat kurus terdapat 22 siswa dengan emosi mapan dan 8 siswa dengan emosi tidak mapan. Untuk status gizi normal, terdapat 18 siswa dengan emosi mapan dan 7 siswa dengan emosi tidak mapan. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kecerdasan emosional (kemapanan emosi). Kata kunci : Status Gizi, Kecerdasan Emosional (Kemapanan Emosi) PENDAHULUAN Prevalensi status gizi balita <-2 SD berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) DI Provinsi Bali sebesar 11.4% sedangkan DIY sebesar 10.0%. Dibandingkan dengan angka Nasional sebesar 33.6%. Tahun 2009, di provinsi Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta 27 kasus. Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76.178 21
menjadi 50.106 dan kemudian turun lagi menjadi 39.080 di tahun 2007, akan tetapi pada tahun 2008 dan 2009 cenderung meningkat yaitu 41.290 menjadi 56.941. Yang menarik, terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Keempat provinsi tersebur selama 5 tahun berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan kasus gizi buruk tertinggi. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan unruk menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya penanggulangan gizi buruk (Akhmadi, 2009). Anak balita gizi buruk jika tidak segera mendapat penanganan yang serius akan memberikan dampak yang cukup fatal. Hasil penelitian pada awal usia 6-9 tahun yang sewaktu balita menderita gizi buruk memiliki rata-rata IQ yang lebih rendah 13,7 poin dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan gizi (Sihad dkk, 2010). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil belajar. Indikator dari prestasi belajar ditentukan berdasarkan tiga hal, yaitu berubahnya kompetensi kognitif, afektif, psikomotorik pada anak didik. Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir dan tingkat kemampuan berfikir anak didik. Sedangkan aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek afektif terlihat pada kedisiplinan, kepatuhan, aspek afektif berkaitan dengan kecerdasan emosional. Aspek psikomotorik adalah segala sesuatu yang berkaiatan dengan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. (Khomsan, 2008). Kecerdasan afektif seseorang erat kaiatannya dengan status gizi seseorang. Gizi kurang dapat mengganggu motivasi anak, kemampuannya untuk berkonsentrasi, dan kesanggupannya untuk hal belajar. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah. Sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula, sebaliknya jika seseorang memiliki status gizi kurang atau lebih akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran disekolah (Hardiansyah, 2007). Berdasarkan penelitian wijayanto (2008), di dapatkan bukti adanya hubungan secara bermakna antara status gizi (IMT) terhadap hasil prestasi belajar 22
siswa, bila keadaan ini digabungkan hasil skor kecerdasan emosional tidak didapatkan bukti adanya hubungan secara bermakna antara kecerdasan emosional (EQ) terhadap hasil prestasi belajar siswa, walaupun sudah digabungkan dengan kategori status gizi (IMT). Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misal berat badan yang kurang anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 2010). Menurut Sediaoetama (2010), anak sekolah atau masa kanak-kanak pertengahan merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibandingkan balita atau anak usia prasekolah, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik dari pada kelompok balita (Moehji, 2010). Di Kabupaten Grobogan data akhir tahun yang menyatakan balita dengan BGM pada tahun 2007 (2,14), tahun 2008 (2,5%) dan pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat tajam menjadi 1,7% sedangkan pada tahun 2010 mulai dari bulan Januari sampai Juli 2010 mengalami peningkatan menjadi 2,9% (Dinkes Grobogan, 2010). Pada usia 7 tahun, seorang anak memasuki tahap operasional konkret, karena pada saat ini anak sudah mulai dapat berpikir lebih logis daripada tahap sebelumnya (praoperasional) sehingga telah dapat menggunakan logika untuk memecahkan masalah secara konkret (Papalia et al., 2008). Pada usia 10 tahun, berat otak anak sudah mencapai 95% berat otak dewasa (Soetjiningsih, 2010). METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu menggunakan metode sampling purposive, dimana sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan 23
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui. Untuk Ciri-ciri pada sampel ini yaitu siswa SD Negeri 12 Purwodadi kelas V yang masuk pada saat penelitian dilakukan. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari variabel terikat. Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang terlebih dahulu diberikan pengarahan oleh peneliti. Pengujian reabilitas interval menggunakan rumus alpha cronbach. Uji korelasi menggunakan Spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 1. Distribusi frekuensi Umur (Tahun) responden berdasarkan umur siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Frekuensi (n) Presentase (%) 10 9 10.7 11 75 89.3 Total 48 100 Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berumur 11 tahun yaitu sebanyak 75 responden (89.3%), sedangkan yang berumur 10 tahun sebanyak 9 responden (10.7%). b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%) 24 Laki-laki 39 46.4 Perempuan 45 53.6 Total 84 100 Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 45 responden (53.6%), sedangkan laki-laki sebanyak 39 responden (46.4%). c. Karakteristik responden berdasarkan status gizi Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Status Gizi Frekuensi (n) Presentase (%) Sangat Kurus 30 35.7 Kurus Normal Gemuk Obesitas 16 25 5 8 19.0 29.8 6.0 9.5 Total 84 100 Tabel 3. menunjukkan bahwa terdapat 5 responden (6,0%) yang mempunyai status gizi gemuk, 16
responden (19,0%) berstatus gizi kurus, 25 responden (29,8%) berstatus gizi normal, 8 responden (9,5%) berstatus gizi obesitas, 30 responden (35,7%) berstatus gizi sangat kurus. d. Karakteristik responden berdasarkan kemapanan emosi Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemapanan emosi siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Kemapanan Emosi Frekuensi (n) Mapan 60 7 Tidak mapan 24 2 Total 84 1 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebanyak 60 responden (71,4%) mempunyai kemapanan emosi yang mapan, sebanyak 24 responden (28.6%) mempunyai kemapanan emosi yang tidak mapan. Tabel 5. Korelasi antara status gizi terhadap kemapanan emosi pada siswa kelas V SD Berdasarkan tabel 5. penelitian di atas, diperoleh status gizi gemuk dengan emosi mapan terdapat 3 siswa dan 2 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi kurus terdapat 13 siswa dengan emosi mapan dan 3 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi obesitas terdapat 4 siswa dengan emosi mapan dan 4 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi sangat kurus terdapat 22 siswa dengan emosi mapan dan 8 siswa dengan emosi tidak mapan. Untuk status gizi normal, terdapat 18 siswa dengan emosi mapan dan 7 siswa dengan emosi tidak mapan. Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap Total 60 24 84 mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). IMT Kategori Emosi Kategori Mapan Tidak Mapan Total Gemuk 3 2 5 Kurus 13 3 16 Obesitas 4 4 8 Sg Kurus 22 8 30 25 Normal 18 7 25
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa anak sekolah yang berumur 9-12 tahun mulai lebih mudah dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2008). a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah 84 siswa dengan siswa laki-laki sebanyak 39 siswa (46.4%) dan siswa perempuan sebanyak 45 siswa (53.6%). Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjenis kelamin perempuan. Hal ini di lihat dari teori yang mengatakan bahwa sejak umur 10-12 tahun kebutuhan energi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Selain itu, anak perempuan yang sudah haid sangatlah memerlukan tambahan protein dan mineral besi (Markum, 2008). b. Karakteristik responden berdasarkan status gizi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah 84 siswa dengan 30 siswa (35.7%) memiliki status gizi yang sangat 26 kurus, 16 siswa (19.0%) memiliki status gizi yang kurus, 25 siswa (29.8%) memiliki status gizi yang normal, 5 siswa (6.0%) memiliki status gizi gemuk, 8 siswa (9.5%) memiliki status gizi obesitas. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berstatus gizi sangat kurus. Hubungan tersebut didukung oleh pendapat Pamularsih (2010), bahwa makanan sangat berkaitan terhadap bagi tubuh terutama untuk anak sekolah yang merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Di samping itu, otak merupakan organ yang dipakai berpikir dan pusat penerimaan
rangsangan dari luar di mana aktivitas ini memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Otak merupakan organ yang membutuhkan sumber bahan bakar glukosa (monosakarida) dan secara proporsional mengkonsumsi energi terbesar dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Otak juga membutuhkan protein, asam lemak esensial, serta berbagai vitamin dan mineral. Zat gizi ini digunakan untuk memperbanyak sel saraf, memperlancar perjalanan saraf (neurotransmitter) dan berbagai aktivitas yang terkait dengan fungsi otak lainnya (Depkes, 2010). c. Karakteristik responden berdasarkan kemapanan emosi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah 84 siswa di antaranya 60 responden (71.4%) mempunyai kemapanan emosi yang mapan, sebanyak 24 responden (28.6%) mempunyai kemapanan emosi yang tidak mapan. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi mempunyai kemapanan emosi yang mapan. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2010), pada siswa kelas VI bahwa sebagian besar mempunyai kecerdasan 27 emosional yang tinggi (60.3%) sebanyak 76 siswa dari 126 siswa yang diteliti. Sedangkan jenis kelamin perempuan mempunyai skor kecerdasan emosional tinggi lebih banyak dibanding laki-laki meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh. Mempunyai kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi setidaktidaknya sama pentingnya dengan mempunyai Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi. Pengkajian demi pengkajian telah menunjukkan bahwa anak usia sekolah dengan ketrampilan emosional, lebih bahagia, lebih percaya diri, dan lebih sukses di sekolah. Yang penting, ketrampilan tersebut menjadi fondasi bagi anakanak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain (Goleman, 2008). d. Analisa Bivariat Temuan dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikan 0,017 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kecerdasan emosional di lihat dari nilai signifikan nya yaitu <0,05. Untuk hubungan antara status gizi dan kemapanan emosi yaitu terdapat status gizi gemuk dengan emosi mapan terdapat 3 siswa dan 2 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi kurus terdapat 13 siswa dengan emosi mapan dan 3 siswa dengan emosi
tidak mapan. Status gizi obesitas terdapat 4 siswa dengan emosi mapan dan 4 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi sangat kurus terdapat 22 siswa dengan emosi mapan dan 8 siswa dengan emosi tidak mapan. Untuk status gizi normal, terdapat 18 siswa dengan emosi mapan dan 7 siswa dengan emosi tidak mapan. Kekuatan korelasi ke dua variabel sangat lemah di karenakan pada saat pengisian kuesioner masingmasing anak tidak di dampingi satu per satu sehingga datanya tidak spesifik Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya memenuhi kriteria dan prosedur penelitian yang sempurna. Keterbatasan penelitian ini adalah : Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional menyebabkan tidak memungkinkannya penarikan kesimpulan mengenai hubungan waktu sebab mendahului akibat, tetapi yang di dapat hanya menunjukkan hubungan antara kedua variabel. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner pengumpulan data dengan instrument kuesioner yang di isi sendiri oleh responden. Alasan memilih instrument ini karena dapat diperoleh data yang banyak dalam waktu yang cepat dan responden tidak terpaksa dan menjawab lebih terbuka. Adapun kelemahan dengan menggunakan kuesioner yaitu adanya kemungkinan responden tidak mengerti maksud pertanyaan dengan jelas dan responden tidak jujur dalam menjawab pertanyaan. Kekurangan ini dapat di minimalisir dengan memberikan penjelasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner sebelum responden mengisi dan peneliti melakukan pengawasan pada saat pengisian kuesioner. Kesulitan dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan status gizi pada subjek penelitian dan terdapat variasi umur. Karakteristik siswa yang berbeda. Terdapat dua kelas dalam penelitian ini sehingga membuat peneliti membutuhkan bantuan dari teman untuk membantu melakukan penelitian ini. Sebelumnya penelitian tersebut sudah pernah dilakukan oleh Setiawati (2010), bedanya dengan penelitian ini yaitu antara variabel independent dan variabel dependent, jika dalam penelitian sebelumnya variabel independent kecerdasan emosional dan variabel dependent status gizi. Terdapat dua variabel 28
dependent yaitu status gizi dan prestasi belajar. Pada penelitian sebelumnya terdapat prestasi belajar, tetapi pada penelitian ini tidak dikaitkan dengan prestasi belajar. Pada penelitian sebelumnya dilakukan pada kelas siswa SD kelas VI, pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V. Terdapat perbedaan antara instrument kuesioner yang digunakan. Jika hasil penelitian sebelumnya tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan status gizi dan prestasi belajar, maka pada penelitian ini hasilnya yaitu ada hubungan antara status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada siswa kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah 84 siswa dengan 30 siswa (35.7%) memiliki status gizi yang sangat kurus, 16 siswa (19.0%) memiliki status gizi yang kurus, 25 siswa (29.8%) memiliki status gizi yang normal, 5 siswa (6.0%) memiliki status gizi gemuk, 8 siswa (9.5%) memiliki status gizi obesitas. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa 29 kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berstatus gizi sangat kurus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah 84 siswa di antaranya 60 responden (71.4%) mempunyai kemapanan emosi yang mapan, sebanyak 24 responden (28.6%) mempunyai kemapanan emosi yang tidak mapan. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi mempunyai kemapanan emosi yang mapan. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada siswa kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi di lihat dari nilai pv (0,017) < sig 0.05, dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna. Hasil penelitian ini ada beberapa saran 1. Bagi Instansi Pendidikan Pada institusi pendidikan agar dapat mengetahui status gizi pada anak didik karena ststus gizi sangatlah penting untuk mengetahui pertumbuhan anak. Selain itu status gizi juga sangat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar anak. Memperbanyak daftar pustaka untuk referensi dalam pembelajaran. 2. Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan literatur selanjutnya mengenai hubungan status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada anak kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dengan desain, dan populasi yang sama, akan tetapi dengan variabel yang berbeda atau bisa dilakukan penelitian kualitatif untuk melihat hubungan status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada anak kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi. Karena dalam penelitian ini pada saat pengisian kuesioner masing-masing siswa tidak di dampingi satu persatu, maka di sarankan untuk peneliti selanjutnya pada saat pengisian kuesioner setiap siswa harus di dampingi, lebih bagus lagi jika masing-masing siswa di tanya satu per satu tentang sikap emosinya sesuai dengan pertanyaan yang ada di kuesioner agar hasilnya tidak rancu. REFERENSI (WHO) World Health Organization. 2012. Energy and Protein Requirements. Geneva : FAO/WHO/UNU. Abu Ahmadi, 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Akhmadi, E. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Almatsier, S. 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Baliwati. 2008. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Muria. Cooper, S. 2007. Psikologi Umum. Pasuruan: Garoeda. Daniel Goleman, 2007. Emotional Inteligence, Terj. T. Hemaya, Jakarta: Gramedia. Depkes RI. 2009. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta. Dinkes Grob, 2010. Data Akhir Tahun Balita dengan BGM. Dio, 2008. Pokok-pokok Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. Donna. L. Wong, 2009. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 30
Goleman, Daniel. (2008) Kecerdasar Emosional: Mengapa El lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hardiansyah, 2007. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Harmoko, 2007. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Mizan Media Utama. Hidayat, 2008. Tumbuh Kembang pada Anak. Jakarta: Rineka Cipta. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Howes, H. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Irianto, A. 2008. Standar Klasifikasi Status Gizi. Jakarta. John Gottman, Ph.D. dan Jean Declaire, 2008. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia. Judiono, 2008. Pangan dan Gizi. Jakarta: Widya Karya Nasional. Khomsan, 2008. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Kompas, 2012. Zat Gizi pada Perkembangan Otak Anak. Luthfi, 2008. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta. Markum, 2008. Pemberian Makan pada Anak. Jakarta: Erlangga. Moehji, S. 2010. Ilmu Gizi Cet 9. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhayati, s. 2008. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nurhayati, S. 2008. Perkembangan Anak Jilid I Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam, P.S. (2010) Pendekatan Praktis Metodologi Riset. Jakarta: CV: CV Sagung Seto. Prasetyono, 2010. Tes IQ dan EQ Plus. Jogjakarta: Buku Biru. Rahmah, 2010. Konsep Dasar Ilmu Gizi. Dibuka pada website http://www.lusa.web.id pada tanggal 16 November 2013. Riwidikdo, 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Santoso, 2008. Keshatan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Saryono, (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan : penuntun praktis bagi pemula. 31
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Sediaoetama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Anak Jilid 4. Jakarta: Dian Rakyat. Segal, Jeane. (2010). Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Misan Media Utama. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sihad, 2010. Ilmu Gizi pada Balita. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Soekirman. 2008. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA, cv. Suhardjo dan Clara M.K. 2009. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sunita, A, 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Supariasa, I.D.N. 2010. Penilaian Status Gizi. Cet. 1. Jakarta: EGC. Syamsu Yusuf LN, 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya. Widodo, 2009. Keamanan Pangan. Jakarta: Kanisius. Wordpress, 2010. Klasifikasi Status Gizi. Jakarta. Wulandari, M. 2010. Status Gizi dan Aktivitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak. Institut Pertanian Bogor. 32