VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

VI. RENCANA STRATEGI PENGUATAN LEMBAGA KEAGAMAAN

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN I. PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

Komitmen itu diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Transkripsi:

92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang dimiliki masyarakat yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, yang berkembang dari waktu ke waktu dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya (Sumardjo dan Saharuddin, 2006) Dalam rangka penguatan kinerja UAB Tirta Kencana di Kampung Jetisharjo, berdasarkan hasil wawancara dengan anggota dan diskusi dengan masyarakat maupun dengan tokoh masyarakat serta dari hasil pengamatan, dapat diidentifikasi potensi-potensi yang dapat digunakan, antara lain: 1. Berdasarkan natural capital yang dimiliki Kampung Jetisharjo yaitu adanya sumber mata air dengan debit 9,8 ltr/dtk, masih dapat dioptimalkan untuk memberikan pelayanan dengan cakupan yang lebih luas lagi. 2. Jika dilihat dari human capital yang ada di Kampung Jetisharjo, terlihat adanya kemauan masyarakat dalam meningkatkan peransertanya. Adanya keiinginan baik dari masyarakat, tokoh masyarakat untuk mendukung pelayanan air. Adanya sumberdaya manusia yang cukup banyak di wilayah ini, ditunjukkan dengan tingkat kepadatan penduduk yang termasuk kategori padat, dapat memberikan kontribusi pada kesinambungan UAB Tirta Kencana dengan cara mengoptimalkan sumber mata air yang ada untuk memperluas cakupan pelayanannya. 3. Berdasarkan social capital terlihat adanya faktor sosial budaya dengan kegotongroyongan, ini nampak pada saat kegiatan memperbaiki sumber air yang rusak karena bencana alam/banjir. 4. Adanya kelembagaan sosial masyarakat seperti forum RT, PKK, majelis ta lim dapat digunakan sebagai penghubung antara pengurus dengan anggota atau pelanggan.

93 Potensi-potensi tersebut di atas selama ini belum dimanfaatkan dalam kegiatan UAB Tirta Kencana, disebabkan belum adanya wadah yang dijadikan sebagai sarana komunikasi dan koordinasi dari pengurus dengan anggota atau pelanggan, berakibat kinerja UAB TK belum optimal dalam memberikan pelayanan sehingga kurang mendapat dukungan dari masyarakat dan tokoh masyarakat. 8.1.2. Identifikasi Masalah Masalah adalah kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi yang ideal bisa berupa kondisi yang diharapkan atau yang diidamkan atau dicita-citakan, tetapi bisa juga sesuatu yang sebenarnya bisa dicapai, tetapi karena sesuatu hal ternyata belum diwujudkan (Sumardjo & Saharudin, 2006). Dalam memperkuat kapasitas lembaga pengelolaan air untuk memberdayakan masyarakat miskin sebagai anggotanya, maka diperlukan identifikasi permasalahan berkaitan dengan perlunya penguatan kapasitas lembaga tersebut. Adapun langkah-langkah kegiatannya berupa diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama masyarakat, dilanjutkan perumusan masalah dan kebutuhan anggota masyarakat lembaga pelayanan air. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pengurus, anggota dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan anggota dan pengurus lembaga pengelolaan air telah teridentifikasi permasalahan-permasalahan yang dapat dikatagorikan sebagai brikut: Permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan atau organisasi antara lain: 1. Rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan air, yang disebabkan rendahnya kemauan pengurus dalam mengoptimalkan kinerja lembaga. 2 Adanya kenaikan jumlah anggota yang menunggak pembayaran iuran bulanan, disebabkan oleh aturan yang ada saat ini kurang melembaga dan sangsi yang lemah. 3. Belum diperhitungkannya biaya perawatan/perbaikan sarana prasarana yang disebabkan oleh karena ketergantungan terhadap pihak lain.

94 4. Belum adanya forum komunikasi yang memadai untuk menampung aspirasi anggota menyebabkan rendahnya partisipasi anggota dalam mengembangkan dan keberlangsungan lembaga. 5. Minimnya aturan yang ada berakibat pada pola kerja pengurus terlihat kurang motivasi, dan kurangnya sosialisasi berdampak pada anggota kurang memahami aturan yang berlaku. Permasalah yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat miskin sebagai anggota meliputi: 1. Rendahnya pengetahuan berorganisasi anggota. 2. Rendahnya pendapatan anggota, disebabkan oleh pekerjaan anggota pada umumnya disektor informal yang tidak memerlukan syarat pendidikan formal. 3. Rendahnya partisipasi anggota, disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara pengurus dengan anggota. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dirasakan oleh lembaga pengelola usaha air yang kompleks meliputi kapasitas anggota dan lembaga dengan aspek ekonomi, dan sosial yang saling berkaitan. Dari aspek ekonomi berkaitan dengan modal untuk meningkatkan pelayanan pada seluruh warga masyarakat. Sedangkan aspek sosial yaitu terbatasnya akses terhadap lembaga sosial kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan pelayanan. Sehingga tujuan dari lembaga sebagai pengelolaan air untuk meningkatkan kesejahteraan belum bisa terpenuhi sesuai harapan masyarakat miskin sebagai anggotanya. Berdasarkan hasil pertemuan dengan anggota/pelanggan telah teridentifikasi analisis permasalahan yang ada, seperti tercantum dalam gambar berikut.

95 Gambar 4. Analisis Masalah Penguatan Kelembagaan UAB Tirta Kencana Tidak berlangsungnya Kelembagaan Pengelolaan Air UAB tirta Kencana Belum diperhitungkan biaya perawatan sarana dan prasarana untuk keberlanjutan usaha air bersih Kurangnya kepedulian anggt thdp pengelolaan usaha air bersih Pelayanan kpd anggota kurang optimal Pengurus tidak memiliki acuan dl menjlkn kegiatn & anggt krang paham pd aturan yg ada A K I B A T Lemahnya Pengelolaan UAB Tirta Kencana Terbatasnya sistem dalam menunjang pengelolaan dan modal usaha yang diharapkan Rendahnya pengtahuan, kemampuan pengrs & rendahnya partisipasi anggota dlm berorganisasi Belum ada perencn program,monitoring dan evaluasi pada pengelolaan usaha Minimnya aturan yg ada dan kurang disosialisasikn pada anggota S E B A B Dari gambar 4 di atas terlihat permasalahan yang ada yaitu lemahnya pengelolaan UAB Tirta Kencana tersebut berhubungan dengan pengetahuan, pengurus dan anggota dalam pengelolaan usaha termasuk dalam memperhitungkan perawatan atau perbaikan sarana prasarana. Rendahnya pemahaman, kurangnya komunikasi dan belum adanya perencanaan program pengurus terhadap lembaga berakibat anggota tidak aktif mengikuti, atau kurangnya sosialisasi terhadap kegiatan-kegiatan apa yang sudah maupun yang akan dilakukan pengurus, hal ini dibuktikan dengan tidak tahunya anggota pada kegiatan lembaga yang telah dicapai. Dari analisis lemahnya manajemen lembaga yang disebabkan lemahnya pengetahuan pengurus dalam pengelolaan usaha, juga dipengaruhi oleh kesadaran anggota dalam berpartisipasi terhadap proses pengelolaan, perencanaan program

96 dan kegiatan evaluasi. Disamping itu terbatasnya sistem dalam menunjang pengelolaan modal usaha yang diharapkan. Norma atau aturan yang ada dan kurangnya sosialisasi berakibat pada kurangnya ketaatan anggota terhadap norma atau aturan yang berlaku. Penguatan kapasitas lembaga diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapai melalui forum antar pengurus, pengurus dengan anggota, dan kerjasama dengan berbagai pihak seperti unsur pemerintah, masyarakat dan lembaga sejenis yang telah berkembang dalam menggalang dukungan dan fasilitasi. Dari analisis permasalahan di atas, selanjutnya disusun analisis tujuan, yang dimaksudkan untuk merancang tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh pengurus dan anggota dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Adapun usaha yang dapat dilakukan yaitu: 1. Penguatan human capital, dengan: a) meningkatkan kualitas pengetahuan, ketrampilan pengurus dan anggota dalam hal: pelatihan manajemen organisasi, ketrampilan usaha, perencanaan partisipatif; b) meningkatkan partisipasi anggota melalui penyuluhan tentang organisasi; c) melakukan studi banding ke lembaga sejenis yang telah maju. 2. Penguatan social capital, dengan: a) memperkuat ikatan antar pengurus dan anggota dengan membentuk pertemuan (forum) komunikasi bulanan, b) mendorong partisipasi aktif seluruh anggota, c) membentuk forum komunikasi, d) membuat aturan secara partisipatif. 3. Membuka jaringan kerjasama untuk keberlanjutan dan kemandirian organsasi antara lain: a) menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, b) menjajaki pembentukan koperasi. Berdasarkan usaha-usaha tersebut di atas, hasil yang diharapkan terhadap organisasi pengelolaan air seperti berikut : 1. Aspek human capital, a) meningkatnya kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan anggota dalam mengelola usaha; b) meningkatnya kepedulian anggota terhadap keberlangsungan dan kemandirian organisasi. 2. Aspek social capital, meningkatnya kebersamaan, gotong royong melalui

97 norma atau aturan yang telah disepakati; b)meningkatnya parisipasi anggota dalam mendukung keberlanjutan dan kemandirian organisasi, c) meningkatnya kesadaran seluruh anggota akan manfaaat adanya organisasi pengelolaan air. 3. Terwujudnya jaringan kerjasama dengan lembaga sejenis, dukungan dari lambaga pemerintah berupa informasi, fasilitasi, bantuan pelatihan. Agar alternatif kegiatan di atas dijalankan, perlu adanya peran dari seluruh masyarakat, dan peran dari tokoh masyarakat baik formal maupun informal. Untuk maksud tersebut maka disusunlah pihak terkait dalam penguatan kelembagaan UAB Tirta Kencana yang dapat dilihat pada tabel 10 dibawah.

98 Tabel 10 Matrik Pihak Terkait Dalam Penguatan Kelembagaan UAB Tirta Kencana No Stakeholder Kekuatan Keterbatasan Peran 1. Anggota UAB Pelaku Tirta Kencana Memiliki kemauan untuk ikut mengembangkan lembaga dengan adanya kenaikan iuran/retribusi Memiliki kepercayaan kepada pengurus Memiliki kegotong royongan Rendahnya pengetahuan tentang usaha air bersih Rendahnya pendapatan 2. Pengurus UAB Tirta Kencana Adanya kepercayaan dari anggota Ditaati oleh anggota Adanya motivasi untuk mengembangkan lembaga Belum optimal dalam mengelola lembaga Pelaksana 3. Pemerintah Kota Memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan Terbatasnya anggaran Fasilitasi Dukungan Informasi Program 4. 5. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kelurahan Memiliki kewenangan dan program Pelatihan teknis Pelatihan manajemen Informasi program Pembangunan sarana prasarana Memiliki kewenangan dan informasi terkait dengan program pembangunan Harus melalui birokrasi Terbatasnya anggaran Fasilitasi Dukungan Informasi Program Fasilitasi Dukungan Informasi Program 6. Lembaga sejenis yang telah berkembang Telah memiliki ketrampilan, teknis dan manajemen Kerjasama saling menguntung kan atau kolaborasi 8.2. Program Penguatan Kelembagaan UAB Tirta Kencana Salah satu tantangan pembangunan yang strategis dalam rangka mengatasi ketidakberdayaan masyarakat adalah melalui peningkatan kapasitas masyarakat. Hal ini dalam kasus UAB Tirta Kencana didasarkan pada fakta adanya keterbatasan akses masyarakat terhadap berbagai sumber penghidupan. Untuk menumbuhkan keberdayaan harus bersandar pada aspirasi dan partisipasi masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan secara baik.

99 Berdasarkan kondisi yang ada partisipasi masayarakat dalam pelaksanaan pembangunan menjadi penting, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama atau subyek dalam pembangunan. Pembangunan merupakan usaha yang berkelanjutan untuk mencapai kehidupan lebih baik bagi seluruh masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat mengembangkan kapasitasnya, hak terhadap kesempatan dalam mencapai kehidupan yang lebih layak. Atas dasar tersebut maka seluruh elemen dalam masyarakat merupakan bagian penting untuk diberdayakan menuju suatu tingkat perkembangan yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri. Pendekatan komunitas (community based development) terutama memberi penekanan pada upaya mendorong partisipasi warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan (Purnaningsih, 2007). Agar warga masyarakat dapat berpartisipasi mereka harus memiliki kemampuan, selain itu pemerintah daerah juga harus menciptakan iklim yang menunjang partisipasi warga. Setiap program pengembangan masyarakat yang dilakukan di suatu komunitas harus merupakan keputusan bersama masyarakat dan didukung oleh kebijakan pemerintah lokalnya. Disamping menggunakan pendekatan komunitas, pemberdayaan juga dapat dilakukan dengan melalui pendekatan kelembagaan. Melalui kelembagaan proses pemberdayaan dapat diwujudkan dan semakin efektif dalam menentukan kebutuhan sosialnya(purnaningsih, 2007). Dalam kontek ini komunitas yang dimaksud adalah masyarakat Jetisharjo, sebagai komunitas yang tinggal dalam satu lokasi yang sama dengan eksistensi yang jelas dan yang mempunyai karakteristik yang sama, meskipun tidak tinggal dalam lokasi yang sama mereka berintegrasi pada suatu waktu tertentu. Dalam program pemberdayaan masyarakat selain menggunakan pendekatan komunitas juga menggunakan pendekatan kelembagaan, sehingga kedua pendekatan tersebut perlu ditempuh dalam kontek penguatan kelembagaan UAB Tirta Kencana. Menurut Soetarto (dalam Syahwie dkk., 2004) mengemukakan pendekatan kelembagaan perlu dilakukan melalui antara lain: 1. Pendekatan atas dasar tujuan yaitu suatu pendekatan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan serta perumusan ulang suatu tujuan baik secara

100 spesifik ataupun umum. 2. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan yang menekankan pada tumbuh dan berkembangnya suatu proses yang melibatkan sebagian besar warga atau melalui sistem perwakilan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek kerjasama dan berkembangnya integrasi masyarakat dan kemampuan untuk berfungsi sebagai satu kesatuan unuk menanggulangi permasalahan secara bersama. Kedua pendekatan di atas menunjukkan adanya proses input dan output diharapkan adanya upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan, sehingga lembaga yang ada dapat berfungsi secara optimal. Pemberdayaan masyarakat harus dapat dilihat sejauh mana lembaga dapat melakukan interaksi yang sinergis (jaringan) dalam memenuhi kebutuhan sosial dan penanganan masalah sosial warga masyarakatnya. Kinerja lembaga juga berpengaruh pada berbagai upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui penguatan kapasiatas kelembagaan masyarakat. Hasil evaluasi program pengembangan masyarakat kampung Jetisharjo, untuk penguatan kelembagaan pengelolaan air untuk keberlanjutan pelayanan air bersih, penulis mencoba mengajak pengurus dan anggota untuk mencari sebab akibat mengapa kelembagaan pengelolaan air belum optimal kinerjanya dan memikirkan bagaimana alternatif pemecahannya serta membuat rancangan program atau kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja lembaga. Sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat, kegiatan tersebut diarahkan langsung pada akar persoalan, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dengan mengutamakan partisipasi dari bawah bersama-sama dengan masyarakat mengembangkan kesadaran atas potensi, masalah dan pemecahan masalah sesuai kebutuhan masyarakat, khususnya dalam pengembangan kapasitas secara partisipatif. Langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan program yang akan dibahas lebih lanjut tentang penyusunan program kerja. 8.3. Penyusunan Program Penguatan Kelembagaan 8.3.1. Tujuan Program

101 a. Mendorong peningkatan kualitas, pengetahuan dan ketrampilan pengurus dalam pengelolaan pelayanan air bersih. b. Mendorong peningkatan kesadaran anggota/pelanggan dalam mencapai tujuan lembaga. c. Meningkatkan aktivitas kominikasi, koordinasi antar pengurus maupun dengan anggota. d. Merencanakan kerjasama dan kemitraan untuk mengakses peluang usaha dengan lembaga sejenis. 8.3 2. Sasaran Program adapun sasaran dari program tersebut adalah: a. Anggota dapat memperoleh pelayanan air bersih seperti yang diharapkan. b. Pengurus UAB TK, dengan meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan usaha, sehingga dalam melaksanakan kegiatannya dilakukan secara partisipatif. c. Pemerintah kota, dinas PU, perguruan tinggi, yang dapat dijadikan sumber untuk mendukung dalam pengelolaan Usaha Air Bersih. 8.3.3. Kegiatan-Kegiatan Dalam Penguatan Kelembagaan UAB TK Pelaksanaan penguatan kelembagaan UAB TK diharapkan dapat memberikan penguatan kapasitas internal organisasi melalui penguatan sumberdaya manusia,modal sosial serta mengoptimalkan kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan dengan membuka kerja sama dan kemitraan dengan berbagai lembaga yang memiliki kepedulian atau komitmen terhadap usaha pengelolaan air bersih. Penguatan kelembagaan UAB TK dilaksanakan dengan dukungan dan fasilitasi dari berbagai pihak seperti: dinas PU, Kelurahan, PT maupun swasta sesuai dengan perannya. Program penguatan yang dilakukan antara lain: a. Membantu meningkatkan sumberdaya manusia dengan mendorong meningkatan pengetahuan dan pengelolaan air yang akan berpengaruh pada penguatan manajemen organisasi dalam bentuk pelatihan manajemen, teknis. b. Dukungan dalam membentuk jaringan kerjasama dengan lembaga sejenis dan

102 studi banding pada lembaga sejenis yang telah berkembang untuk dijadikan referensi dalam membuat perencanaan program lembaga. c. Adanya program penyediaan air bersih yang berbasis masyarakat, pihak pemerintah dapat membantu memfasilitasi kegiatan serta mengarahkan program dari instansi terkait untuk mendukung program pengembangan masyarakat. d. Penguatan modal sosial, dengan meningkatkan kesadaran pentingnya kelembagaan akan berpengaruh terhadap peran aktif anggota pada pertemuan bulanan sebagai wadah untuk membangun keterikatan antar anggota dengan melembagakan tindakan dan kerjasama yang diatur dalam aturan-aturan yang telah disepakati. Rancangan penguatan kelembagaan pengelolaannya dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan melalui pertemuan bulanan dengan waktu yang disepakati bersama, mengundang seluruh anggota, tokoh masyarakat. Pertemuan diadakan membahas masalah kaitannya dengan program pada Tahun mendatang. Adapun rancangan penguatan kelembagaan pengelolaan air UAB Tirta Kencana dapat diketahui pada gambar 6 berikut.

103 Gambar 6 Rancangan Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air UAB Tirta Kencana Tidak langsung Pemerintah: Dinas PU PDAM PT, Swasta Fasilitas, berupa dukungan (dana, pendampingan, sarana prasarana) dlm upaya pengembangan UAB Tirta Kencana Program Penguatan Kelembagaan Pengelolaan air UAB Tirta Kencana Langsung Lembaga Pengelolaan air UAB Tirta Kencana berupa: A. Penguatan human capital Pelatihan manajemen, kelembagaan Pelatihan teknis B. Penguatan social capital Membuat forum antara pengurus dan anggota Melibatkan anggota dalam perencanaan program dan evaluasi C. Membuka jaringan kerja Kemitraan Dukungan Studi banding Keberlanjutan Kelembagaan Pengelolaan Air UAB Tirta Kencana Optimalnya pengelolaan usaha air bersih Pengetahuan dan ketrampilan usaha semakin baik Pertemuan bulanan anggota dan pengurus Meningkatnya jumlah anggota Meningkatnya kepercayaan pada pengurus Adanya jaringan kerjasama Keterangan : : mempengaruhi Pelaksanaan kegiatan yang telah disusun bersama pengurus dan anggota/ pelanggan untuk menjaga keberlangsungannya, maka perlu disusun strategi dalam penguatan kapasitas UAB Tirta Kencana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Menguatkan kapasitas lembaga UAB Tirta Kencana sebagai organisasi swadaya masyarakat yaitu dengan mengembangkan modal sosial yang dimiliki, seperti membuat jaringan kerjasama dan kemitraan dengan pihak luar, meningkatkan kesadaran untuk saling mempercayai baik pengurus maupun anggota serta semangat kebersamaan.

104 Rancangan penguatan kelembagaan pengelolaan air yang telah disusun dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki. Selanjutnya dengan terjalinnya kerjasama yang kuat antara stakeholders tersebut di atas, lambat laun lembaga akan menguat. Meningkatnya keswadayaan seluruh anggota melalui motivasi dan tumbuhnya kesadaran untuk berperan aktif terhadap pengelolaan usaha akan berpengaruh pada kemandirian lembaga. Tabel 11: PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KAMPUNG JETISHARJO

105

106