BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperbaiki dan menyempurnakan bidang usahanya agar dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masalah-masalah pelik, dimana masalah yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi seperti ini menuntut perusahaan untuk mampu mengelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan keadaan perusahaan. Pertimbangan-pertimbangan yang. dengan melakukan efisiensi modal kerja (Ristanti dkk, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam berbagai hal terutama dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB I PENDAHULUAN. laba. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba. Laba yang dicapai dapat dimaksimalkan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Perusahaan yang ingin bertahan dan sukses, haruslah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. resiko. Modal kerja dipergunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kas dan piutang merupakan pos penting karena merupakan elemen dari asset

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perekonomian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendapatan yang sebesar-besarnya dengan biaya yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan usahanya dan menjalankan aktivitas perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat digolongkan menjadi: (a) peusahaan jasa; (b) perusahaan. pabrik (manufaktur); dan (c) peusahaan dagang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu, peran seorang manajer keuangan sangat dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu

BAB I PENDAHULUAN. maksimal atau mendapatkan laba sebesar besarnya. Ini diperlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitiaan. Setiap perusahaan yang didirikan dalam menjalankan kegiatan usahanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu selangkah lebih maju dari para pesaingnya agar dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mengoptimalisasikan sumber daya yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dari lingkungan, politik, budaya serta bisnis. Griffin dan Ebert dalam Solihin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan tanda-tanda kearah pemulihan, namun hal tersebut mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin ketatnya persaingan negara-negara di dunia berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I. Perkembangan bisnis Real Estate dan Property mengalami perkembangan. yang cukup pesat di Indonesia. Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. apakah perusahaanya mengalami kemajuan atau kemunduran. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan jumlah penduduk, maka volume kebutuhan terhadap Industri Barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, jasa dan perdagangan maupun sektor lain. Setiap. kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal tersebut dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa mendatang. Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel. Besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja

15 yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan tidak efektif dalam operasi perusahaan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover), dan perputaran persediaaan (inventory turnover). Kieso (2002:380) mengemukakan Kas merupakan aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, merupakan standar dari dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya dan dengan ketersediaan kas yang cukup maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula likuiditasnya. Menilai ketersediaan kas dapat dihitung dari perputaran kas. Tingkat perputaran kas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia. Suatu perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kelebihan kas. Sebaliknya apabila jumlah kas relatif kecil

16 berarti perputaran kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam keadaan ilikuid. Aktiva lancar lain yang likuid adalah piutang. Menurut Kieso (2002:386) piutang merupakan klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihakpihak lainnya. Piutang memerlukan waktu yang lebih pendek untuk diubah menjadi kas. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Tingkat perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi kas dan apabila piutang telah menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali dalam operasional perusahaan serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan perusahaan akan mengalami keadaan illikuid. Menurut Kieso (2002:444) Persediaan merupakan pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan diagunkan atau diasumsikan dalam memproduksi barang yang akan dijual. Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kepada konsumen. Semakin tinggi perputaran persediaan barang,

17 maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan. Sebaliknya, semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil tingkat laba yang berarti semakin rendah tingkat likuiditas suatu perusahaan. Tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang sehingga semakin cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang tunai (kas) ataupun piutang. Dana yang diperoleh tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk pembiayaan aktiva lancar perusahaan sehingga akan menunjukkan kondisi yang baik (likuid) bagi perusahaan. Komponen untuk menilai keuangan perusahaan salah satunya adalah rasio likuiditas (liquidity ratios). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid, sedangkan jika perusahaan berada dalam keadaan tidak memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek artinya perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Perusahaan yang tidak dapat mengendalikan tingkat likuiditasnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pihak luar perusahaan (kreditur) dan dapat menurunkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan yang dalam keadaan ilikuid akan menghambat aktivitas operasi dan mengurangi efektivitas perusahaan. Secara umum, semakin tinggi likuiditas, maka semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas (meliputi piutang, surat berharga, persediaan).

18 Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang maksimal, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang maksimal akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Semakin tinggi likuiditas, semakin baik pula posisi perusahaan di mata kreditur sehingga perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyekproyek yang menguntungkan perusahaan. Objek penelitian yang diamati adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara umum, investasi pada jenis perusahan ini dianggap lebih aman daripada jenis investasi lainnya. Perusahaan tersebut sebenarnya merupakan perusahaan yang memiliki peluang bisnis yang cukup baik. Investasi di property masih jadi pilihan utama kebanyakan orang, sebab orang beranggapan bahwa itu adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan uang. Keuntungan berinvestasi yang paling menarik sebenarnya dari investasi di property ini memungkinkan untuk menggunakan uang orang lain untuk mulai berinvestasi. Fenomena yang terjadi misalnya Donald Trump pengusaha property dari Amerika atau Ir.Ciputra dari Indonesia, mereka kaya raya dari bisnis property. Bank juga memiliki property, jika kita perhatikan gedung kantor pusat bertingkat tinggi yang megah, belum lagi puluhan jumlah kantor

19 cabangnya. Penting sekali memahami mengapa property seringkali menjadi pilihan utama orang untuk mengembangkan harta kekayaannya, alasannya bukannya karena property tidak berisiko. Namun dengan berinvestasi ke property, mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hasil return investasi yang besar. Indonesia sesungguhnya memiliki peluang untuk menjadi tempat investasi (relokasi) bagi industri real estate dan property. Hal ini terutama didasari oleh fakta bahwa kekuatan ekonomi Indonesia selama ini sesungguhnya ditopang oleh sisi domestik kita yang memiliki daya beli yang cukup tinggi. Meskipun krisis global mengancam prospek ekonomi kita, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi produk real estate dan property di Indonesia. Real estate dan property yang menjadi objek penelitian ini adalah merupakan salah satu nama klasifikasi saham untuk industri di bursa efek Indonesia. Jenis industri ini dipilih sebagai objek penelitian karena pertumbuhan penjualan produk real estate dan property berubahberubah setiap tahunnya. Jenis industri ini terdiri dari perumahan, tanah, pabrik, dan sebagainya. Berdasarkan data laporan keuangan diperoleh tingkat rasio perusahan real estate dan property yang terdaftar di BEI yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

20 Tabel 1.1 Data Rasio Modal Kerja Perusahaan Real Estate dan Property Rasio 2007 2008 2009 Perputaran Kas 10,42 7,82 7,06 Perputaran Piutang 15,61 15,46 18,76 Perputaran Persediaan 7,85 6,97 7,50 Perputaran Modal Kerja 0,09 0,19 2,83 Rasio Lancar 9,45 3,04 3,78 Berdasarkan uraian diatas, fenomena yang terjadi bahwa perputaran modal kerja perusahaan real estate dan property pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan yang kurang maksimal tetapi rasio lancar pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 9,45 dan mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 3,04. Meskipun ditahun 2008 rasio lancar mengalami penurunan, hal ini berarti perusahaan real estate dan property dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Pada tahun 2009 perputaran modal kerja mengalami kenaikan sebesar 2,83 sedangkan rasio lancar pada tahun tersebut juga mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya dan masih lebih tinggi dari perputaran modal kerja. Meskipun perputaran modal kerja mengalami sedikit kenaikan ditahun 2009, hal ini berarti perusahaan real estate dan property masih dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat membiayai struktur usahannya dengan piutang yang dapat dilihat dari kenaikan perputaran piutang. Kenaikan perputaran piutang disebabkan banyaknya penjualan yang dilakukan perusahaan sehingga

21 perputaran persediaan meningkat. Membaiknya penjualan sektor real estate dan property meskipun dalam persentase yang kecil di pasar domestik, setidaknya sangat dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, tingkat suku bunga perbankan yang relatif rendah. Kedua, tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Ketiga, nilai tukar rupiah yang cukup stabil, terutama terhadap yen dan dolar AS. Dengan meningkatnya volume penjualan ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Beberapa penelitian yang menemukan perusahan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 memberikan rasio lancar (variabel dependen) dengan jumlah yang berbeda setiap tahunnya. Fenomena yang terjadi adalah adakalanya saat perputaran kas, piutang, dan persediaan meningkat, laba yang diperoleh perusahaan justru lebih kecil dari tahun sebelumnya dan perusahaan dengan tingkat perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja yang tinggi belum tentu menghasilkan rasio lancar yang tinggi. Berdasarkan fenomena tersebut, perputaran kas, piutang usaha, persediaan dan modal kerja bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan pihak manajemen dalam menetapkan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Simamora (2007), meneliti pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas pada PT Pertani (Persero) wilayah Sumbagut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap likuiditas perusahaan serta memiliki korelasi atau hubungan yang kuat terhadap likuiditas (rasio lancar).

22 Sianturi (2008), meneliti pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap likuiditas, namun perputaran persediaan tidak memiliki korelasi atau hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio lancar). Sriwimerta (2010), meneliti pengaruh perputaran kas dan piutang terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifika baik secara parsial maupun simultan terhadap likuiditas serta perputaran kas dan piutang tidak memiliki hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio lancar). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang terdahulu. Dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu yang diperoleh, penulis ingin menguji kembali dengan menggabungkan ketiga variabel independen diatas yaitu kas, piutang, dan persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu hanya menggunakan satu atau dua variabel independen, sedangkan pada penelitian ini, terdapat empat variabel independen yaitu perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja dengan variabel dependen adalah likuiditas. Selain itu, penulis juga mengambil objek penelitian yang berbeda yaitu perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh

23 Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan baik secara parsial maupun simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

24 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pihak peneliti, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi mengenai perputara modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan, b. Pihak praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dalam mempertahankan likuiditas perusahaan. c. Pihak peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.