BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan adalah pelajaran matematika. Peran penting dari matematika dapat dilihat dari arah pengembangan kurikulum matematika di sekolah termasuk Sekolah Dasar. Arah serta tujuan pembelajaran disebutkan dalam Permendiknas No.22 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan juga menengah (dalam BNSP, 2006, hlm. 110). Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran matematika dilakukan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dalam tujuan pembelajaran matematika tersebut diuraikan bahwa penguasaan matematika tidak hanya sebatas kemampuan hitungan tetapi juga berupa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sesuai dengan arah dan tujuan kurikulum di Indonesia, National Council of Teacher Mathematic di Amerika (dalam Lidinillah, 2010, hlm 1) menetapkan ada lima keterampilan proses yang harus dikuasai siswa melalui pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah (problem solving); (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) koneksi (connection); (4) komunikasi (communication); serta (5) representasi (representation). Penetapan tersebut menguatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan oleh siswa. 1

2 Standar proses dalam pembelajaran matematika ini tidak terlepas dengan 5 (lima) standar isi yang meliputi bilangan dan operasinya, aljabar, geometri dan pengukuran serta analisis data dan peluang. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran matematika difokuskan agar siswa mampu untuk memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan suatu masalah. Untuk menjadikan siswa terampil dalam memecahkan masalah, hendaknya guru memberikan pengalaman-pengalaman dalam memecahkan masalah. Pengalaman tersebut bisa diberikan dalam bentuk masalah yang dialami siswa sehari-hari. Selain itu guru juga harus bisa memberikan bekal kepada siswa dalam memecahkan suatu masalah. Bekal tersebut adalah konsep-konsep serta keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, khususnya masalah matematika. Namun pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Studies) yang dilakukan setiap empat tahun sekali. TIMSS berkoordinasi dengan IEA (The International Association for the Evaluation oe Educational Achievment), dan indikator yang dinilai yaitu kemampuan pemecahan masalah matemaatika siswa dalam menyelesaikan masalah non rutin. Dimulai pada tahun 1999, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara dengan perolehan rata-rata 403. Kemudian pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara dengan perolehan rata-rata 411. Selanjutnya pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 36 dari 40 negara dengan perolehan rata-rata 397 dan pada tahun 2011 berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan perolehan rata-rata 386. Nilai rata-rata yang ditentukan oleh TIMSS adalah 500, sedangkan apabila dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh selama keikutsertaannya, Indonesia selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata.

3 Kondisi di lapangan menunjukan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. Masalah matematika yang dimaksud adalah yang bersifat non rutin yang dinyatakan dalam bentuk soal cerita. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SD, ketika siswa diberikan soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal cerita, siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang disajikan, cara penyelesaianya yang kurang sistematis dan tidak terdapat strategi/rencana dalam menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaiakan soal cerita tersebut dapat menghambat tujuan-tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan oleh kurikulum nasional dan internasional. Berdasarkan hasil penelitian Keesrufler (dalam Gunardi, 2013, hlm. 2) bahwa : Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dikarenakan: (1) siswa kurang mengenal soal yang dihadapi, mereka tidak membaca soal dengan seksama sehingga tidak menyadari apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, tetapi langsung memulai dengan perhitungan. (2) Siswa tidak merencanakan jalan penyelesaian, mereka tidak memulai dengan apa yang ditanyakan, tidak melihat persamaan-persamaan yang penting atau menghubungkan teori umum atau soal yang dihadapinya. (3) Siswa tidak menyelesaikan soal- soal secara rinci, mereka mengabaikan satuansatuan yang dipakai karena terlalu awal memulai perhitungan. (4) Siswa tidak menilai lagi kebenaran perhitungannya, mereka tidak memeriksa lagi apakah jawaban yang diperolehnya itu betul, realitas, dan sesuai dengan apa yang ditanyakan atau tidak. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan soal pemecahan masalah dan guru terbiasa mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya memperoleh pembelajaran secara pasif dari guru. Siswa tidak mempunyai pengalaman dalam memecahkan masalah matematika serta mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal yang membutuhkan tingkat berpikir yang tinggi. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan berdampak tidak baik bagi siswa. Akibatnya dapat menghambat terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Sanjaya (dalam Lidinillah, 2008) mengemukakan bahwa :

4 Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasi materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Perbedaannya terdapat pada kedudukan pemecahan masalah apakah sebagai konten atau isi pelajaran atau sebagai strategi. Strategi pembelajaran pemecahan masalah bisa dalam hal pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran. Dalam hal ini strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah adalah bagaimana guru menyajikan soal-soal yang harus dipecahlkan. Untuk dapat memecahkan suatu masalah maka diperlukan suatu cara atau langkahlangkah penyelesaian. Ada empat langkah pokok dalam menyelesaikan suatu masalah, yaitu : (1) Memahami masalah, (2) Merencanakan penyelesaian (3) Melaksanakan rencana penyelesaian (4) mengecek kembali. Langkah pertama yaitu memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah yang diberikan dengan benar. Selanjutnya pada langkah kedua yaitu siswa harus mampu menyusun rencana untuk dapat menyelesaikannya, hal ini sangat tergantung pada pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menyusun penyelesaian suatu masalah. Langkah ketiga melaksanakan rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa harus mampu menyelesaikan suatu masalah dengan rencana penyelesaian yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Selanjutnya langkah terakhir yaitu melakukan pengecakan kembali. Penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika di SD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika. Berdasarkan paparan diatas, dapat mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di SD mengenai penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita matematikadi kelas V dengan menggunakan studi ekperimen. Adapun judul penelitian yang akan dilaksanakan adalah Pengaruh Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

5 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah : a. Proses pembelajaran yang masih monoton b. Aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran kurang. Siswa hanya dijejali dengan berbagai pengetahuan tanpa diberi kesempatan untuk menyelidiki sendiri konsep pelajaran yang dipelajari. c. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar yang tidak menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah? b. Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar dengan menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah? c. Bagaimana pengaruh strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar. 2. Mengetahui kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika strategi pembelajaran pemecahan masalah. 3. Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

6 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pembelajaran matematika khusunya di Sekolah Dasar, baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Secara teoretis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan dan penyajian materi dalam pembelajaran matematika. Selain itu juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. 2. Secara praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat : a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pemecahn masalah. b. Bagi Guru Sebagai sumber informasi bagi guru untuk dijadikan bahan pertimbangan dan bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. c. Bagi Pembaca Sebagai masukan bagi para pembaca dan dapat menjadi bahan referensi khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini. d. Bagi siswa Adapun mannfaat yang berguna untuk siswa antara lain melatih siswa menyelesaikan masalah secara sistematis dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikann sooal cerita matemaatika. e. Bagi Sekolah Dasar Manfaat yang didapat dari penelitian ini bagi Sekolah Dasar adalah dapat memberikan sumbangan pikiiran untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan

7 demi keppentingan prestaasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran matematika. f. Bagi PGSD Untuk mengembaangkan fungsi lembaga sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penelitian. E. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan karya ilmiah ini tersusun secara sistematis mulai dari BAB I sampai dengan BAB V, yaitu : 1. BAB I Pendahuluan, memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II Kajian pustaka, Yang berisi kajian dan rangkaian teori dalam skripsi yaitu strategi pemecahan masalah, soal cerita matematika, dan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Disini dijelaskan teori-teori mulai dari pengertian, manfaat, dan kriteria, yang ada kaitannya dengan penjelasan-penjelasan diatas, serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. 3. BAB III Metode penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengenbangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4. BAB IV Pembahasan hasil penelitian, berisi hasil penelitian dan pembahasan berupa pemaparan data, dan pembahasan data. 5. BAB V Kesimpulan dan saran, isinya mengenai kesimpulan dari semua pemaparan hasil penelitian. Selain dari itu, ada rekomendasi yang disampaikan kepada pembaca. Tentu saja, selain dari bagian-bagian diatas ada juga bagian-bagian pelengkap lainnya seperti pengantar, daftar isi, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.