BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I LATAR BELAKANG

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SEMARANG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat 1. DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Ae. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua umur terutama pada anak 2. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD, karena virus penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun di tempat-tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu untuk mencegah penyakit ini diperlukan peran serta masyarakat dalam membasmi jentik / nyamuk penularnya (Ae. aegypti), atau yang lebih dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( PSN-DBD ) 3. Dengan gerakan menguras, menutup, mengubur (3M) dan penyuluhan kepada masyarakat secara terus menerus melalui berbagai media dan adanya anjuran dari petugas kesehatan, kader kesehatan, tokoh masyarakat (tokoh formal maupun tokoh informal) diharapkan 3M menjadi kegiatan yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Namun kenyataannya sampai sekarang di Indonesia upaya pemberantasan DBD belum berhasil secara keseluruhan, sehingga penyakit ini masih endemis di berbagai daerah di Indonesia dan Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita demam berdarah di Jakarta pada tahun 2005 sebanyak 95.279 pasien dengan jumlah pasien yang meninggal sebesar 1.298 orang (CFR=1,36%) sedangkan pada tahun 2006 jumlah pasien mengalami peningkatan menjadi 111.730 orang dan 1

1.152 orang meninggal (CFR=1,03%). Bulan Januari 2007, jumlah pasien sebanyak 8 orang dengan 144 orang meninggal (CFR=1,79%) 4. Kota Tegal adalah salah satu kota dari 31 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah yang merupakan daerah endemis DBD 5. Jumlah kasus DBD di Kota Tegal pada tiga tahun terakhir cenderung turun. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tegal pada tahun 2004 jumlah penderita sebanyak 352 orang dengan kematian 7 orang (CFR=1,98%), tahun 2005 ada sedikit penurunan menjadi 196 penderita dengan jumlah kematian 8 orang (CFR=4,08%) dan pada tahun 2006 terdapat penurunan jumlah penderita demam berdarah sebanyak 64 orang dengan jumlah kematian 8 orang (CFR=2,19%) 6. Standar Nasional untuk penyakit DBD adalah incident rate 2 per 10.000 penduduk, case fatality rate adalah 2% serta ABJ lebih dari 95%. Dengan demikian maka data CFR untuk Kota Tegal diatas standar nasional yaitu 2%. Kota Tegal mempunyai 8 Puskesmas yang tersebar di 4 kecamatan, diantaranya Puskesmas Tegal Barat I. Jumlah penderita demam berdarah di wilayah kerja Puskesmas Tegal Barat I dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dibandingkan dengan puskesmas lainnya. Pada tahun 2004 terdapat 87 penderita dengan kematian 1 orang. Tahun 2005 mengalami penurunan kasus menjadi 28 penderita dengan kematian nol (tidak ada) dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 87 penderita dengan kematian 2 orang. Pada bulan Januari sampai bulan Maret 2007 terdapat 28 penderita dengan kematian nol (tidak ada). Kecenderungan kasus penderita demam berdarah semakin meningkat lagi bila tidak ada pengendalian terhadap populasi nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor Demam Berdarah Dengue 6. Data kasus demam berdarah per kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Barat I pada tahun 2006 meliputi Kelurahan Muarareja jumlah penderita 8 orang (IR=14.5/10.000 penduduk) dengan CFR=0%. Kelurahan Tegalsari jumlah penderita 47 orang (IR=24.4 / 10.000 penduduk) dengan CFR=0% dan Kelurahan Kraton jumlah penderita 32 orang (IR=21.4 / 10.000 penduduk) dan CFR=0%. Dari ketiga kelurahan tersebut maka dapat disimpulkan 2

Kelurahan Tegalsari merupakan kelurahan endemis tinggi dibandingkan dengan kelurahan lainnya 6. Angka Bebas Jentik (ABJ) Kelurahan Tegalsari pada bulan Juni-Juli tahun 2006 sebesar 73,3%, bulan Agustus - September tahun 2006 sebesar 80,58% dan bulan Oktober-November tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 75,91%. Dari data tersebut masih di bawah standar nasional yang diharapkan yaitu > 95% 7. Untuk meningkatkan ABJ di Kelurahan Tegalsari maka diperlukan peningkatan perilaku masyarakat tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue melalui PSN dengan 3M minimal satu minggu sekali secara rutin dan terus menerus karena pengasapan (penyemprotan) hanya bermanfaat untuk membunuh nyamuk dewasa saja dan tidak efektif membunuh jentik. Keaktifan kader dalam melakukan pemantauan jentik berkala yang dilakukan di setiap rumah penduduk juga ikut berperan, karena hasil pemantauan jentik berkala digunakan sebagai indikator untuk mengetahui angka bebas jentik suatu desa / kelurahan. Peran serta kader kesehatan amatlah penting, karena itu kader kesehatan perlu mengetahui secara benar bagaimana menjaga agar rumah dan lingkungannya bebas dari jentik nyamuk demam berdarah. Melalui kegiatannya, kader diharapkan bisa memotivasi atau menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN sehingga kegiatan PSN bisa berjalan lancar. Warga yang belum mengerti tentang penyakit demam berdarah diberikan arahan dan penyuluhan. Kader juga harus aktif dan rutin dalam melakukan kunjungan ke rumah rumah warga dalam rangka pemeriksaan jentik dan pemberian abate pada tempat-tempat yang sulit dikuras / pada daerah yang tempat penampungan airnya banyak terdapat jentik. Untuk itu kader harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit demam berdarah dan praktik kader dalam pemantauan jentik di masyarakat lebih ditingkatkan lagi, sehingga dapat sesuai dengan standar ABJ yaitu >95 %. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu diteliti hubungan 3

pengetahuan dan praktik kader kesehatan dalam pemantauan jentik berkala dengan angka bebas jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan dan Praktik Kader Kesehatan dalam Pemantauan Jentik Berkala dengan Angka Bebas Jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menjelaskan hubungan pengetahuan dan praktik kader kesehatan dalam pemantauan jentik berkala dengan angka bebas jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan kader kesehatan tentang DBD b. Mendiskripsikan praktik kader kesehatan dalam pemantauan jentik berkala c. Mendiskripsikan angka bebas jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal d. Menganalisis hubungan pengetahuan kader kesehatan tentang DBD dengan angka bebas jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal e. Menganalisis hubungan praktik kader kesehatan dalam pemantauan jentik berkala dengan angka bebas jentik di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal. D. Manfaat 1. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan informasi untuk dapat lebih mengoptimalkan programprogram pencegahan / pemberantasan penyakit DBD serta sebagai acuan untuk mengembangkan penyuluhan penyakit kepada penduduk. 4

2. Bagi Puskesmas Sebagai bahan informasi terhadap kinerja kader dalam mengetahui ABJ bagi pengelola program dalam menentukan strategi dan evaluasi pemberantasan penyakit DBD di Kota Tegal. 3. Bagi Kader Kesehatan Memberikan informasi kepada kader kesehatan tentang hubungan pengetahuan dan praktik dalam pemantauan jentik berkala di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal. 4. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue. E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan di dalam lingkup Kesehatan Masyarakat, khususnya bidang pencegahan penyakit DBD. 5

F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Daftar Penelitian yang Hampir Sama No Nama Peneliti 1 Lintang Dian Saraswati 2 Wastim Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan tentang PSN dengan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp Pada Tandon Air di RW. 04 Dusun Gembongan Kelurahan Karangjati Kec. Bergas Kab. SMG Tahun 2006 : FKM UNIMUS 3 Agus Priyanto Judul Penelitian Disain Variabel Penelitian Hubungan cross Variabel bebas : Pengetahuan, Sectional Pengetahuan Sikap dan Praktik anggota Anggota Dasawisma tentang Dasawisma DBD, sikap dengan Angka terhadap PSNDBD Bebas Jentik dengan cara piket dalam bersama dan Pelaksanaan Piket praktik anggota Bersama di Dasawisma dalam Kelurahan pelaksanaan PSN Sarirejo dengan cara piket Kecamatan bersama Semarang Timur Variabel terikat : Kota Semarang Kepadatan vektor Tahun 2003. yang dilihat dari Semarang : FKM ABJ UNDIP Evaluasi Kegiatan PSN Melalui Indikator Ada Tidaknya Jentik Aedes di Desa Endemis dan Bebas DBD di Kabupaten Demak Tahun 2000. Semarang : FKM UNDIP. cross Sectional Cross Sectional Variabel bebas: Pengetahuan dan sikap PSN Variabel terikat: Kepadatan jentik nyamuk pada tandon air Variabel bebas : Ada tidaknya jentik Aedes dengan unit analisis keluarga (KK) Variabel terikat : Kegiatan PSN yang terdiri dari frekuensi PSN dan kualitas PSN. Hasil Ada hubungan antara pengetahuan sikap, dan praktik anggota Dasawisma dengan Angka Bebas Jentik dalam rangka pelaksanaan piket bersama Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap PSN dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes sp Tidak ada hubungan yang bermakna antara evaluasi kegiatan PSN dengan ada tidaknya jentik Aedes di desa endemis dan desa bebas jentik 6

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lintang Dian Saraswati merupakan evaluasi pelaksanaan PSN oleh Dasawisma melalui piket bersama. Sebelumnya di Kelurahan Sarirejo memang sudah melaksanakan piket bersama oleh Dasawisma sebagai cara terbaru dalam pemberantasan sarang nyamuk tetapi karena lupa dan malas melakukan piket, maka piket bersama tersebut tidak berjalan lancar. Dalam penelitiannya piket bersama dilakukan oleh 1 orang dalam 1 Dasawisma dan berhak mendapatkan reward atas kesediaannya melakukan piket. Perbedaaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian yang peneliti lakukan di Kelurahan Tegalsari didasarkan pada besarnya kasus penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh angka bebas jentik yang rendah yaitu < 95%. Dalam hal ini peran kader kesehatan sangat menentukan ABJ disuatu daerah karena kader kesehatan berkewajiban dan berperan melakukan pemeriksaan jentik. Penelitian Wastim meneliti pengetahuan dan sikap kader terhadap PSN dengan keberadaan jentik. Keberadaan jentik pada tandon air dihitung menggunakan nilai house index dan nilai containet index. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menghitung kepadatan jentik menggunakan rumus ABJ (angka bebas jentik) yang berarti apabila nilai angka bebas jentik yang didapat di suatu daerah kurang dari 95% berarti di daerah tersebut kepadatan jentiknya masih padat. Penelitian Agus Priyanto mengevaluasi kegiatan PSN hubungannya dengan ada tidaknya jentik Aedes di desa endemis dan desa bebas DBD untuk dibandingkan (ABJ atau HI dan CI) dengan unit analisis keluarga (KK) sedangkan penelitian yang peneliti lakukan berhubungan dengan pengetahuan dan praktik kader dalam pemantauan jentik berkala (PJB) dengan angka bebas jentik. Dalam hal ini pengetahuan dan praktik kader dalam melaksanakan PJB di masyarakat berhubungan dengan angka bebas jentik. 7