II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti L. Menurut Borror et al., (1996), kedudukan taksonomi Aedes aegypti L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Pohon mahkota dewa.

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Dan Morfologi Nyamuk Culex quinquefasciatus Say

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) : Monocotyledonae. : Pandanus

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: : Spermatophyta. : Dicotyledonae. : Myrtaceae

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

Tanaman Penghalau Kanker

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Tanaman Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl Tanaman yang awalnya ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh tanaman memiliki nama dagang mahkota dewa dan nama daerah simalakama (Sumatera/Melayu) atau makuto dewo (Jawa). Tanaman mahkota dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Spesies : Spermathhophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Mirtales : Thymelaeceae : Phaleria : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl (Winarno, 2003) Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Memiliki nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl. Perdu ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak 6

7 daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Kulit buahnya berwarna merah. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan (Anonim, 2010). Gambar 1. Tanaman Mahkota Dewa Keterangan : 1. Buah mahkota dewa yang telah matang 2. Daun tanaman mahkota dewa 3. Batang tanaman mahkota dewa (Sumber Harmanto, 2001) 2. Insektisida Nabati Insektisida nabati adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan (Kardinan, 2000). Insektisida nabati telah banyak digunakan oleh para petani, misalnya penggunaan tembakau sebagai pestisida telah dilakukan 3 abad yang lalu. Petani Perancis pada tahun 1690 telah menggunakan perasan daun tembakau

8 untuk mengendalikan hama sejenis kepik pada tanaman persik. Pada saat ini, penggunaan pestisida nabati menjadi tumpuan pengendalian hama (Sudarmo, 2005). Jenis tumbuhan yang pernah dimanfaatkan sebagai insektisida pada suatu tempat dengan tempat yang lainnya sangat beragam, sedangkan cara pemanfaatanya umumnya relatif hampir sama. Umumnya terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan penyemprotan cairan perasan tumbuhan, penyebaran/penanaman bagian tumbuhan disudut-sudut tertentu pada lahan pertanaman, pengasapan (pembakaran bagian tanaman yang mengadung bahan insektisida), dan penggunaan bagian tumbuhan untuk pengendalian hama di penyimpanan (Syahputra, 2001). Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan sumber insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan berpotensi sebagai insektisida botani dari penjuru dunia telah banyak dilaporkan. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga (Grainge dan Ahmed, 1988). Negara Indonesia memiliki 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaeae, Ateraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Arnason et al., 1993). Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya lagi famili tumbuhan yang baru.

9 3. Dampak Penggunaan Insektisida Kimia Penggunaan insektisida sintetik oleh sebagian besar petani di Indonesia cenderung pada satu jenis tertentu dan takaran dosisnya berlebih tidak sesuai dengan aturan yang ada, sehingga selain berdampak pada pencemaran lingkungan juga berakibat terjadinya resistensi hama atau penyakit tanaman yang ada (Hadi, 1996). Penyemprotan insektisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami hama maupun mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya ledakan hama atau penyakit tertentu dan juga dipercepat oleh pemusnahan musuh alami oleh insektisida yang sebelumnya menahan spesies-spesies pada tingkat terkendali (Flint dan Bosch, 1990). Penggunaan insektisida sintetik selain memiliki keuntungan kini terbukti pula dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Beberapa kelemahan peggunaan insektisida sintetik diantaranya dapat menyebabkan resistensi hama, ledakan hama sekunder, pencemaran lingkungan, serta bahaya residunya (Khisi et al., 1995). 4. Potensi Tanaman Mahkota Dewa Sebagai Insektisida Nabati Insektisida nabati memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh insektisida kimiawi (Syahputra, 2001). Menurut Arnason et al. (1993) dan Isman et al. (1997), di alam insektisida nabati memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkinkan dapat didegradasi secara alami. Menurut Metcalf (1986), pestisida kimiawi menimbulkan dampak negatif seperti resistensi, resurgensi dan terbunuhnya jasad bukan sasaran.

10 Insektisida nabati bisa menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan insektisida kimiawi. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida, khususnya yang mudah diperoleh dan dapat diramu secara mudah sebagai sediaan insektisida (Scumatterer, 1995). Menurut Winarno (2003) tanaman mahkota dewa mengandung zat aktif antara lain seyawa alkaloid, terpenoid, saponin, resin dan lignan. Kandungan alkaloid yang terkandung dapat menghambat perkembangan nyamuk pada stadium larva. Senyawa yang diduga berfungsi sebagai larvasida adalah saponin, flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri (Campbell dan Sullivan, 1933). 5. Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut (David dkk, 1949). Ada dua jenis ekstraktor yang digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soklet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soklet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut

11 di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon (David dkk, 1949). Keuntungan dari metode soklet adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Sedangkan kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas (Darmasih, 1997). 6. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Nyamuk Culex quinquefasciatus Say. Nyamuk Culex quinauefasciatus Say. dapat menularkan penyakit kaki gajah (filariasis). Hal ini terjadi bila nyamuk Culex menghisap darah pengidap filariasis sehingga larva cacing filariasis masuk dan berkembang biak ditubuhnya. Culex menyukai air yang kotor seperti genangan air, limbah pembuangan mandi, got (selokan) sungai yang penuh sampah dan air tercemar. Nyamuk ini dapat diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Culicidae : Culicinae : Culex : Culex quinauefasciatus Say. (Thangam dan Kathiresan, 1997)

12 7. Siklus Hidup Nyamuk Culex Nyamuk adalah hewan yang bermetamorfosis sempurna. siklus hidup Nyamuk (Gambar 2) melalui empat tahap yang jelas dalam siklus hidupnya: telur, larva, pupa, dan dewasa (Borror et al., 1996). Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Culex quinquefasciatus Say. Keterangan : 1. Telur 2. Larva 3. Pupa 4. Imago atau nyamuk dewasa (Sumber Metcalff, 1985) Telur nyamuk Culex disebarkan secara terpisah atau bertumpuk membentuk seperti rakit melekat satu sama lain lihat pada Gambar 3. Nyamuk Culex dapat bertelur kurang lebih 200 telur dan mengambang di permukaan air, Telur Culex dapat tetap hidup dan bertahan sampai 6 bulan tanpa air. Telur Culex, setelah terkena air akan menetas dalam waktu 2 7 hari menjadi jentik. Pada lingkungan perumahan telur-telur ini akan menempel pada dinding bak air (Rudi, 2010).

13 Gambar 3. Telur Nyamuk Culex Keterangan : 1. Telur nyamuk Culex melekat satu sama lain membentuk menyerupai rakit. (Metcalff, 1985) Larva atau jentik hidup di air dan sesekali muncul ke permukaan untuk bernafas, jentik ini berganti kulit sebanyak 4 kali dan tumbuh menjadi lebih besar setelah berganti kulit. Sebagian besar larva mempunyai pipa siphon untuk bernafas, pada saat mengambang terbalik di permukaan air lihat gambar 4. Pada waktu pergantian kulit ke 4 jentik berubah menjadi pupa (Yahya, 2009).

14 Gambar 4. Larva Nyamuk Culex Keterangan : 1. Siphon sebagai alat pernafasan 2. Dorsal 3. Bulu-bulu trakea 4. Segmen 5. Torak 6. Mulut 7. Kepala 8. Segmen abdomen (Sumber Matsumura, 1985) Pupa adalah tahapan istirahat, pada tahap ini pupa tidak makan tapi tetap terus bergerak, bereaksi terhadap cahaya dan bergerak dengan memutar ekornya ke bawah atau ke area yang aman lihat Gambar 5. Pupa merupakan tahap perubahan akhir jentik menjadi nyamuk dewasa. Tahap ini berlangsung sekitar 2 4 hari. Setelah

15 pertumbuhan pupa sempurna, kulit pupa akan pecah, pupa telah menjadi nyamuk dewasa (Riyadi, 2010). Gambar 5. Pupa nyamuk Culex Keterangan: 1. Antena 2. Kaki 3. Tabung pernapasan (Sumber Matsumura, 1985) Nyamuk dewasa baru sementara masih menetap di permukaan untuk mengeringkan dan menguatkan bagian-bagian tubuhnya. Sayapnya harus mengembang dan kering dengan sempurna agar nyamuk dapat terbang lihat pada Gambar 6. Nyamuk dewasa yang baru ini belum bisa menghisap darah dan kawin selama beberapa hari. Nyamuk dewasa dapat hidup berkisar 10 14 hari, tergantung dari suhu dan spesiesnya. Hanya nyamuk dewasa betina yang menghisap darah dan menularkan penyakit, nyamuk menghisap darah terutama pada saat cuaca teduh (Rudi, 2010).

16 Gambar 6. Nyamuk Culex dewasa Keterangan : 1. Kaki belakang 2. Kepala 3. Palp 4. Palp kecil 5. Belalai 6. Torak 7. Kaki tengah 8. Abdomen 9. Sayap 10. Antena (Sumber Matsumura, 1985) 8. Hipotesis 1. Ekstrak kulit buah mahkota yang paling efektif membunuh larva nyamuk Culex instar III adalah ekstrak kulit buah mahkota dewa dengan konsentrasi 60.000 ppm. 2. Ekstrak kulit buah mahkota dewa dapat membunuh larva nyamuk Culex instar III dalam waktu kurang dari 24 jam.