Nurhasanah Dewi Irwandi1, Agus Susanto2 2 FMIPA Universitas Terbuka ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN TEKNIS PEREKAYASANAAN TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu dirinci dan dicatat ciri khasnya, termasuk tingkat pelayanan dan

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HALTE DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Koridor-koridor Utama Kota Medan)

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

STUDI EFEKTIVITAS TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM DI JALAN AHMAD YANI BANDUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

OPTIMALISASI FUNGSI DALAM DESAIN HALTE

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

KONSEP PENGEMBANGAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI JABODETEBAK. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

atribut MSS MIS Wsi total CSI

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

Suku Dinas perhubungan dan transportasi Kota Administrasi Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk maka semakin banyak kebutuhan masyarakat. mampu menampung arus pergerakan tersebut.

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

EVALUASI FUNGSI HALTE SEBAGAI TEMPAT PERHENTIAN KENDARAAN PENUMPANG UMUM YANG MAKSIMAL (Studi Kasus Rute Depok Sudirman) Nurhasanah Dewi Irwandi1, Agus Susanto2 2 FMIPA Universitas Terbuka Email: nurhasanahd17@yahoo.co.id sugus.susanto@gmail.com ABSTRAK Optimasi penempatan halte bus di suatu kota diusahakan optimal, karena nilai kemanfaatan bagi pengguna supaya maksimal, seperti kelancaran, kenyamanan dan keamanan pengguna. Namun kenyataannya halte tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat umum karena penempatannya yang tidak sesuai. Seperti lokasi yang jauh dari aktifitas umum, sehingga menyebabkan penumpang mencari tempat menunggu yang relatif dekat dengan pusat aktifitasnya. Hal ini menyebabkan sopir bus angkutan menaik turunkan penumpang tidak pada tempat yang semestinya dan sering juga mereka berhenti (ngetem) di halte sehingga halte tersebut menjadi padat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keadaan eksisting dan permasalahan yang terjadi pada halte di sepanjang rute Depok Sudirman, dan menganalisis evaluasi fungsi halte sebagai tempat perhentian kendaraan penumpang umum di sepanjang rute Depok Sudirman, dengan menggunakan pendekatan deskriptif, komparasi dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 271/HK.105/DRJD/96. Hasilnya adalah: (a) jumlah halte tidak mencukupi, (b) penempatan halte tidak sesuai dengan kebutuhan, (c) minimnya fasilitas halte yang dimiliki halte baik fasilitas utama maupun fasilitas tambahan, (d) rusak dan tidak berfungsinya fasilitas di sekitar halte sehingga halte terlihat kumuh dan berdampak pada menurunnya minat penumpang angkutan umum untuk singgah di halte. Kata kunci: pemanfaatan tidak maksimal, penambahan halte 1 Mahasiswa Prodi PWK - UT 2 Staf Pengajar Prodi PWK - UT

PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 271/HK.105/DRJD/96 Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Keberadaan halte yang salah satunya merupakan rangkaian moda sarana dan prasarana pelayanan transportasi tentunya harus mempunyai fungsi yang optimal, dalam arti mempunyai nilai kemanfaatan bagi pengguna yang maksimal, seperti kelancaran, kenyamanan dan keamanan pengguna menjadi prioritas utama dalam perencanaan lokasi dan desain fisiknya. Optimalisasi fungsi halte akan berpengaruh pada pelayanan lalu lintas transportasi yang baik, kelancaran sirkulasi jalan dan angkutan dalam kota, fungsi sekunder pengenalan identitas kota dan sebagainya, yang secara luas akan berdampak pada kemungkinan kota berfungsi secara efektif. Pengaturan prasarana (halte) harus sesuai dengan kebutuhan. Pada kenyataannya, banyak juga tempat perhentian atau halte yang tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat umum karena penempatannya yang tidak sesuai. Seperti misalnya, karena lokasi yang jauh dari aktifitas umum, sehingga menyebabkan penumpang mencari tempat menunggu yang relatif dekat dengan pusat aktifitasnya. Hal ini menyebabkan sopir bus angkutan menaik turunkan penumpang tidak pada tempat yang semestinya dan sering juga mereka berhenti (ngetem) di halte sehingga halte tersebut menjadi padat. Ketersediaan halte di wilayah Sudirman dan Depok sangatlah minim khususnya halte yang tersedia di sepanjang jalan Depok ke arah Sudirman. Jumlah halte yang tidak mencukupi ini juga tidak di dukung oleh sarana dan prasarana halte yang mencukupi, bahkan halte terkesan kumuh dan tidak terawat. Selain itu banyak juga tempat perhentian atau halte yang tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat umum karena penempatannya yang tidak sesuai, seperti karena lokasi yang jauh dari aktifitas umum, sehingga menyebabkan penumpang mencari tempat menunggu yang relatif dekat dengan pusat aktifitasnya, hal ini menyebabkan sopir bus angkutan umum menaik dan menurunkan penumpang tidak pada tempat yang semestinya dan sering juga mereka berhenti (ngetem) di halte sehingga menimbulkan kemacetan. Dari fenomena tersebut, maka kami melakukan Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum, dengtan mengambil kasus pada halte yang ada di Rute Depok Sudirman, dengan maksud inginmengetahui apakah fungsi halte sudah dijalankan

sesuai fungsinya atau belum dan apa kendala yang dihadapi. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi keadaan eksisting dan permasalahan yang terjadi pada halte di sepanjang rute Depok Sudirman, dan (2) menganalisis evaluasi fungsi halte sebagai tempat perhentian kendaraan penumpang umum di sepanjang rute Depok Sudirman, sedangkan sasarannya adalah: (a) mengetahui keadaan eksisting dan permasalahan pada halte di sepanjang rute Depok Sudirman, (b) mengetahui evaluasi fungsi halte sebagai tempat perhentian kendaraan penumpang umum di sepanjang rute Depok Sudirman, (c) mengetahui kesesuaian penempatan halte dibandingkan dengan keadaan eksisting dan Ketentuan Umum Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum di sepanjang rute Depok Sudirman, dan (d) mengetahui ketersediaan fasilitas halte di sepanjang rute Depok Sudirman. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian studi kasus (Yin., 2002), sehingga jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa observasi secara langsung di lapangandan wawancara dengan responden, dan data sekunder berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah. Bahan dan alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat catat volume kendaraan (stop wacth), alat tulis, kuesioner, dan camera Metode pengumpulan data primer Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan secara cermat dan disusun secara sistematik sehingga dapat mengumpulkan data-data yang otentik (trafic counting). Untuk pengumpulan data primer dilakukan observasi secara langsung halte-halte yang berada di rute Depok Sudirman yaitu melalui Jl. Abdul Wahab Pondok Cabe Cirendeu Pasar Jumat Pondok Indah Terogong Fatmawati Senayan GBK Sudirman. Selain itu dengan melalukan wawancara kepada pengguna Halte. Metode pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh dari berbagai macam sumber yaitu melalui jurnal-jurnal proyek, dan buku-buku dan literatur yang mendukung.

PEMBAHASAN Dalam analis data baik primer maupun sekunder dibagi menjadi dua bagian yaitu : Menurut Ketentuan Umum Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat yang dilihat dari hal-hal berikut ini: Persyaratan Umum Perekayasaan Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang umum 1) berada di sepanjang rute angkutan umum/bus; 2) terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan (kaki); 3) diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman; 4) dilengkapi dengan rambu petunjuk; 5) tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas. Jenis Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum 1) Halte 2) Tempat perhentian bus (TPB) Fasilitas Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum Fasilitas utama Halte 1) identitas halte berupa nama dan/ atau nomor 2) rambu petunjuk 3) papan informasi trayek 4) lampu penerangan 5) tempat duduk 6) TPB 7) rambu petunjuk 8) papan informasi trayek 9) identifikasi TPB berupa nama dan/atau nomor Fasilitas tambahan : 1) telepon umum 2) tempat sampah

3) pagar 4) papan iklan/pengumuman Penentuan Jarak Antara Halte dan/atau TPB dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1. Jarak Antara Halte dengan TPB Tempat henti halte beserta fasilitas yang tersedia:. Gambar 1. Tempat berhenti bus dan fasilitas Tata letak halte pada ruas jalan

Gambar 2. Tata letak Halte bus Analisis Berdasarkan Keadaan Eksisting dan Permasalahan yang terjadi dilapangan 1) Keadaan eksisting beserta masalah halte di sepanjang Depok Sudirman Jumlah halte tidak mencukupi 2) Penempatan halte tidak sesuai dengan kebutuhan 3) Minimnya fasilitas halte yang dimiliki halte baik fasilitas utama maupun fasilitas tambahan 4) Rusak dan tidak berfungsinya fasilitas di sekitar halte sehingga halte terlihat kumuh dan berdampak pada menurunnya minat penumpang angkutan umum untuk singgah di halte 5) Hampir sebagian besar halte digunakan sebagai tempat berjualan atau tempat ojek menunggu penumpang (mangkal). 6) Kurangnya peran serta Pemerintah maupun masyarakat dalam menjaga halte dan fasilitas-fasilitas pendukung halte 7) Kurangnya kesadaran penumpang untuk mengoptimalkan fungsi halte sebagaimana mestinya 8) Kurangnya ketertiban pengendara angkutan umum dalam menaik dan menurunkan penumpang pada tempatnya

Upaya pemecahan masalah diatas 1) Menambah jumlah halte di sepanjang jalan Depok Sudirman 2) Mengevaluasi penempatan halte agar sesuai dengan kebutuhan para pengguna 3) Melengkapi fasilitas halte baik berupa fasilitas umum maupun fasilitas tambahan sesuai dengan Ketentuan Umum Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal 4) Memperbaiki fasilitas di sekitar halte sehingga dapat meningkatkan minat para pengguna dalam mengoptimalkan fungsi halte 5) Memberikan sanksi tegas kepada para pedagang dan tukang ojek agar tidak menggunakan halte diluar dari kegunaan halte yang semestinya 6) Meningkatan peran serta Pemerintah dan masyarakat dalam menjaga halte dan fasilitas-fasilitas pendukung halte 7) Memberikan himbauan kepada penumpang agar dapat mengoptimalkan fungsi halte sebagaimana mestinya 8) Member sanksi tegas kepada pengendara angkutan umum yang menaik dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya. KESIMPULAN Keberadaan halte yang merupakan salah satu dari rangkaian moda sarana dan prasarana pelayanan transportasi tentunya harus mempunyai fungsi yang optimal, dalam arti mempunyai nilai kemanfaatan bagi pengguna yang maksimal. Optimalisasi fungsi halte akan berpengaruh pada pelayanan lalu lintas transportasi yang baik, kelancaran sirkulasi jalan dan angkutan dalam kota, fungsi sekunder pengenalan identitas kota dan sebagainya, yang secara luas akan berdampak pada kemungkinan kota berfungsi secara efektif. Hasil evaluasi fungsi halte sebagai Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum diantaranya adalah : Keadaan eksisting beserta masalah halte di sepanjang Depok Sudirman 1) Jumlah halte tidak mencukupi 2) Penempatan halte tidak sesuai dengan kebutuhan

3) Minimnya fasilitas halte yang dimiliki halte baik fasilitas utama maupun fasilitas tambahan 4) Rusak dan tidak berfungsinya fasilitas di sekitar halte sehingga halte terlihat kumuh dan berdampak pada menurunnya minat penumpang angkutan umum untuk singgah di halte Upaya pemecahan masalah 1) Menambah jumlah halte di sepanjang jalan Depok Sudirman 2) Mengevaluasi penempatan halte agar sesuai dengan kebutuhan para pengguna 3) Melengkapi fasilitas halte baik berupa fasilitas umum maupun fasilitas tambahan sesuai dengan Ketentuan Umum Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal 4) Memperbaiki fasilitas di sekitar halte sehingga dapat meningkatkan minat para pengguna dalam mengoptimalkan fungsi halte Hal diatas sangat bertentangan dengan Ketentuan Umum Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal. Oleh karena itu harapan penulis dengan dibuatnya paper ini dapat meningkatkan kesadaran Pemerintah dan masyarakat agar dapat bekerja sama dalam pengoptimalan fungsi halte yang dapat berpengaruh pada pelayanan lalu lintas transportasi yang baik, kelancaran sirkulasi jalan dan angkutan dalam kota, fungsi sekunder pengenalan identitas kota dan sebagainya, yang secara luas akan berdampak pada kemungkinan kota berfungsi secara efektif. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Perhubungan Darat. 1996. Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum. Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat ( Nomor : 271/HK.105/DRJD/96 ). Jeluddin, D. 2005. Studi Efektifitas Penggunaan Halte Di Kota Medan. Jurnal Sistem Teknik Industri. Yin RK. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. PT. Raja Grafindo