BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB III METODE PENELITIAN. teman sebaya pada siswa SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Siswa-siswi SMP N 1 Besitang. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan masa depan bangsa, melalui pendidikan ini cita-cita luhur untuk

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel bebas : dukungan sosial keluarga. 2. Variabel tegantung : sikap ibu terhadap anak penyandang autisme

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Angka lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) setiap tahun

BAB III METODE PENELITIAN. sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan penelitian yang akan dicapai secara sistematik, hal ini bertujuan agar hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era globalisasi dewasa ini seluruh bangsa-bangsa di dunia telah berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif yang menghasilkan gambaran tentang profil kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tugas tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu : 1. Variabel terikat : Komitmen Organisasi (Y)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel dan sampling, metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif yaitu,

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya dalam bentuk data numerikal (Sumarsono, Kedua variabel tersebut seabagai berikut :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Salah satu bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah sekolah menengah kejuruan yang selanjutnya disebut dengan SMK. Sekolah menengah kejuruan merupakan sekolah menengah yang orientasinya menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah, yaitu untuk mengisi kebutuhan dunia usaha atau industri. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa, pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaan serta kemampuan mengembangkan diri. Kegiatan belajar mengajar di SMK selain mempelajari pelajaran umum juga lebih fokus dalam bidang keahlian serta praktik-praktik kerja yang dapat dijadikan modal siswa untuk terjun ke lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional setelah lulus dari sekolah. Dengan kata lain sekolah menengah 1

kejuruan menciptakan tenaga kerja menengah yang siap pakai dan bisa langsung ditempatkan di industri. Dapat disimpulkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia memiliki tujuan membentuk manusia Indonesia yang berkualitas baik secara intelektual, spiritual, emosional dan juga fisik. Pendidikan di SMK secara khusus memiliki tujuan sistem yaitu memberikan bekal kompetensi keahlian kepada siswa untuk bekerja dalam bidang yang spesifik. Sekolah menengah kejuruan berfungsi untuk mendidik siswa menjadi mandiri, produktif, mampu berkompetensi, memiliki sikap profesional dan sikap wirausaha dalam keahlian yang dipelajari. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaannya, program pendidikan di SMK dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu: kelompok pertanian dan kehutanan, teknologi dan industri, bisnis dan manajemen, kesejahteraan masyarakat, pariwisata, serta seni dan kerajinan. SMK bidang keahlian seni dan kerajinan program animasi merupakan SMK yang diharapkan dapat menghasilkan animator-animator yang handal dan siap pakai di industri. Salah satu tujuan bidang keahlian animasi yaitu mendidik peserta menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang mampu mengembangkan karir, bersikap profesional dan kompetensi dalam pekerjaannya, baik bersifat mandiri atau pun mengisi lowongan pekerjaan di bidang animasi. Program animasi di SMK ini siswa diarahkan untuk masuk ke industri perfilman dan periklanan. 2

Berdasarkan kenyataan di lapangan hasil wawancara dengan guru BKK dapat disimpulkan bahwa masalah yang sering dikeluhkan oleh dunia usaha atau industri terhadap lulusan SMK yaitu rendahnya kualitas mereka karena memiliki kesiapan kerja yang rendah baik secara mental maupun fisik. Terbukti lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan animasi tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, memiliki idealisme yang tinggi dan bersikap kritis. Tidak ada kesesuaian antara output dengan tuntutan dunia kerja serta kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini menyebabkan banyaknya lulusan SMK jurusan animasi tidak bekerja sesuai bidangnya. Berdasarkan Biro Pusat Statisitik (BPS) menyebutkan pengangguran terbuka dari lulusan SMK pada bulan Agustus 2010 sebesar 11, 87% dari 8, 3 juta orang dari total angkatan kerja (http://www.bps.go.id, 27 Maret 2011). Menimbang akan hal ini, perlu adanya peningkatan penguasaan keterampilan agar para lulusan SMK dapat langsung menyesuaikan diri dengan lapangan kerja yang tersedia dan siap pakai. Ketimpangan yang terjadi di SMK adalah banyaknya perhatian dicurahkan kepada pemberian pengetahuan formal, dan sangat kurang terhadap kecakapan bagaimana melakukan pekerjaan. Mengingat pentingnya kesiapan kerja yang harus dimiliki seorang siswa, maka guru BK harus membantu siswa agar memiliki kesiapan kerja yang maksimal agar bisa bersaing dan memiliki kualitas kerja yang tinggi. Selain itu guru BK dapat melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran. Dalam buku penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (2007: 207) menyebutkan: 3

Salah satu program bimbingan dan konseling adalah layanan responsif. Dalam pelayanan responsif tersebut salah satu bentuk kegiatannya adalah kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran dan kepribadiannya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajajaran. Penguasaan keterampilan dimaksimalkan oleh guru mata pelajaran, sedangkan guru BK membantu mempersiapkan secara mental kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa dalam memasuki dunia kerja melalui bimbingan karir. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir. Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan. Syamsu Yusuf dan Ahmad Juntika Nurihsan (2006: 11) mengartikan bimbingan karir yaitu: Bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Melalui bimbingan karir siswa dapat memperoleh data mengenai berbagai keterampilan yang sesuai dengan persyaratan dunia kerja dan siswa juga mendapat informasi tentang dunia pekerjaan. Namun yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling karir di SMK jurusan animasi adalah layanan bimbingan karir berjalan kurang efektif, sehingga banyak dijumpai siswa yang tidak tahu adanya bimbingan karir di sekolah. 4

Untuk mengoptimalkan layanan bimbingan karir di SMK jurusan animasi termasuk permasalahan mengenai kesiapan kerja yang dimiliki siswa, seorang konselor dituntut memiliki seperangkat tes atau instrumen yang dapat mengungkapkan berbagai data untuk mengetahui kesiapan kerja siswanya. Dengan adanya instrumen tersebut akan membantu guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling seperti diungkapkan Prayitno dan Erman Amti (1999: 318) bahwa hasil tes dapat digunakan oleh pembimbing untuk memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, keterampilan seorang siswa, sehingga sangat membantu dalam proses layanan bimbingan. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen yang dapat mengungkap variabel yang terkandung dalam aspek kesiapan kerja supaya menghasilkan data yang akurat. Salah satu instrumen yang disusun dengan mendeskripsikan bobot variabel yang hendak diukur adalah inventori. Menurut Reber dan Reber (2010: 410) inventori adalah sebuah daftar yang teratur atau pengatalogan item-item, yang menilai sifat, opini, watak, keyakinan, minat, perilaku, dan seterusnya. Namun kenyataan yang ditemukan di sekolah belum ada inventori yang secara khusus dapat mengukur atau mengungkap kesiapan kerja siswa untuk jurusan animasi. Guru bimbingan dan konseling masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat alat/instrumen yang sesuai dengan derajat standarisasi (kesahihan dan keterandalan). Sebagaimana dikemukakan oleh Saifuddin Azwar (2009: 34) : Bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawar-tawar, di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis. 5

Sampel yang diambil oleh peneliti adalah siswa kelas XII, dikarenakan siswa kelas XII telah mempunyai pengalaman serta kemampuan dan telah mempunyai pengalaman saat menjalankan praktek kerja industri, maka dari itu inventori ini lebih cocok diberikan pada siswa kelas XII dibandingkan kelas X dan kelas XI. Rumusan dalam penelitian ini adalah untuk melakukan pengembangan inventori yang mengungkap kesiapan kerja siswa SMK jurusan animasi yang memiliki validitas dan reliabilitas sehingga akan mendapatkan data yang akurat tentang siswa. Dengan adanya inventori ini diharapkan dapat membantu kinerja guru BK dalam memberikan layanan bimbingan terutama bimbingan karir agar lebih efektif dan optimal, sehingga guru BK mengetahui dibagian mana siswa belum siap untuk memasuki dunia kerja. Selain itu, inventori ini dapat memberikan feedback bagi guru mata pelajaran, guru mata pelajaran bisa mengetahui penguasaan keterampilan yang belum dikuasai oleh siswa secara maksimal. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah yang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kualitas lulusan SMK memiliki kesiapan kerja yang rendah sehingga tidak ada kesesuaian antara output dengan tuntutan dunia kerja serta kualitas lulusan yang yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. 2. Banyaknya lulusan SMK jurusan animasi yang tidak bekerja sesuai bidangnya. 6

3. Untuk membantu memahami kesiapan kerja siswa, dibutuhkan sebuah alat untuk mengungkapkannya, salah satu alat tersebut yaitu menggunakan inventori. Saat ini inventori kesiapan kerja untuk jurusan animasi belum dikembangkan. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, masalah penelitian dibatasi pada belum adanya inventori yang mengungkap dan mengukur kesiapan kerja siswa sekolah menengah kejuruan khususnya jurusan animasi yang mudah digunakan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan karir. D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana mengembangkan inventori kesiapan kerja untuk SMK jurusan animasi yang memiliki validitas dan reliabilitas. E. Tujuan Penelitian Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan inventori kesiapan kerja siswa SMK khususnya jurusan animasi yang memiliki persyaratan validitas dan reliabilitas. Tujuan dari inventori itu sendiri yaitu untuk mengukur kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa dalam memasuki dunia kerja. Inventori ini difokuskan kepada siswa kelas XII karena telah mendapatkan ilmu yang banyak dan memiliki pengalaman kerja selama praktek kerja industri. 7

F. Spesifik Produk yang Digunakan Inventori kesiapan kerja yang dikembangkan memiliki spesifikasi produk sebagai berikut: 1. Dikemas dalam bentuk buku, kertas warna putih. 2. Jenis huruf yang digunakan adalah Constantia dan Times New Roman, ukuran 12. 3. Produk ini terdiri dari cover, pengantar, petunjuk mengerjakan, contoh, item pernyataan inventori kesiapan kerja dan untuk jawaban pada lembar terpisah. 4. Butir pernyataan inventori kesiapan kerja ini berbentuk pernyataan-pernyataan kesiapan kerja yang memuat komponen kesiapan kerja yaitu tanggung jawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan terhadap diri dan kesehatan & keselamatan kerja, serta kompetensi keahlian jurusan bidang animasi. 5. Pengembangan ini menggunakan model skala Likert, dengan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Item disebut favorable bila isinya mendukung, memihak atau menunjukan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable. Pernyataan favorable memiliki bobot nilai untuk item unfavorable. Pernyataan favorable memiliki bobot nilai untuk jawaban Sangat Sesuai (SS)=4, Sesuai (S)=3, Tidak Sesuai (TS)=2, Sangat Tidak Sesuai (STS)=1, dan untuk pernyataan 8

unfavorable memiliki bobot nilai untuk jawaban Sangat Sesuai (SS)= 1, Sesuai (S)=2, Tidak Sesuai (TS)=3, Sangat Tidak Sesuai (STS)=4. 6. Adanya kategorisasi yang terdiri dari kategori kesiapan kerja tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kategorisasi ini berdasarkan standar deviasi yang berfungsi untuk menentukan posisi kesiapan kerja seseorang. 7. Inventori kesiapan kerja ini efektif untuk mengungkap kesiapan kerja pada siswa sekolah menengah kejuruan jurusan animasi tingkat akhir yang dilakukan oleh guru BK di sekolah. 8. Saat pelaksanaannya guru BK memberi pengarahan cara mengerjakan inventori kesiapan kerja, lalu siswa diberi inventori kesiapan kerja beserta lembar jawaban, setelah itu siswa diberi waktu untuk mengerjakan. Selesai mengerjakan guru BK melakukan penskoran dan selanjutnya dijumlahkan. Jumlah skor yang diperoleh dikonsultasikan dengan kategorisasi sebagai ketentuan untuk menentukan posisi kesiapan kerja siswa. G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi pengembangan inventori kesiapan kerja siswa SMK khususnya jurusan animasi ini adalah: 1. Belum dikembangkannya instrumen untuk membantu mengungkap kesiapan kerja siswa SMK khususnya jurusan animasi yang memiliki persyaratan validitas dan reliabilitas. 2. Keterbatasan kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam membuat alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas. 9

3. Terbatasnya instrumen untuk mengungkap kesiapan kerja siswa SMK jurusan animasi, sehingga penyusun tertarik untuk mengembangkan inventori kesiapan kerja dengan harapan dapat membantu guru bimbingan dan konseling yang memiliki keterbatasan dalam membuat alat ukur/tes. Keterbatasan dalam pengembangan inventori kesiapan kerja khusus untuk siswa SMK jurusan animasi adalah: 1. Membutuhkan waktu yang tepat dan memperhatikan kondisi siswa, karena dalam mengungkap karakteristik kesiapan kerja seseorang tidaklah mudah, tidak bisa dipastikan apakah seseorang menjawab dengan jujur saat melakukan penilaian terhadap kemampuan dan kelemahan dirinya. 2. Inventori kesiapan kerja siswa SMK untuk jurusan animasi yang penyusun kembangkan hanya diuji cobakan kepada sejumlah subyek dalam jumlah kecil dan lingkup yang sempit. Oleh karena itu, apabila akan dipergunakan secara luas perlu diuji cobakan lagi kepada sejumlah subyek yang lebih luas agar diperoleh hasil yang akurat. 3. Inventori kesiapan kerja siswa ini, hanya diuji cobakan kepada siswa kelas XII. Karena kelas XII dianggap sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup selama di sekolah dibandingkan dengan kelas X dan kelas XI. H. Manfaat Penelitian Pengembangan 1. Manfaat secara teoritis Sumbangan pemikiran pengembangan ilmu khususnya bimbingan dan konseling dalam bimbingan karir. 10

2. Manfaat secara praktis a. Membantu peserta didik untuk mengetahui sejauh mana kesiapan kerjanya untuk memasuki dunia kerja. b. Untuk guru bimbingan dan konseling adalah tersedianya inventori kesiapan kerja siswa SMK jurusan animasi. Digunakan untuk mengungkap dan mengukur kesiapan kerja siswa dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan karir. I. Batasan Istilah 1. Inventori merupakan alat untuk menaksir dan menilai ada atau tidak adanya tingkah laku, minat, atau sikap tertentu. Bentuk inventori ini berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. 2. Kesiapan kerja adalah penguasaan keterampilan yang dimiliki seseorang baik dari segi fisik, mental, kognitif, dan sebagainya. Sehingga individu tersebut memiliki keinginan dan kemampuan menghasilkan atau mendapatkan pekerjaan tertentu. 3. Siswa sekolah menengah kejuruan jurusan animasi adalah peserta didik yang menempuh pendidikan tingkat menengah yang memilih program jurusan animasi. Siswa diarahkan ke industri perfilman dan periklanan. Dengan harapan dapat mencetak animator-animator yang handal dan bisa bersaing dengan negara-negara tetangga. Jadi pengembangan inventori kesiapan kerja pada siswa SMK jurusan animasi adalah proses untuk menghasilkan suatu inventori yang berbentuk daftar 11

pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa yang menempuh pendidikan sekolah menengah kejuruan jurusan animasi. Inventori kesiapan kerja digunakan untuk menaksir dan menilai penguasaan keterampilan yang dimiliki seseorang sehingga individu tersebut memiliki keinginan dan kemampuan menghasilkan atau mendapatkan pekerjaan tertentu. Inventori ini memiliki komponen tanggungjawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan terhadap diri serta kesehatan dan keselamatan. 12