BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan

BAB II. yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Hendra (2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori sinyal (signaling theory)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia. Ada beberapa jenis

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2003:213) adalah. pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Didalam penelitian ini, adapun teori teori yang mendukung atas judul

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Chariri dan Ghozali (2007)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis rasio keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari

RASIO LAPORAN KEUANGAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Harahap (2001:267) yang dimaksud dengan laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Definisi lain atas pengertian laba dikemukakan oleh Baridwan (1997:31) dimana laba didefinisikan sebagai kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha pada suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. b. Karakteristik Laba Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, 2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu, 3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan, 4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan 5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. c. Pertumbuhan Laba Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000). Pertumbuhan laba = Laba bersih tahun t - Laba bersih tahun Laba bersih tahun t-1 t-1 Keterangan : Laba bersih tahun t = laba bersih tahun berjalan Laba bersih tahun t-1 = laba bersih tahun sebelumnya

Berikut ini contoh perhitungan pertumbuhan laba perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008. Tabel 2. 1 Pertumbuhan Laba Tahun 2008 Dalam Rupiah NO EMITEN LABA BERSIH TAHUN 2007 LABA BERSIH PERTUMBUHAN LABA TAHUN 2006 HASIL 1. ABDA 12.939.515.000 14.087.449.000 0,08872 2. AHAP 1.308.973.871 2.564.756.760 0,95936 3. AMAG 19.289.476.000 29.829.184.000 0,54640 4. ASDM 3,038,461,000 5.021.707.000 0,65271 5. ASRM 15.502.773.225 17.097.682.424 0,10288 6. LPGI 15.398.883.124 12.094.053.278-0,21461 7. MREI 12.587.392.611 21.151.085.115 0,68034 8. PNIN 341.599.000.000 314.815.000.000-0,07841 Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Besarnya perusahaan Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. 2) Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3) Tingkat leverage Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4) Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi. 5) Perubahan laba masa lalu Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang. 2. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut IAI (2004:2), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sedangkan menurut Harahap (2004:105) adalah laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Selanjutnya menurut Munawir (2004:2) pengertian laporan keuangan adalah laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata atau aktivitas perusahaan tersebut. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan posisi keuangan,

kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha. b. Tujuan Laporan Keuangan Menurut IAI (2004:4) laporan keuangan bertujuan untuk : 1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, 2) Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan, 3) Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya c. Jenis-jenis Laporan Keuangan 1) Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas. 2) Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Menurut PSAK No. 1 (2007:56) laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

a) Pendapatan, b) Laba rugi usaha, c) Beban pinjaman, d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, e) Beban pajak, f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, g) Pos luar biasa, h) Hak minoritas, dan i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan 3) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba yang ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu periode tertentu. 4) Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu laporan yang menyajikan informasi aliran kas masuk (keluar) bersih pada periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yaitu : a) Arus kas dari aktivasi operasi, b) Arus kas dari aktivasi investasi, dan c) Arus kas dari aktivitas pendanaan. 5) Catatan atas Laporan Keuangan PSAK No. 1 (2007:69) menyatakan bahwa : Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan

diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas; c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. 3. Analisis Laporan Keuangan a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pospos laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi. 4. Analisis Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan menurut Harianto (1998) adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Setiap jenis laporan keuangan mempunyai kegunaan untuk membuat analisis yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang yang menggunakan dan tujuan dari penggunaannya.

b. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa mengenai baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. c. Manfaat Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan bermanfaat baik bagi pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Bagi pihak internal, analisis rasio keuangan bermanfaat sebagai proses perencanaan dan pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi pihak eksternal, rasio keuangan bermanfaat untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat bagi investor dalam mengevaluasi nilai saham dan untuk memperkirakan pertumbuhan (prospek) perusahaan di masa yang akan datang.

d. Jenis-jenis Rasio Keuangan Secara garis besar rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu : 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya pada saat ditagih atau saat jatuh tempo. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu current ratio, quick ratio atau acid test ratio, dan cash ratio. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 52-53) rasio likuiditas meliput i rasio lancar, quick test ratio, net working capital, defensive interval ratio. Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah current ratio (rasio lancar). Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Error! Bookmark not defined.rasio lancar (current ratio) Error! Bookmark not defined.error! Bookmark not defined.error! Bookmark not defined. = Aktiva lancar Kewajiban lancar Standar rasio lancar untuk rata-rata industri adalah 2 kali (2:1). Artinya setiap Rp1 kewajiban lancar dijamin oleh Rp2 aktiva lancar. Rasio lancar perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 2 Rasio Lancar Tahun 2008 Dalam Rupiah RASIO LANCAR AKTIVA KEWAJIBAN (CURRENT NO EMITEN LANCAR LANCAR HASIL RATIO) TAHUN 2008 1. ABDA 95.384.800.000 43.631.048.000 2,18617 2. AHAP 30.904.596.970 11.389.533.210 2,71342 3. AMAG 21.881.735.000 22.749.933.000 0,96184 4. ASDM 136.368.610.000 97.921.178.000 1,39264 5. ASRM 134.051.612.200 81.767.772.730 1,63942 6. LPGI 43.472.574.790 15.052.176.050 2,88813 7. MREI 33.829.567.740 29.164.194.000 1,15997 8. PNIN 78.310.000.000 1.590.516.000.000 0,04924 Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 Menurut Syamsuddin (2000 : 44) tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga

tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya. Bagi kreditor jangka pendek semakin tinggi rasio lancar, maka semakin besar kemungkinan bahwa perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Bagi kreditor jangka panjang rasio lancar yang rendah dapat menyebabkan perusahaan dipaksa pailit. Oleh karena itu perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. 2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibayar dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,

baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt to equity ratio. Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to equity ratio Total utang = Total ekuitas Standar rasio untuk debt to equity ratio adalah 80%. Artinya perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 80%. Jika debt to equity ratio suatu perusahaan berada dibawah atau diatas standar rasio untuk rata-rata industri, maka perusahaan dikatakan kurang baik. Debt to equity ratio perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut. Tabel 2. 3 Debt to Equity Ratio Tahun 2008 Dalam Rupiah DEBT TO TOTAL TOTAL UTANG EQUITY RATIO NO EMITEN EKUITAS HASIL (DER) TAHUN 2008 1. ABDA 302.494.127.000 118.810.079.000 2,54603 2. AHAP 33.724.726.884 46.106.306.827 0,73146 3. AMAG 215.482.254.000 221.857.983.000 0,97126 4. ASDM 154.682.308.000 102.834.028.000 1,50419

5. ASRM 203.101.930.984 112.261.538.615 1,80919 6. LPGI 132.838.011.905 591.958.509.390 0,22440 NO EMITEN TOTAL UTANG TOTAL EKUITAS Lanjutan Dalam Rupiah DEBT TO EQUITY RATIO HASIL (DER) TAHUN 2008 7. MREI 143.836.530.319 114.763.752.606 1,25333 8. PNIN 1.754.592.000.000 2.780.888.000.000 0,63095 Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 3) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Dapat pula dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover). Rasio aktivitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah total assets turn over. Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Total assets turnover Penjualan bersih = Total aktiva rata - rata Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukan aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan menjual. Standar total assets turnover untuk rata-rata industri adalah sebanyak 2 kali. Artinya setiap Rp1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp2 penjualan bersih. Total assets turnover perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut. NO EMITEN Tabel 2. 4 Total Assets Turnover Tahun 2008 PENJUALAN BERSIH TAHUN 2008 TOTAL AKTIVA Dalam Rupiah TOTAL ASSETS TURNOVER HASIL 1. ABDA 251.869.898.000 421.304.206.000 0,72783 2. AHAP 53.421.959.383 79.831.033.711 0,82611 3. AMAG 207.331.187.000 437.340.237.000 0,51667 4. ASDM 89.897.266.000 257.516.336.000 0,36380 5. ASRM 226.944.448.468 315.377.384.786 0,81037 6. LPGI 156.277.156.704 724.796.521.295 0,22576 7. MREI 213.252.425.820 258.600.282.925 0,93733

8. PNIN 1.243.817.000.000 6.790.788.000.000 0,17596 Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun modal sendiri. Dengan kata lain rasio ini memberikan ukuran mengenai efektivitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator yaitu : a) Profit margin, yang terdiri dari beberapa rasio yaitu : (1) Gross Profit Margin (GPM) (2) Operating Profit Margin (OPM) (3) Net Profit Margin (NPM) b) Return On Investment (ROI) c) Return On Equity (ROE) d) Laba per lembar saham Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah net profit margin dan return on investment. Net profit margin merupakan rasio yang menunjukkan seberapa baik perusahaan telah beroperasi selama tahun tersebut. Net profit margin (NPM) dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh

mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Cara menghitung NPM adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit margin = Laba bersih Penjualan bersih Standar net profit margin untuk rata-rata industri adalah sebesar 20%. Net profit margin perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut. Tabel 2. 5 Net Profit Margin Tahun 2008 Dalam Rupiah NO EMITEN LABA BERSIH PENJUALAN BERSIH TAHUN 2008 NET PROFIT MARGIN HASIL 1. ABDA 14.087.449.000 251.869.898.000 0,05593 2. AHAP 2.564.756.760 53.421.959.383 0,04801 3. AMAG 29.829.184.000 207.331.187.000 0,14387 4. ASDM 5.021.707.000 89.897.266.000 0,05586 5. ASRM 17.097.682.424 226.944.448.468 0,07534 6. LPGI 12.094.053.278 156.277.156.704 0,07739 7. MREI 21.151.085.115 213.252.425.820 0,09918 8. PNIN 314.815.000.000 1.243.817.000.000 0,25310 Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 Return on Investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. ROI merupakan ukuran efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan. Bagi perusahaan pada umumnya masalah efisiensi penggunaan modal adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Return on investment (ROI) Laba bersih = Total aktiva Standar ROI untuk rata-rata industri adalah sebesar 30%. Return on Investment perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut. NO EMITEN Tabel 2. 6 Return on Investment Tahun 2008 LABA BERSIH TOTAL AKTIVA RETURN ON INVESTMENT Dalam Rupiah HASIL 1. ABDA 14.087.449.000 421.304.206.000 0,03344 2. AHAP 2.564.756.760 79.831.033.711 0,03213 3. AMAG 29.829.184.000 437.340.237.000 0,06821 4. ASDM 5.021.707.000 257.516.336.000 0,01950 5. ASRM 17.097.682.424 315.377.384.786 0,05421

6. LPGI 12.094.053.278 724.796.521.295 0,01669 7. MREI 21.151.085.115 258.600.282.925 0,08179 NO EMITEN LABA BERSIH TOTAL AKTIVA Sumber : laporan keuangan perusahaan, diolah penulis, 2010 Lanjutan Dalam Rupiah RETURN ON INVESTMENT HASIL 8. PNIN 314.815.000.000 6.790.788.000.000 0,04636 5. Rasio Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Laba Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, dan hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan bermanfaat untuk menentukan kekuatan hubungan rasio keuangan dengan fenomena ekonomi. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya

pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya, Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) menguji kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan delapan rasio keuangan signifikan untuk digunakan sebagai prediktor pertumbuhan laba satu tahun yang akan datang. Rasio keuangan tersebut adalah debt to equity, leverage ratio, gross profit margin, net operating margin, inventory turnover, total assets turnover, return on invesment, dan return on equity. Secara parsial hanya gross profit margin, inventory turnover, ROI dan ROE yang berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Angkoso (2006) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi periode 2003-2004. Rasio keuangan yang digunakan adalah debt ratio dan retun on equity. Hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial antara debt ratio dan retun on equity terhadap pertumbuhan laba. Penelitian tahun berikutnya dilakukan Haryanti (2007) yaitu untuk memperoleh bukti empiris mengenai manfaat rasio keuangan (total assets to debt ratio, total assets turnover, net profit margin, dan return on investment) dalam memprediksi pertumbuhan laba pada KPRI di Kota Semarang tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan total assets to debt ratio, total assets turnover, net profit margin, dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel total asset turnover, net profit margin, dan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Tahun 2008, Ningsih juga melakukan penelitian serupa yang menguji pengaruh rasio profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas pada perusahaan manufaktur periode 2002-2005. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah long term debt to total assets, rasio solvabilitas menggunakan net income to sales, dan untuk rasio aktivitas digunakan total assets turnover. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga rasio yang digunakan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan laba.

Peneliti No (Tahun) 1. Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) 2. Angkoso (2006) 3. Haryanti (2007) Tabel 2. 7 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Variabel yang Judul Penelitian Hasil Penelitian Digunakan Analisis Manfaat debt to equity, gross Secara simultan rasio keuangan Rasio Keuangan profit margin, net berpengaruh dalam dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Pengaruh Debt Ratio dan Return on Equity terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada KPRI di Kota Semarang 4. Ningsih Analisis Pengaruh (2008) Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Aktivitas terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2002-2005 Sumber : Data diolah penulis, 2010 operating margin, inventory turnover, total assets turnover, return on investment, return on equity Debt Ratio dan Return On Equity total assets to debt ratio, total assets turnover, net profit margin dan return on investment long term debt to total assets, net income to sales, dan total asset turnover; memprediksi pertumbuhan laba. Secara parsial hanya gross profit margin, inventory turnover, ROI dan ROE yang berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan dan parsial debt ratio dan retun on equity berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba Hasil penelitian menunjukkan secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel Total Asset Turnover, Net Profit Margin, dan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba dan variabel yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah ROI Hasil penelitian menunjukkan baik secara parsial maupun simultan long term debt to total assets, net income to sales, dan total asset turnover berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba

C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Rasio Keuangan (X) Current Ratio (X 1 ) Debt to Equity Ratio (X 2 ) Total Assets Turnover (X 3 ) Net Profit Margin (X 4 ) H 1 H 2 H 3 H 4 H 5 Pertumbuhan Laba (Y) Return on Investment (X 5 ) H 6 Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Sumber : Data diolah penulis, 2010 Variabel independen dalam penelitian ini adalah current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, net profit margin, dan return on investment. Sementara variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi debt

to equity ratio, maka semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik sehingga akan sulit memperoleh pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan. Total Assets Turnover merupakan perbandingan antara volume usaha dengan jumlah aktiva, yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio aktivitas yang tinggi akan meningkatkan laba. Tingginya total assets turnover menunjukkan efektivitas penggunaan dana. Dengan demikian tinggi rendahnya total assets turnover akan mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan laba. Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) yang menyimpulkan bahwa total assets turnover mempengaruhi pertumbuhan laba. Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan volume usaha, yaitu keuntungan neto per volume usaha. Tingginya net profit margin menghasilkan laba yang tinggi, sebaliknya net profit margin yang rendah menghasilkan laba yang rendah pula. Dengan demikian tinggi rendahnya net profit margin juga akan mempengaruhi pertumbuhan laba. Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Suprihatmi dan Wahyudin (2003) yang menyimpulkan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Return On Investment (ROI) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva, yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Tinggi rendahnya ROI menunjukkan efisiensi dalam penggunaan dan pengelolaan aktiva dan dalam menghasilkan laba yang tinggi. ROI yang tinggi menghasilkan

laba yang tinggi, sebaliknya ROI yang rendah menghasilkan laba yang menurun. Dengan pencapaian pertumbuhan laba yang tinggi itulah ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya juga meningkat. Dengan demikian tinggi rendahnya ROI juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan laba. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi (Rochaety, 2007 : 104). Menurut Sugiyono (2006 : 51) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan penjelasan dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah : H 1 : Current ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 2 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 3 : Total assets turnover berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 4 : Net profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 5 : Return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H 6 : Current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, net profit margin, dan return on investment secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.