BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN III.

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Profil Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

Bab IV Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (PLTD) Telaga. Pemilihan lokasi bertujuan untuk melihat dampak sumber

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik

Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap Kesehatan Kerja Karyawan Divisi Tempa & Cor Pada PT. Pindad (Persero) Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

DINASTI TUNGGAL DEWI J

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. NIDCD (2010) menyatakan bahwa kejadian gangguan pendengaran akibat bising

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Unnes Journal of Public Health

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai risiko kesehatan paparan bising pada pekerja di PT X yang terpapar dan tidak terpapar kebisingan. III.1. Kerangka Kerja Identifikasi Bahaya Pengambilan data sekunder Profil perusahaan Informasi tentang pekerja Proses Kerja Evaluasi Paparan Pengambilan data primer Pengukuran Paparan Pengukuran Efek Kuesioner Evaluasi Dosis Respon Pengolahan data Evaluasi Dosis Respon Karakterisasi Risiko Gambar III.1. Diagram Alir Kerangka Kerja 30

III.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2008 s.d. bulan Maret 2008 di Divisi Tempa & Cor Departemen Tempa dan Cor PT X Kiaracondong, Bandung. III.3. Metode yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode epidemiologi dengan model cross sectional, di mana agen bising dan penyakit yang dapat timbul karena bising diteliti pada saat yang sama. Dengan demikian data penyakit yang didapat berupa prevalensi dan paparan yang didapatkan adalah paparan yang saat ini ada. III.4. Tahapan Penelitian Tahapan tahapan penelitian yang dilakukan merupakan tahapan analisis risiko yang terdiri dari identifikasi bahaya, evaluasi paparan, evaluasi dosis respon, dan karakterisasi risiko. III.4.1 Identifikasi Bahaya Adanya masalah kebisingan di PT X diidentifikasi dengan melakukan survei awal. Dari hasil survei ditetapkan Departemen Tempa dan Cor yang memiliki potensi kebisingan untuk diteliti. a. Pemilihan sampel pekerja Tujuan di sini adalah memilih pekerja yang akan diukur tingkat pendengarannya. Responden kelompok sampel diambil dari bagian bengkel Departemen Tempa dan Cor dengan cara menyebarkan kuesioner sebelumnya mengenai: - faktor pribadi pekerja yang berisikan: lama kerja, usia, kondisi kesehatan, dan pengetahuan akan APD. - lama pemaparan kebisingan, yang diperoleh dari jam kerja. Hal yang sama dilakukan terhadap para responden kelompok kontrol yang berada di bagian administrasi Departemen Tempa dan Cor. 31

Setelah itu responden dikelompokkan terhadap lama kerja, lokasi kerja, jarak pekerja dengan sumber dan riwayat kesehatannya, baik dari kelompok sampel maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mendapatkan responden yang setara (komparabel), sehingga dalam analisis risiko dapat dilakukan dengan teliti karena faktor pengganggu sudah diusahakan dihilangkan. Pemilihan sampel pekerja dengan cara di atas mengacu pada metode pengambilan sampel Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan sudah ada tujuannya dan sudah tersedia rencana sebelumnya. Biasanya sudah ada predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan khas yang dicari. b. Alat yang digunakan - Noise Dosimeter merk Quest 100, digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan yang diterima pekerja. Dari alat ini akan terbaca berapa persen dosis kebisingan yang diterima pekerja selama jam kerjanya dan tingkat kebisingan rata-rata selama dalam 8 jam kerja dalam bentuk TWA (db(a)). Alat yang digunakan diset dan dikalibrasi terlebih dahulu. Setting alat terdiri dari: Criterion Level = 85 db(a). Penetapan criterion level sebesar 85 db akan digunakan untuk penghitungan dosis. Bila Noise Dosimeter membaca pada level yang sama dengan criterion level selama 8 jam maka dosis yang diterima pekerja adalah 100 %. Exchange rate = 3 db(a). Exchange rate memperlihatkan rata-rata energi suara setiap waktu. Menggunakan skala dalam satuan db(a), di mana setiap energi naik dua kali lipat, maka intensitas akan naik tiga db(a). Weighting = A. Respon = Fast. Interval Logging = 10 detik. 32

Threshold = 70 db(a). Calibration = 114 db(a). - Screening Audiometer QH 10, digunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran pekerja. Pengukuran ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer ini dilakukan oleh teknisi yang berasal dari Balai Hiperkes Bandung. Untuk tes audiometri ini digunakan Limited range audiometer yang terbatas dalam hal frekuensi yang menghasilkan nada murni pada 500, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 6000, dan 8000 Hz, ditujukan memang untuk pengukuran tingkat ambang pendengaran orang dewasa yang bekerja dalam industri. - Oscillator automatic blood pressure digunakan untuk mengukur tingkat tekanan darah dan melihat perubahan denyut jantung yang dialami pekerja. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah jam kerja. Dari alat akan terbaca berapa tekanan darah dalam mmhg dan denyut jantung/menit secara otomatis. III.4.2 Evaluasi Paparan Evaluasi paparan dilakukan dengan pengukuran paparan bising pada kelompok sampel dan kelompok kontrol dan pengukuran dampak yang dirasakan oleh pekerja. a. Pengukuran paparan bising yang diterima pekerja Untuk mengukur tingkat kebisingan pada pekerja digunakan Noise Dosimeter. Pengukuran ini dilakukan dengan memakaikan alat Noise Dosimeter pada pekerja sepanjang jam kerjanya. b. Pengukuran dampak kebisingan pada pekerja Untuk melihat perubahan ambang pendengaran pekerja digunakan hasil pengukuran menggunakan Audiometer. Pengukuran dilakukan dalam satu hari pada saat istirahat dan saat jam pulang pekerja. Pengukuran dilakukan di Gedung K3LH yang berjarak ± 500 m dari bengkel Departemen Tempa dan Cor. 33

Pergeseran dan penurunan batas pendengaran akan dihitung berdasarkan metode penghitungan OSHA 1983 yang dipengaruhi oleh faktor usia, seperti terdapat pada Tabel II.7 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan baseline audiogram yang diambil dari hasil audiogram terbaik. 2. Menentukan current audiogram (yang akan dihitung). 3. Hitung selisih faktor koreksi usia antara current audiogram dan, baseline audiogram sehingga diperoleh Diff Aging. 4. Hitung selisih nilai-nilai current audiogram frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz dengan Diff Aging, sehingga diperoleh Age-Corrected Current Audiogram. Nilai rata-rata Age-Corrected Current Audiogram ini memperlihatkan besarnya penurunan batas dengar yang terjadi. 5. Hitung selisih Age-Corrected Current Audiogram dengan baseline audiogram pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz. 6. Hitung nilai rata-rata hasil pengurangan tersebut pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz. Bila hasil rata-rata 10 db(a), maka dikategorikan STS (Standard Threshold Shift)/sudah terjadi pergeseran batas pendengaran. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran D. Pergeseran batas dengar juga akan dilihat dari waktu uji Audiometri yang dilakukan. Yaitu melihat pengaruh waktu uji Audiometri ketika jam istirahat dan ketika pulang kerja terhadap pergeseran batas dengar pekerja. Untuk melihat dampak fisiologis tekanan darah dan denyut jantung dilihat dari hasil pengukuran menggunakan Oscillator automatic blood pressure. Pengukuran tekanan darah dan denyut jantung ini dilakukan sebelum dan sesudah terpapar bising. Dari hasil pengukuran akan dilihat ada tidaknya potensi terjadinya hipertensi pada pekerja akibat adanya bising dan apakah terdapat perubahan tekanan darah dan denyut jantung akibat adanya bising. 34

Sedangkan untuk mengetahui dampak psikologis pada pekerja seperti apa yang dirasakan pekerja karena adanya kebisingan di tempat kerjanya, seperti apakah emosinya meningkat atau konsentrasi terganggu, serta dampak fisiologis lain, seperti merasakan sakit kepala atau telinga berdenging dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. III.4.3 Evaluasi Dosis Respon Hasil pengukuran menggunakan Noise Dosimeter berupa dosis bising yang diterima oleh pekerja, sedangkan pengukuran menggunakan Audiometer akan menunjukkan respon yang diterima oleh pekerja berupa ketajaman pendengaran para pekerja. Dari kedua hasil pengukuran ini, akan dilihat hubungan/konsistensinya yaitu antara ratarata dosis vs pergeseran batas dengar dan rata-rata dosis vs penurunan batas dengar. III.4.4 Karakterisasi Risiko Karakterisasi risiko ini akan dinyatakan dengan nilai HI (Hazard Index) dan RR (Risiko Relatif). Nilai HI diperoleh dari penjumlahan nilai HQ yang diperoleh dengan membandingkan nilai tingkat kebisingan yang diterima pekerja dengan nilai tingkat kebisingan yang diperbolehkan dengan menggunakan persamaan seperti yang terdapat pada Bab II.6.4. Dalam hal ini yang menjadi acuan nilai tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah Surat Keputusan Menaker No : KEP-51/MEN/1999 dan juga Surat Keputusan Mentri Kesehatan No: 261/MENKES/SK/II/1998, yaitu sebesar 85 db(a) pemaparan 8 jam per hari. Nilai RR (Risiko Relatif) diperoleh dengan membandingkan jumlah penyakit pada kelompok terpapar dengan jumlah penyakit pada kelompok tidak terpapar seperti pada Tabel II.10. Bila RR 1, menandakan risiko terjadinya penyakit pada kelompok terpapar lebih besar daripada terjadinya penyakit pada kelompok tidak terpapar. 35