BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan besi yang. ternamakan protein terkonjugasi, sebagai inti besi dengan rangka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Karbon Monoksida (CO) perbandingan berat terhadap udara (1 Atm 0 C) sebesar 0,967. Bila

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh kadar hemoglobin.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Haemoglobin 1. Definisi Haemoglobin Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan konjungsi protein, sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoporphyrin dan globin (tetra phyrin) dimana haemoglobin ini menyebabkan warna merah karena adanya senyawa Fe. Oleh karena itu haemoglobin dinamakan juga zat warna darah. (Depkes RI, 1985) 2. Fungsi Haemoglobin Sel darah merah mengangkut O 2 dari paru-paru ke jaringan dan kembali kedalam darah vena dengan kadar CO 2 keparu-paru. Ketika molekul haemoglobin memuat dan melepaskan oksigen, masing-masing rantai β tertarik terpisah (pulled apard) untuk memudahkan masuknya molekul 2.3 dipospagliserit (2.3-DPG) yang mengakibatkan merendahnya afinitas molekul untuk oksigen. (A.V.Hoffbrand, 1987) Dari uraian diatas haemoglobin didalam tubuh berfungsi untuk mengatur pertukaran O 2 dari paru-paru kemudian dibawa ke jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar, membawa CO 2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme keparu-paru untuk dibuang. (Depkes RI, 1989) 3. Susunan Haemoglobin

Susunan haemoglobin terdiri dari globin dan heme. Heme merupakan protein dari dua pasang rantai polipeptida. Jenis haemoglobin normal yang sebagian besar ditemukan pada manusia adalah Hb A sekitar 8% dari seluruh haemoglobin pada Hb A: rantai polipeptida terdiri dari dua rantai yang rata-rata α dan β, rantai α terdiri dari 141 asam amino dengan berat molekul kurang dari 67000. (Rusepno Hasan dan Husein Alatas, 1985) Pada orang dewasa normal sebagaian kecil dari Hb (sekitar 2-3%) terdiri dari Hb A2 yang mempunyai polipeptida dua rantai α dan dua rantai γ, rantai α berbeda dengan rantai β pada posisi asam amino. (Rusepno Hasan dan Husaen Alatas, 1985) 4. Sintesa Haemoglobin Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut O 2 ke jaringan dan mengembalikan CO 2 dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini sel darah merah mengandung 640 juta molekul haemoglobin. Molekul haemoglobin dewasa normal (Hb A) terdiri atas 4 rantai polipeptida B 2, masingmasing dengan gugusan haemnya sendiri. Berat molekul HB A adalah 6800. Darah dewasa normal berisi sejumlah kecil Hb F dan Hb A 2 yang mengandung rantai α tetapi rantai γ dan δ masing-masing sebagai pengganti β. (Iyan Darmawan, 1987) Pergeseran utama dari haemoglobin janin ke dewasa terjadi 3-6 bulan setelah lahir. 65% haemoglobin disintesis dalam eritroblast dan 35% pada stadium retikulosit. Sintesis haem banyak terjadi di mitokondria oleh sederet

reaksi enzim kunci delta-amino laevulinic acid (ALA) yang membatasi kecepatan sintesa. Pridoksal fosfat (vitamin B6) adalah koenzim untuk reaksi yang dirangsang oleh eritroblast dan dihambat oleh haem. Akhirnya protoporpirin bergabung dengan besi untuk membentuk haem yang masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin yang terbuat dari poliribosom. Kemudian tetramer 4 rantai globin dengan masing-masing gugus haemnya sendiri terbentuk dalam kantong untuk membentuk molekul haemoglobin. Aktivitas eritropoitik diatur oleh eritropoitin, yang dihasilkan oleh gabungan antara faktor ginjal dengan protein plasma rangsangan untuk produksi eritropoitin adalah tekanan O 2 dalam jaringan ginjal. Bila terjadi anemia atau haemoglobin karena suatu sebab tidak mampu memberi O 2 secara normal, maka produksi eritropoitin meningkat. (Iyan Darmawan, 1987) B. Anemia 1. Definisi Anemia Anemia adalah suatu keadaan dimana haemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksi sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang. (Imam Supandiman, 1994) 2. Jenis Anemia a. Anemia menurut penyebab (patogenetas) - Anemia pasca pendarahan - Anemia Hemolitik - Anemia Defisiensi

- Anemia Aplastik b. Anemia berdasarkan morfologi - Anemia mikrositer hipokrom - Anemia mikrositer normokrom - Anemia normokrom normositer (Imam Supandiman, 1994). 3. Anemia Gizi Penyebab anemia bermacam-macam tetapi yang sering terjadi di negara berkembang adalah anemia karena kekurangan gizi. Anemia gizi adalah gangguan darah yang ditimbulkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial seperti besi, asam folat dan vitamin B12 yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah, zat lain yang juga diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah yaitu protein, vitamin C, piridoksin dan tembaga. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu. Anemia kekurangan besi ini yang paling umum dijumpai pada enzim gizi. Anemia juga dapat terjadi karena produksi sel darah merah yang tidak cukup sehingga akibatnya kehilangan darah atau pendarahan serta adanya perusakan oleh bibit penyakit atau parasit yang masuk dalam tubuh seperti malaria dan cacing tambang. (Suhardjo, 1983) C. Prestasi Belajar Definisi Belajar :

1. Umar Hamalik (1975 ) mendefinisikan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan. 2. The Liang Gie ( 1975 ) mendefinisikan belajar adalah sebagai segenap rangkaian kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pada dirinya yang sifatnya sedikit banyak permanen. Salah satu syarat agar proses belajar dapat berlangsung dan mendapatkan prestasi belajar yang baik maka konsekuensinya adalah perlu sediakan fasilitas fasilitas yang memadai untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan kesehatan. Tujuan dari belajar adalah untuk mengembangkan semua potensi yang ada semaksimal mungkin. Karena kesulitan belajar maka anak tidak dapat mengembangkan potensinya. Penyebab anak tidak dapat mencapai keberhasilan, yaitu : 1. Faktor endogen merupakan faktor yang berada didalam diri anak tersebut. Faktor endogen dibagi menjadi 2 yaitu, faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor kesehatan, misalnya seorang anak yang kurang sehat dengan sendirinya daya tangkap serta kemampuan belajarnya akan lebih rendah dibandingkan dengan anak yang sehat. Sedangkan faktor psikis banyak sekali yang dapat membantu dan menghambat dalam belajar. Dari faktor psikis yang paling disoroti pada saat ini adalah faktor kemampuan (intelegensia). 2. Faktor eksogen adalah semua faktor yang berada diluar diri anak, misalnya fakor keluarga yang berpengaruh seperti cara mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, sikap orang tua, ekonomi keluarga dan suasana dalam keluarga. Faktor

sekolah yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan seorang anak karena hampir sepertiga dari kehidupan anak sehari harinya berada didalam gedung sekolah. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya untuk menunjang keberhasilan anak adalah faktor masyarakat atau lingkungan. Hubungannya dengan prestasi belajar adalah kecerdasan atau intelegensia, dimana kecerdasan seorang anak selalu berkembang yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : faktor bawaan, faktor gizi dan faktor lingkungan. Namun perkembangan kecerdasan tersebut dihambat oleh beberapa faktor yang dibagi dalam tiga golongan antara lain : penyebab argono biologis, psiko sosial dan penyebab tidak diketahui. ( A. G. Somantri,1978) D. Hubungan Kadar Haemoglobin dengan Prestasi Belajar Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar seorang siswa adalah keadaan gizi, anemia gizi, daya tahan infeksi akibat cacing, fasilitas, stimulasi latihan, bimbingan dan sosial ekonomi lingkungan. Hubungan tersebut diatas dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar. Gangguan salah satu variabel akan mengakibatkan menurunnya konsentrasi pada prestasi belajar, misalnya perbaikan sosial ekonomi lingkungan akan menghasilkan perbaikan keadaan gizi, dan anemia kekurangan zat besi. Daya tahan tubuh diperbaiki, morbiditas diturunkan, angka sakit berkurang, anak akan menjadi lebih sehat, dorongan belajar mudah dilakukan, daya konsentrasi dapat ditingkatkan dan akhirnya prestasi belajar dapat ditingkatkan pula. (A. G. Somantri,1978)

Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Ada yang pandai ada yang sedang dan ada yang bodoh, sehingga dalam menangkap pelajaran tiap orang juga berbeda-beda, ada yang cepat ada yang lambat. Pada anak yang mempunyai kemampuan tinggi tidak berarti anak itu tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar. Kemungkinan kesulitan belajar tetap ada, karena anak menganggap terlalu mudah pelajaran sehingga ia segan belajar dan mungkin didalam kelas kurang mendengarkan penjelasan-penjelasan. Dari hal demikian akan mempengaruhi prestasi belajar. Sebaliknya bagi anak yang intelejensinya dibawah taraf rata-rata, karena daya kemampuannya yang rendah, anak tersebut tidak dapat menyelesaikan dan menangkap pelajaran dengan cepat seperti anak lain yang mempunyai taraf kecerdasan diatasnya. Bagi anak yang kemampuannya berada pada taraf rata-rata kadang-kadang dalam beberapa aspek kemampuannya berada di bawah rata-rata, sehingga aspekaspek tersebut membutuhkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang mempengaruhi. (Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, 1985) A. Pemeriksaan Haemoglobin Untuk memeriksa kadar Haemoglobin dapat digunakan bermacam-macam cara tetapi yang banyak digunakan didalam laboratorium klinik dengan cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual. Cara fotoelektrik misalnya cara Sianmethemoglobin, cara oksihemoglobin dan cara alkali hematin. Sedangkan cara kolorimetrik visual misalnya cara Talquis, Spencer, Hoden Houser dan cara Sahli. (Depkes RI,1991)

Pengukuran yang masih sering digunakan adalah cara Sahli dan Sianmethemoglobin. Tetapi cara Sianmethemoglobin lebih dianjurkan karena mempunyai kesalahan kurang dari 2%, sedangkan cara Sahli saat ini tidak dianjurkan karena kesalahannya besar ± 10%, cara ini sudah ditinggalkan di negara maju. Di Indonesia masih banyak dipakai pada pusat kesehatan yang kurang lengkap. Cara Sianmethemoglobin saat ini lebih dianjurkan karena selain faktor-faktor kesalahan yang relatif kecil, juga karena cara ini mudah dilakukan. Mempunyai standar yang stabil dan dapat mengukur semua jenis Haemoglobin. (Hadi Wirawan dan Erwin Silman,1996). Tabel 1 Batas Normal Kadar Haemoglobin Kelompok Umur Hb (g/100 ml) Anak 6 bulan 6 tahun <11 6 bulan 14 tahun <12 Dewasa Laki-laki 13 Wanita tidak hamil 12 Wanita hamil 11 ( Sumber E. N. Kosasih, 1976) Dari tabel 1 batas normal haemoglobin untuk laki-laki dewasa adalah 13g% dan untuk wanita dewasa tidak hamil adalah 12g%.